Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sabtu, 15 Januari 2022

Menemukan Kunci Perubahan Efektif dari Kisah Ibrahim


Perusakan berhala oleh Nabi Ibrahim merupakan bagian dari dialog teologis yg sedang dijalankannya. Beliau menyisakan satu berhala utk dijadikannya bahan pertanyaan logika kpd kaumnya, "Apakah berhala itu yg menghancurkan berhala lainnya?".

Saat pertanyaan logika Ibrahim tdk terbantahkan, kaumnya kemudian memutuskan utk membungkamnya dgn hukuman mati. Hal demikian menegaskan keyakinan semu kaumnya krn menolak pengujian dgn pertanyaan logika. Pemikirannya juga terbukti fallacy krn mendasarkan keyakinannya kpd praktik leluhurnya semata secara taklid buta.

Perusakan berhala terbukti tdk merubah pendirian dan menimbulkan sikap buruk pemeluknya, sehingga tdk perlu dipraktikan lagi. Ajaran pamungkas agama Abrahamic yg disampaikan oleh Nabi terakhir melarang kita menghina tuhan siapapun dan menyampaikan dakwah (logika Ketuhanan) bil hikmah (dgn baik). Larangan tsb dapat difahami sebagai petunjuk utk tdk perlu lagi mempraktikan perusakan berhala dlm proses dialog teologis, cukup sebatas menyampaikan pemikiran saja secara santun.

Pemikiran logis Ibrahim adalah output dialog yg membekas dlm jangka waktu panjang dan membuat berhala ditinggalkan dgn kesadaran sendiri. Pengikut agama Abrahamic saat ini hanya perlu mengembangkan pemikiran tsb dan menerapkannya dlm dialog teologis dgn umat manusia. Kisah Ibrahim menunjukan bahwa kunci perubahan keyakinan itu bukan pada perusakan berhala atau penghinaan tuhan, tetapi pada pemikiran Ketuhanan yg logis. Dan Nabi terakhir menyempurnakan pendekatannya dgn menggabungkan pemahaman Ketuhanan yg logis dgn kesantunan agar perubahan berlangsung secara lebih efektif dan mencegah dampak buruk yg tdk perlu dari reaksi ketersinggungan.

Pilihan seseorang utk mengabaikan cara counter yg efektif (logika Ketuhanan dan Kesantunan) dan mengandalkan counter yg tdk efektif (membungkam dgn kekerasan atau ketidaksantunan) adalah pilihan kaum yg membakar Nabi Ibrahim; pilihan yg menempatkan keyakinannya sebagai keyakinan semu yg tdk boleh didebat, dan menjadikan pemikirannya terperosok pada fallacy yg mendorongnya utk bersikap eklusif.

#PersepsiCahyana

0 comments :

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya