Biasanya kita akan meneliti nasab apabila akan menikah. Tujuannya dua, yakni memastikan tdk menikahi orang yg haram dinikahi, dan perbaikan keturunan. Saya pribadi menikahi istri krn mengikuti bisikan dalam hati yg mengatakan ia adalah anak terbaik di keluarganya. Dan kenyataannya ia demikian bagi saya dan keluarganya. Sementara istri saya kemarin mengatakan, ia mau dinikahi karena baru pertama kali dekat dgn pria yg mentaati dan mengajak salat wajib.
Apa yg menjadi fokus saya dan istri adalah potensi baik yg merupakan hasil pembelajaran. Dgn sifat yg diwarisi dari orang tua melalui gen yg diturunkannya, kita berhasil melakukan perbuatan yg baik. Tdk ada warisan yg buruk, bila kita mampu menggunakannya dgn tepat di bawah panduan ilmu hasil pembelajaran. Misalnya, marah itu penyakit hati, tetapi marah akan menjadi baik bila disalurkan utk mencegah perbuatan yg merusak.
Istri saya merasa tenang dgn anak pertama yg telah mampu mentaati salat wajib dgn penuh kesadaran. Sebelum anak tsb lahir, saya telah menyiapkan namanya dan berdoa agar Allah mewariskan kpd nya sifat baik orang tuanya. Doa tsb dapat difahami sebagai permintaan agar Allah mengkombinasikan gen saya dan istri sedemikian rupa agar anak mampu mewarisi sifat dan perbuatan baik orang tuanya.
Saat anak menunjukan sifat yg tdk disukai istri, saya mengatakan bahwa sifat tsb akan baik bila dapat dikelola dgn baik. Seperti film X-Man, di mana kekuatan super tdk akan merusak bila dapat dikendalikan. Tetapi seseorang pasti punya kelemahan dlm pengendalian, sehingga dia perlu diingatkan atau didukung, minimalnya dimaklumi. Alasan masuk akal memakluminya adalah karena ada banyak kelebihan dibalik kekurangan seseorang dan kelebihan itu dapat digunakan utk menangani kekurangan.
Dulu saya pernah berusaha mengetahui nasab keluarga. Tapi kini saya tdk terlalu perduli dgn nasab, sebab nasib tergantung bagaimana usaha kita. Lagi pula kemuliaan di sisi Allah itu pada ketakwaan. Minimalnya kita menyukai amalan takwa, berada dekat dgn orang bertakwa, atau berusaha menjadi orang yg bertakwa, itu adalah modal yg cukup. Setiap anak tdk mewarisi dosa orang tuanya. Setiap anak mewarisi sifat orang tua yg bila dikelola dgn baik akan menghasilkan sesuatu yg baik dan bahkan jauh lebih baik.
Kuatnya kecenderungan kepada sisi buruk adalah tantangan lazim pada manusia. Kita akan menjadi mahluk yg mulia, apabila berhasil mengarahkannya kpd sisi baik. Misalnya, kecenderungan kuat mencuri diarahkan menjadi menabung, dan dibersihkan dgn bersedekah. Oleh karenanya tdk perlu khawatir dgn nasab atau gen, khawatir lah bila kita lalai dari mengelola kecenderungan-kecenderungan yg ada.
#BiografiCahyana
0 comments :
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya