Karya arsitektur adalah wujud peradaban, dan musuhnya adalah kebiasaan pengguna yg merusak karya tsb. Mengeksekusi karya arsitektur itu mudah, namun menghilangkan kebiasaan manusia itu sulit, perlu intervensi sistem pendidikan.
Sangat tdk mengherankan bila kita menerima kabar, lampu di objek wisata yg belum selesai sudah ada yg pecah; atau tembok di alun-alun yg baru diresmikan sudah dipenuhi noda tanah bekas alas kaki. Mungkin bukan krn pelakunya tdk bangga dgn karya arsitektur tsb, tetapi krn tdk memiliki kebiasaan yg dibutuhkan oleh karya tsb. Menjaga kebersihannya adalah salah satu contoh wujud apresiasi pengguna yg diperlukan oleh karya tsb.
Saya memiliki pengalaman tentang bagaimana sekolah menanamkan nilai. Hingga saat ini saya memiliki perasaan aneh saat berjalan di trotoar sebelah kanan. Perasaan tsb merupakan hasil penanaman nilai oleh guru atau sekolah. Saat bersekolah di SD, guru mengajarkan lagu tentang bagaimana berjalan menuju sekolah. Lagu tsb sering saya nyanyikan dalam hati saat pergi ke sekolah. Rasa suka dan pengulangan itu membuat nilainya tertanam.
#BiografiCahyana
Ilustrasi gambar dari Zoel Hilmi
0 comments :
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya