Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Selasa, 04 Januari 2022

Isme Relawan dan Filosofi Radio

Hari Senin pagi, tiga teman Relawan TIK dari Jawa Timur berkunjung ke Garut. Ketua pengurus wilayah Jawa Timur meminta semua berkas konsep yg pernah saya buat terkait Relawan TIK dan meminta izin pemanfaatannya untuk pengembangan Kerelawanan di Jawa Timur. Sebenarnya dgn tanpa izin sekalipun, semua berkas tsb yg sejak awal diniatkan utk amal jariyah boleh dimanfaatkan oleh siapapun.

Dalam kesempatan diskusi di Pasar Ceplak malam ini, saya mengemukakan pendapat bahwa menyamakan frequensi itu sebuah keniscayaan, tetapi utk memperluas audiennya, volumenya perlu diperbesar, di mana suara terdengar indah lebih diutamakan. Pendapat tersebut mengambil filosofi radio.

Maksud dari pendapat tersebut adalah, ketua pengurus organisasi wajib "menyamakan frequensi" (isme relawan) anggota dan pengurusnya, idealnya melalui diklat berdasarkan kurikulum. Keberadaan sekumpulan personel yg satu frequensi ini merupakan komponen penting keberlangsungan organisasi.

Namun sekalipun semua orang dapat menjadi relawan, tetapi tdk semua orang mewarisi isme relawan. Oleh karenanya, sekumpulan personel yg satu frequensi itu jumlahnya terbatas, sementara target audien atau penerima manfaat layanan relawannya sangat banyak dan tersebar di wilayah yg sangat luas.

Utk melayani banyak penerima manfaat, diperlukan peningkatan "volume suaranya", melalui perekrutan atau mobilisasi warga negara sebagai relawan. Peran warga negara ini adalah utk membesarkan suara yg bersumber dari titik frequensi ini (pengurus organisasi). Dengan kata lain, mereka menjadi kepanjangan tangan pengurus organisasi yg menyampaikan layanan relawan ke tengah masyarakat sesuai rencana atau target capaian program kepengurusan.

Diutamakan "volume suaranya indah", dalam arti mereka yg direkrut itu memiliki komitmen relawan (waktu, energi, dan kemampuan) pada level moderat hingga tinggi. Mereka yg level komitmennya rendah, namun berpotensi utk dapat menyampaikan layanan relawan tetap harus dilibatkan utk mengoptimalkan jangkauan pelayanan; Contohnya, peserta didik yg mengikuti pembelajaran relawan demi sertifikat atau angka kredit semata. Pengurus dapat melihat level komitmennya dari kualitas layanan mereka dan kesinambungan status aktifnya sebagai relawan dari tahun ke tahun.

Disaat frequensi ini belum tercapai, volumenya tdk boleh besar krn akan mengganggu banyak orang. Maksudnya, prioritas utamanya adalah menyiapkan kurikulum diklat yg menghasilkan lulusan yg mewarisi isme dan kompetensi relawan. Prioritas penunjangnya adalah mobilisasi yg dapat mengakselerasi kinerja layanan relawan. Apabila banyak orang direkrut sebagai relawan, sementara isme dan kompetensinya tdk terbentuk, output layanannya akan mengecewakan pengurus ataupun mitra penerima manfaat.

#BiografiCahyana

1 komentar :

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya