Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Diselenggarakan mulai tahun 1991 dan bernaung di bawah Yayasan Al-Musaddadiyah.

Program Studi Teknik Informatika

Berdiri pada tanggal 30 Juni 1998.

Rinda Cahyana

Dosen PNS yang diperbantukan di Sekolah Tinggi Teknologi Garut sejak tahun 2005

Senin, 03 November 2025

Smartphone


Setelah berkendara setengah jam, kendaraan harus terhenti oleh antrian panjang krn bertemu dgn kemacetan di turunan. Saat mau mengambil foto, ternyata smartphone nya tertinggal di rumah. Akhirnya putar balik krn SIM, e-Tol, e-Wallet, semuanya ada di smartphone. 

Setibanya di rumah, ternyata kunci rumah dibawa istri keluar. Menghubunginya susah krn tdk ada smartphone. Akhirnya manjat rumah, naik ke lantai dua pake tangga. Kebetulan ada tukang yg lagi kerja di atas sana. 

Smartphone adalah dompet jaman sekarang. Berbagai urusan bisa terkendala dan gagal hanya karena tdk ada smrtphone. Jaman sekarang, tertinggal smartphone lebih bermasalah dari pada tertinggal dompet. 

#biograficahyana

Sabtu, 25 Oktober 2025

Masyarakat Informasi


Abstrak

Perkembangan pesat dalam teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah melahirkan struktur sosial baru yang dikenal sebagai Masyarakat Informasi. Dalam masyarakat ini, informasi tidak hanya dipandang sebagai data mentah, tetapi sebagai sumber daya ekonomi dan aset strategis perusahaan yang paling berharga. Artikel ini menganalisis definisi dan urgensi Masyarakat Informasi, serta menyoroti peran mendasar dari komponen inti TIK, yaitu hardware dan software, dalam mendukung dan menggerakkan seluruh proses operasional bisnis modern. Tujuan utama dalam Masyarakat Informasi adalah untuk mencapai keunggulan kompetitif melalui penguasaan dan pemanfaatan TIK yang efektif.

A. Landasan Konseptual: Dari Data Menjadi Nilai

Masyarakat Informasi didasarkan pada penciptaan, distribusi, akses, dan penggunaan informasi secara bebas (Karvalics, 2007). Untuk memahami pondasi masyarakat ini, penting untuk membedakan antara data dan informasi.

Data  adalah materi fakta mentah, seperti huruf, angka, simbol, atau suara (O’Brien & Marakas, 2008, hlm. 33, 4). Data mewakili kejadian atau transaksi yang dicatat dan disimpan sebelum diorganisasi menjadi bentuk yang berguna (Laudon & Laudon, 2012, hlm. 479). Sebaliknya,  informasi  adalah data yang telah dirangkum, dimanipulasi, atau diproses sehingga menjadi bermakna dan berguna bagi pengguna tertentu (Loose, 1997; O’Brien & Marakas, 2008, hlm. 3, 34).

Dalam konteks bisnis, tujuan utama sebuah sistem adalah memproses data menjadi informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 36; O’Brien & Marakas, 2010, hlm. 35). Informasi yang berkualitas harus memiliki atribut seperti akurasi, relevansi, kelengkapan, dan ketepatan waktu (timeliness) agar bernilai (O’Brien & Marakas, 2010, hlm. 354, 355).

B. Teknologi Informasi dan Komunikasi

Masyarakat Informasi mustahil terbentuk tanpa  TIK  atau  Infotech . TIK didefinisikan sebagai konvergensi teknologi telekomunikasi atau komunikasi dan komputer (Bouwman et al., 2005; ITU, 2002). TIK adalah istilah umum yang mencakup semua teknologi yang membantu memproduksi, memanipulasi, menyimpan, mengomunikasikan, dan/atau menyebarkan informasi (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 30). TIK menggabungkan komputasi dengan tautan komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa data, suara, dan video (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 30).

Fondasi fisik TIK—yaitu  hardware  dan  software —adalah yang memungkinkan pemrosesan data menjadi informasi, serta mendukung tiga peran vital sistem informasi dalam bisnis: mendukung operasi, mendukung pengambilan keputusan, dan mendukung strategi keunggulan kompetitif (O’Brien & Marakas, 2010, hlm. 8, 213).

Peran Fundamental Hardware

Hardware  didefinisikan sebagai semua mesin dan peralatan fisik dalam sistem komputer (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 38). Hardware berfungsi sebagai infrastruktur IT yang memungkinkan semua fungsi digital terlaksana (Rainer & Cegielski, 2016, hlm. 520).

Hardware mendukung aktivitas dasar sistem informasi (O’Brien & Marakas, 2010, hlm. 35; Williams & Sawyer, 2011, hlm. 26-27):

  1. Input:  Perangkat seperti  keyboard ,  mouse , atau pemindai (scanner) menangkap data mentah (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 255).
  2. Processing:   Central Processing Unit  memanipulasi data dan mengontrol komponen lain, mengubah data menjadi informasi (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 212; O’Brien & Marakas, 2010, hlm. 35).
  3. Output:  Perangkat seperti monitor atau printer menerjemahkan hasil pemrosesan ke bentuk yang dapat digunakan manusia (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 281; O’Brien & Marakas, 2010, hlm. 35).
  4. Storage:  Perangkat penyimpanan sekunder (seperti  hard disk  atau  flash memory ) menyimpan data dan program secara permanen (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 224).
  5. Control:  Mekanisme untuk memastikan semua aktivitas sistem berjalan sesuai standar dan prosedur (O’Brien & Marakas, 2010, hlm. 36).

Tanpa hardware, pemrosesan data, yang merupakan tujuan utama komputer, tidak dapat dilakukan (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 38, 244). Perkembangan terus-menerus membuat hardware menjadi lebih kecil, lebih cepat, lebih murah, dan lebih kuat, memungkinkan mobilitas dan personalisasi perangkat seperti  smartphone  dan PC tablet (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 364, 379; Laudon & Laudon, 2012, hlm. 202).

Peran Krusial Software

Meskipun hardware menyediakan sirkuit untuk pemrosesan, ia "tidak berguna tanpanya" (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 38).  Software  adalah kumpulan program dan prosedur yang memberikan instruksi kepada hardware tentang cara memproses data (O’Brien & Marakas, 2010, hlm. 33, 217; Rainer & Cegielski, 2016, hlm. 528).

Software terbagi dua jenis utama:

  1. System Software:  Mengelola dan mendukung operasi sistem komputer, termasuk sistem operasi ( Operating System  - OS) yang mengontrol dan mengarahkan aktivitas sistem, seperti  Windows  atau  Linux  (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 121, 140; Laudon & Laudon, 2012, hlm. 51).
  2. Application Software:  Program yang dirancang untuk mendukung tugas atau proses bisnis tertentu (Rainer & Cegielski, 2016, hlm. 529). Contohnya termasuk perangkat lunak produktivitas (seperti  word processing ,  spreadsheet ,  database software ), hingga sistem yang lebih canggih seperti sistem manajemen basis data ( Database Management System  - DBMS) (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 154, 161, 164; O’Brien & Marakas, 2010, hlm. 196).

Software, khususnya DBMS, sangat penting dalam Masyarakat Informasi karena mengelola  sumber daya data —kumpulan terintegrasi dari elemen data yang saling terkait (O’Brien & Marakas, 2010, hlm. 33, 409). DBMS (seperti  Oracle  atau  Access ) memungkinkan organisasi mengakses dan memanipulasi data dari basis data relasional (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 413; O’Brien & Marakas, 2010, hlm. 197).

Peran Jaringan dan  Cyberspace 

TIK juga mencakup  Network Resources, yaitu media komunikasi dan dukungan jaringan (O’Brien & Marakas, 2010, hlm. 34). Jaringan menghubungkan dua atau lebih komputer, menciptakan lingkungan yang disebut  Cyberspace —dunia maya yang dibentuk oleh komputer dan telekomunikasi (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 1, 18).

Jaringan, terutama Internet, Intranet, dan Extranet, memungkinkan bisnis menjalankan  e-business  dan  e-commerce , menghubungkan operasi internal dengan pelanggan dan pemasok (O’Brien & Marakas, 2010, hlm. 12, 218). Fenomena ini memastikan informasi tidak hanya didistribusikan lebih cepat, tetapi juga dikumpulkan, disimpan, diarsipkan, dan diakses kapan pun dan di mana pun (Gudauskas, 2011).

C. Keunggulan Kompetitif dan Kebutuhan Literasi

Dalam Masyarakat Informasi, orang atau bisnis yang berhasil adalah mereka yang menguasai dan mengendalikan informasi (Fenner, 2002). Penggunaan TIK yang strategis membantu perusahaan mencapai keunggulan kompetitif (O’Brien & Marakas, 2010, hlm. 8, 201).

Namun, untuk memanfaatkan TIK ini, individu harus memiliki beberapa kemampuan penting:

  • Computer Savvy:  Mengetahui apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh komputer, bagaimana komputer memberikan keuntungan atau kerugian, dan kapan harus mencari bantuan teknis (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 2).
  • ICT Literacy:  Kemampuan menggunakan TIK yang diperlukan oleh kebanyakan pengguna (Acevendo, 2005).
  • Digital Literacy:  Kemampuan untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan, serta mengakses, menemukan, dan memprosesnya untuk menciptakan nilai dengan TIK (Árpád, 2007; Andretta, 2005). Literasi digital mencakup kemampuan teknis dan sosial, seperti membuat dan membagikan konten, mengelola identitas digital, dan menjaga privasi  online  (Wheeler, 2012, hlm. 5, 6).

Kesimpulan

Masyarakat Informasi adalah realitas yang didorong oleh konvergensi teknologi, di mana komponen inti IT— hardware sebagai pondasi fisik dan software sebagai instruksi cerdas—berinteraksi melalui jaringan untuk memproses data menjadi informasi yang strategis. Keberhasilan dalam Masyarakat Informasi bergantung pada sejauh mana organisasi dan individu dapat mengadopsi TIK dan mengembangkan literasi yang diperlukan untuk menciptakan, mengelola, dan memanfaatkan aset informasi ini guna mencapai keunggulan kompetitif global.

Daftar Pustaka

  1. Acevendo, V. (2005). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  2. Andretta, S. (2005). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  3. Árpád, P. (2007). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  4. Bouwman, H., R. F. W. Van B. P., & Van Der W. (2005). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  5. Drucker, P. F. (1992). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  6. Fenner, G. (2002). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  7. Gudauskas, R. (2011). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  8. Huang, K. T., Y. W. L., & Wang, J. (1999). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  9. ITU. (2002). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  10. Karvalics, L. Z. (2007). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  11. Laudon, K. C., & Laudon, J. P. (2012).  Management Information Systems: Managing the Digital Firm  (13th ed.). Pearson Education Limited.
  12. Loose, M. (1997). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  13. Moody, D. L., & Walsh, P. (1999). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  14. O’Brien, J. A., & Marakas, G. M. (2008). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  15. O’Brien, J. A., & Marakas, G. M. (2010).  Introduction to Information Systems  (15th ed.). McGraw-Hill/Irwin.
  16. Rainer, R. K., & Cegielski, C. G. (2016).  Introduction to Information Systems  (3rd ed.). John Wiley & Sons, Inc.
  17. Wheeler, S. (2012). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  18. Williams, B. K., & Sawyer, S. C. (2010). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  19. Williams, B. K., & Sawyer, S. C. (2011).  Using Information Technology: A Practical Introduction to Computers & Communication: Complete Version  (9th ed.). McGraw-Hill Companies, Inc.

Rabu, 15 Oktober 2025

Kenapa Harus di Pinggir Jalan?

Pagi tadi lewat depan pabrik besar di daerah Leles. Seperti biasa selalu macet di jam-jam tertentu. Nampak di pinggir jalan dekat pabrik tsb dipenuhi oleh PKL. Pejalan kaki hanya punya dua opsi, berjalan di belakang PKL yg sempit atau di bahu jalan bersama kendaraan. Memang belum ada kasus rem blong yg mengancam jiwa, tapi bukan berarti tdk mungkin terjadi. Entah berapa banyak asap kendaraan dan debu yg hinggap di makanan yg tersaji di gerobak-gerobak PKL tsb. Nampak kesehatan dan keselamatan jiwa dianggap bukan sesuatu yg penting.

Belakangan ini ramai di medsos wacana pemilihan jalan di Garut utk CFD. Saya pribadi mendukung CFD, namun di jalan yg jika ditutup tdk berdampak pada kemacetan atau bukan jalan utk mengurai kemacetan. Di beberapa titik ada pasar tumpah yg dilabeli CFD, seperti di Jln Sukarno Hatta yg biasa digunakan utk mengurai kemacetan daerah Kadungora, dan Jln Ibrahim Adjie yg dapat mengurai kemacetan di wilayah Tarogong. 

Gubernur pernah menyindir, Garut termasuk penerima dana pembangunan jalan terbesar. Apa kira-kira pendapat Gubernur kalau jalan yg dibangun dgn biaya mahal tsb malah dipakai pasar tumpah atau CFD? Sementara di tempat lain masih banyak jalan yg kondisinya masih rusak. 

Kenapa agenda week end yg bagus seperti itu tdk di lapang saja. Biar jalan dipakai kendaraan, serta trek joging dan pesepeda. Jgn normalisasi atau membiasakan berjualan di pinggir jalan. Kebiasaan tsb beresiko thd kesehatan dan keselamatan jiwa. Kesejahteraan bisa diupayakan dgn cara yg lebih baik.

#persepsicahyana

Senin, 13 Oktober 2025

Gak Sat Set


Mau ngisi BBM dgn kartu debit atau QRIS, katanya tdk bisa krn masih pagi. Ada yg bisa, harus balik melawan arah tujuan. Ketemu beberapa tempat lainnya di depan, ternyata semua tdk melayani cashless sama sekali. 

Ambil uang di ATM, mesinnya rusak. Ketemu di tempat lain, mesinnya nolak mengeluarkan uang sebelum buka helm dan tentu saja berikut maskernya. Keluar dari ATM ada jukir menanti, mana susah ngambil uang klo pake sarung tangan, duh. Bepergian pake motor ribetnya duh, gak bisa sat set, bikin bad mood.

Btw, SPBU yg itu bikin males ke sana lagi. Pengalaman pertama, petugasnya bikin aplikasi keblokir. Pengalaman kedua, dah ngantri lama malah mobil lain yg baru datang yg diisi, ya sudah langsung cabut tanpa nunggu diisi. Pengalaman ketiga, ga bisa ngisi pake debit atau QRIS krn masih pagi. 

 #cahyanatrip

Jumat, 10 Oktober 2025

Sistem dan Teknologi Informasi


 A. MASYARAKAT INFORMASI

Masyarakat Informasi: Era Konvergensi Teknologi, Literasi, dan Data

Artikel ini disusun berdasarkan materi perkuliahan "01 Masyarakat Informasi" (Cahyana, 2020), yang bertujuan mengidentifikasi karakteristik masyarakat modern yang didominasi oleh konvergensi teknologi dan data.

I. Pengguna di Era Digital: Generasi dan Karakteristik

Dunia modern ditandai oleh pergeseran generasi, membagi pengguna teknologi menjadi Imigran Digital dan Pribumi Digital (Cahyana, 2020). Fokus utama diberikan pada Generasi Milenial, yang mencerminkan pepatah, "Sendiri di ruang nyata bukan berarti sepi di dunia maya" (Cahyana, 2020).

Karakteristik kunci Generasi Milenial meliputi (Cahyana, 2020):

  1. Selalu Daring (Always On): Mereka terbiasa terhubung ke jaringan untuk mengakses layanan dan informasi (Cahyana, 2020; Williams & Sawyer, n.d., p. 20). Generasi ini nyaman dengan perangkat digital di sekitar mereka (Williams & Sawyer, n.d., p. 94).
  2. Pembelajar Intuitif (Cahyana, 2020).
  3. Berorientasi Multimedia (Cahyana, 2020).
  4. Sangat Sosial/Multitask (Cahyana, 2020). Multitasking adalah kemampuan melakukan beberapa tugas sekaligus, seringkali dengan menggeser fokus secara cepat (O’Brien & Marakas, 2010, p. 95).

Untuk memahami lanskap digital ini, beberapa definisi kunci ditetapkan:

  • Cyberspace (Dunia Maya) adalah dunia maya yang dibentuk oleh komputer dan telekomunikasi (Williams & Sawyer, 2010, dikutip dalam Cahyana, 2020).
  • Multimedia adalah teknologi yang menyajikan informasi dalam banyak medium (Cahyana, 2020). Secara teknis, multimedia menggabungkan teks, grafik, animasi, video, dan suara dalam komunikasi yang terintegrasi (Laudon & Laudon, 2014, p. 377; O’Brien & Marakas, 2010, p. 32).
  • Daring (Online) berarti terhubung ke jaringan untuk mengakses informasi dan layanan (Williams & Sawyer, 2010, dikutip dalam Cahyana, 2020).

II. Fondasi Informasi dan Literasi Dasar

Transisi ke Masyarakat Informasi menuntut penguasaan beberapa bentuk literasi teknologi.

1. Melek Komputer dan TIK

Melek Komputer (Computer Savvy) adalah kemampuan seseorang untuk memahami apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan komputer, bagaimana komputer memberikan keuntungan atau kerugian, dan kapan harus menyelesaikan masalah komputer secara mandiri versus meminta bantuan (Cahyana, 2020; Williams & Sawyer, n.d., p. 2).

Melek TIK (Literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi) didefinisikan sebagai kemampuan individu dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang diperlukan oleh sebagian besar pengguna (Acevedo, 2005, dikutip dalam Cahyana, 2020). TIK itu sendiri merupakan konvergensi teknologi telekomunikasi/komunikasi dan komputer (Bouwman dkk., 2005; ITU, 2002, dikutip dalam Cahyana, 2020).

2. Data, Informasi, dan Nilai Strategis

Memahami perbedaan antara Data dan Informasi adalah fundamental:

  • Data adalah material fakta mentah, seperti huruf, nomor, simbol, bentuk, dan suara (O’Brien & Marakas, 2008, dikutip dalam Cahyana, 2020). Data adalah fakta mentah atau observasi, biasanya tentang fenomena fisik atau transaksi (Rainer & Cegielski, 2011, p. 514; O’Brien & Marakas, 2010, p. 30).
  • Informasi adalah data yang bermakna dan berguna (O’Brien & Marakas, 2008, dikutip dalam Cahyana, 2020). Informasi dihasilkan melalui proses tertentu dan disampaikan kepada pengguna tertentu (Loose, 1997; Machlup, 1980; O’Brien & Marakas, 2008, dikutip dalam Cahyana, 2020).

Informasi memiliki nilai yang sangat tinggi; ia merupakan kunci sumber daya ekonomi dan salah satu aset penting perusahaan yang sangat berharga (Drucker, 1992; Huang dkk, 1999; Moody & Walsh, 1999, dikutip dalam Cahyana, 2020). Oleh karena itu, orang atau bisnis yang berhasil adalah mereka yang menguasai dan mengendalikan informasi (Fenner, 2002, dikutip dalam Cahyana, 2020).

III. Literasi Lanjutan dan Masyarakat Informasi

1. Melek Informasi dan Literasi Digital

Melek Informasi (Information Literacy) didefinisikan sebagai kemampuan mengetahui informasi yang diperlukan, serta mengakses, menemukan, dan memprosesnya untuk menciptakan nilai menggunakan TIK (Andretta, 2005; Árpád, 2007, dikutip dalam Cahyana, 2020).

