Dulu semasa bujang, saya sering menggunakan gamis, baik di dalam dan di luar kegiatan mengaji, dan bahkan mengusulkannya sebagai seragam organisasi. Kemudian ada yg menasihati agar saya jgn berislam secara simbolis, sebab berislam itu tdk bisa disimpulkan dari penampilan, tetapi dari apa yg kita fikirkan dan perbuat.
Sekarang ini saya mendengar nasihat yg sama dari Gus Men di hari Santri Nasional, agar santri tdk terjebak dgn simbol sarungan yg sdh menjadi identitas santri dari dulu. Saya termenung, menyadari kalau sudah lama sekali sarung dan peci tdk digunakan, bahkan saat salat Jum'at sekalipun. Bahkan celana cingkrang pengganti sarung, yg membuat saya dianggap terafiliasi kelompok tertentu, sudah saya tinggalkan juga.
Saya ingin lebih bermakna dgn menjadi sosok pelayan tanpa ikatan simbol apapun. Simbol terpenting bagi seorang pelayan adalah lafadz Tuhan yg harus senantiasa terpasang dan terbayang di mata, sehingga orang lain lebih mudah atau kuat ingatannya kpd Sang Khlaiq dari pada kpd sang pelayan.
#BiografiCahyana
0 comments :
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya