Saya dan istri selalu saling ingat mengingatkan utk tetap menjaga akal sehat di masa pandemi demi menjaga keselamatan diri dan keluarga. Kami tdk mendatangi titik-titik ekonomi yg dibuka seperti tempat wisata dan belanja di waktu biasanya ramai dikunjungi oleh banyak orang dari berbagai daerah. Kami tdk menerobos masuk ke tempat yg ditutup, apalagi mencela siapapun yg menutupnya krn hendak melindungi kami.
Saya dan anak mengganti salat Jum'at dgn Dzuhur saat zona lingkungan berubah menjadi merah, sesuai arahan MUI. Salat lima waktu adalah kewajiban, demikian pula dgn menjaga keselamatan jiwa, dua kewajiban yg tdk boleh kami labrak.
Saat anak disuruh membuka masker oleh orang lain, saya fahamkan kpd anak bahwa orang tsb tdk akan mengambil peran bila anak terpapar virusnya. Alhamdulillah anak memahaminya dgn baik. Anak relatif baik literasi pandeminya, sehingga ia sdh terbiasa mengenakan masker saat ke luar rumah, serta mencuci tangan setiap kali pulang dari luar rumah atau masuk ke dalam kendaraan.
Saat menjelang hari raya, saya dan istri memutuskan belanja kebutuhan di pertengahan Ramadhan, sebab memahami kebiasaan ramainya pengunjung di penghujung Ramadhan. Saya sudah divaksin dan keluarga tdk menunjukan gejala sakit, tetapi saya memutuskan utk tdk mudik ke luar kota setelah ada larangan. Saya dan keluarga tdk berkunjung ke tempat wisata tertentu di masa libur hari raya, sebab memahami kebiasaan ramai orang dari berbagai daerah datang ke sana di masa tersebut.
Apabila infeksi virus ini seumpama neraka dunia krn menimbulkan kesulitan mendunia, maka kami seakan diperintah agama utk menjaga diri dan keluarga dari padanya. Kami merasa tdk perlu mencela pembukaan dan penutupan tempat apapun oleh pemerintah atau siapapun dgn alasan pertimbangan terbaiknya. Kami mencukupkan diri dgn sifat alami menghindari bahaya dan akal sehat utk membuat keputusan melakukan atau tdk melakukan sesuatu.
0 comments :
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya