Informasi berkenaan dengan proses memberi tahu (Machlup, 1980) atau menyampaikan data yang berarti dan berguna kepada pengguna tertentu (O’Brien dan Marakas, 2008), yang merupakan komponen hasil dari proses (Loose, 1997). Secara bertahap informasi mulai diakui sebagai kunci sumber daya ekonomi dan merupakan salah satu asset penting perusahaan (Moody dan Walsh, 1999; Drucker 1992) yang sangat berharga (Huang, dkk, 1999). Sekarang ini orang atau bisnis yang berhasil adalah yang menguasai dan mengendalikan informasi (Fenner, 2002), di mana pengambilan keputusan dan operasi efektif sangat dipengaruhi oleh kualitas data dan informasi (Price & Shanks, 2005).
Informasi sebagai kunci sumber daya ekonomi telah mendorong organisasi pada jaman informasi sekarang ini untuk meningkatkan penguasaan dan pengendalian informasi dengan teknologi informasi (TI). Weil dan Ross (2004) menemukan fakta bahwa pengeluaran TI mencapai 50% dari total biaya belanja organisasi. Organisasi dapat memperoleh nilai bisnis dari TI seperti: fleksibilitas, peningkatan kualitas, pengurangan biaya, peningkatan produktivitas (Melvile, dkk, 2004; Dedrick, dkk, 2003; Oliner dan Sichel, 2000; Economics and Statistics Administration, 2003 ), peningkatan komunikasi dan keputusan alokasi sumber daya, serta meningkatkan 3 persen penggunaan kemampuan industry yang membawa kepada keuntungan milyaran dolar setiap tahunnya (Hubbard, 2001).
Sebagaimana bisnis lainnya, kesuksesan pendidikan masa sekarang sangat bergantung kepada teknologi dan informasi. Perguruan tinggi dan universitas bergantung kepada penggunaan TI dalam pengajaran, penelitian, dan administrasi (Educause, 2003) untuk mendapatkan nilai bisnis berupa perbaikan pengajaran dan pembelajaran yang menyebabkan peningkatan, misalnya hasil ujian siswa (European Schoolnet, 2006). Sebagai konsekuensinya, perguruan tinggi dan universitas berhadapan dengan peningkatan biaya untuk pembaruan infrastruktur dan penyampaian layanan TI (Educause, 2003).
Pembiayaan TI dalam dunia pendidikan telah menjadi perhatian pemerintah secara global. Menteri pendidikan Afrika telah mulai lebih proaktif dalam mengkordinasikan dan memimpin pengembangan infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam sistem sekolah melalui kebijakan dan penerapan rencana TIK yang sudah terbentuk (Farell, dkk, 2007). Di Eropa, semua negaranya menerapkan TIK di sekolah dan menetapkan pembiyaan untuk penerapan tersebut (European Schoolnet, 2006). Di Asia, seperti misalnya Indonesia telah menjadikan investasi TI di sekolah menjadi sesuatu yang penting. Dana alokasi khusus bidang pendidikan tahun anggaran 2010 sekitar 9 trilyun rupiah salah satunya adalah untuk sarana TIK pendidikan dan multimedia interaktif di Sekolah Dasar / Sekolah Dasar Luar Biasa (Mendiknas, 2010). Pada level pendidikan tinggi Departemen Pendidikan Nasional melalui Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi menyediakan Program Hibah Kompetisi Berbasis Institusi yang memberikan hibah pertahun sebesar 2 milyar yang salah satunya untuk pembangunan sistem manajemen yang didukung oleh sistem informasi, pangkalan data yang terintegrasi berbasis TI, dan infratruktur TI (Dikti, 2008).
Hal penting selain penguasaan teknologi dan informasi serta dukungan dana yang besar dari pemerintah adalah fleksibilitas arsitektur SI terhadap perubahan. Penyesuaian arsitektur SI suatu organisasi dilakukan seiring dengan perubahan pada organisasi (Gronau, 2003). Jika tidak sesuai dengan kondisi terkini, arsitektur akan segera menjadi sesuatu yang tidak berguna dan menyebabkan terbatasinya kemampuan perusahaan dalam mencapai tujuan dan misinya, padahal ia dibuat untuk meningkatkan perusahaan dari kondisi terkini (Chorafas, 2002). Di dalam Hashimi (2003) dijelaskan bagaimana pendekatan komputasi atau arsitektural sangat mempengaruhi kecepatan dan optimasi biaya pembaruan. Pendekatan yang menyebabkan sistem atau bisnis tidak fleksibel dapat menyebabkan modifikasi maksimum terhadap komponen sistem sehingga menimbulkan pemborosan waktu dan biaya (Miller, dkk, 2002). Dan pemborosan ini tidak menguntungkan di saat perguruan tinggi dan universitas berhadapan dengan peningkatan biaya TI.
Service Oriented Architecture (SOA) adalah kerangka kerja (Proteans, 2009) atau gaya arsitektural yang memodularisasi SI ke dalam layanan (Erl, 2005). SOA menyediakan fleksibilitas bagi organisasi (Proteans, 2009) atau menjadikan bisnis menjadi lebih fleksibel (Sprott, 2005). Dengannya organisasi memiliki business agility (Erl, 2009), yakni dapat merespon perubahan bisnis secara cepat (Sprott, 2005). Menghindari biaya pengembangan di masa depan (Brown, 2008) atau mencapai efektifitas biaya TI di semua unit bisnis (Erl, 2009) dapat dicapai dengannya.
Salah satu proses bisnis yang dijalankan sekolah dan universitas adalah layanan informasi akademik sebagai layanan Sistem Informasi (SI) (psychology.uii.ac.id). Layanan tersebut pada masa sekarang ini menggunakan saluran informasi akademik (Salira) berupa media informasi (Ringland, 2008) baik yang berbasis teknologi Short Message Service (SMS) ataupun internet (psychology.uii.ac.id) dan disediakan bagi pengguna internal (psychology.uii.ac.id) dan eksternal kampus (www.harvard.edu). Gaya arsitektural SOA dapat menjadikan Salira menjadi fleksibel, sehingga dengannya sekolah dan universitas dapat merespon perubahan secara cepat dan dengan biaya yang efektif sehingga keuntungan bisnis dapat dipertahankan atau ditingkatkan.
Excellent items from you, man. I have take into account your stuff previous to and you're just too magnificent.
BalasHapus스포츠중계
토토사이트
BalasHapus토토
토토사이트
I have read a few good stuff here. Definitely value bookmarking for revisiting.
토토
BalasHapusAppreciate the recommendation. Will try it out.
This content data gives truly quality and unique information. I’m definitely going to look into it.
BalasHapus바카라사이트