Konsep yang lebih luas adalah Literasi Digital (Wheeler, 2012, dikutip dalam Cahyana, 2020), yang mencakup sembilan kemampuan kritis, yaitu (Cahyana, 2020):

  1. MEMBUAT (konten untuk audien berbeda).
  2. MEMBAGIKAN (informasi agar mudah dicari).
  3. MENGGUNAKAN KEMBALI (konten untuk berbagai keperluan).
  4. JEJARING SOSIAL (untuk pembelajaran formal dan informal).
  5. TRANSLITERASI (mampu menggunakan beragam platform).
  6. MENYIARKAN SENDIRI (mampu menerbitkan ide dan konten).
  7. MEMILIH KONTEN (menggunakan mesin pencari).
  8. MEMELIHARA PRIVASI (memahami bahaya online dan strategi kerja aman).
  9. MENGELOLA IDENTITAS (menggunakan identitas yang sesuai di berbagai platform).

2. Masyarakat Informasi

Masyarakat Informasi (Information Society) adalah bentuk masyarakat baru di mana struktur sosialnya didasarkan pada pembuatan, distribusi, akses, dan penggunaan informasi secara bebas (Karvalics, 2007, dikutip dalam Cahyana, 2020). Tujuan utamanya adalah mendapatkan keuntungan kompetitif melalui TIK (Gudauskas, 2011, dikutip dalam Cahyana, 2020), di mana informasi dapat dikumpulkan, disimpan, dan diakses kapanpun dan di manapun (Gudauskas, 2011, dikutip dalam Cahyana, 2020).

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Cahyana, R. (2020). 01 Masyarakat Informasi [Materi Perkuliahan]. Institut Teknologi Garut, IFUWP1316 Sistem & Teknologi Informasi Teknik Informatika.

Laudon, K. C., & Laudon, J. P. (2014). Management information systems: Managing the digital firm (13th Global ed.). Pearson Education Limited.

Rainer, R. K., Jr., & Cegielski, C. G. (2010). Introduction to information systems (3rd ed.). John Wiley & Sons, Inc.

Williams, B. K., & Sawyer, S. C. (2011). Using information technology: A practical introduction to computers & communications (9th ed.). McGraw-Hill.

Jumat, 03 Oktober 2025

Konten Negatif Warisan Iblis


Tdk mengherankan bila konten ujaran kebencian dan hoax kita temui di media sosial. Ujaran kebencian dan hoax muncul di awal sejarah manusia. Ujaran negatif tersebut mungkin menimbulkan trauma dan terekam dalam gen manusia, sehingga ada yg secara tdk sadar melampiaskannya dgn melakukan ujaran yg sama kpd sesamanya, dan ada juga yg menolak krn sangat membencinya. 

Iblis tercatat dalam teks al-Qur'an sebagai pelaku ujaran kebencian pertama dgn perkataannya, "Aku lebih baik daripadanya. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan Engkau ciptakan dia dari tanah" (Q.S. al-A'raf: 12 dan Shad: 76). Ujaran ini menargetkan karakteristik antar golongan. Pernyataan "aku lebih baik" telah mendiskriminasi golongan tanah (manusia). 

Di media sosial, ujaran lain yg bermasalah adalah hoax, semacam kabar bohong. Sama hal nya dgn ujaran kebencian, hoax pertama kali dilakukan oleh Iblis dgn perkataannya, "Tuhanmu tidak melarang kamu berdua mendekati pohon ini, melainkan agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)." (Q.S. al-A'raf: 20). Padahal dgn mendekatinya, manusia terusir dari surga. 

Hoax masih menyesatkan sampai saat ini, bahkan dilakukan oleh manusia. Seburuk-buruknya manusia adalah mereka yg membuat hoax, padahal hoax menjadi sebab dirinya terusir dari Surga. Sebodoh-bodohnya manusia adalah mereka yg terhasut oleh hoax. Hoax adalah dosa yg dapat mematikan hati. Tanda matinya hati adalah tdk timbulnya rasa penyesalan menjadi orang yg buruk dan bodoh.

Banyak hoax tersebar dgn motif kebencian. Sebagaimana Iblis yg mengawali kejahatannya kpd manusia dgn ujaran kebencian dan mengalahkan manusia yg dibencinya dgn hoax. Iblis menyadari, manusia menjadi sosok utama krn lebih tahu setelah diberi tahu. "Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya ... " (Q.S. al-Baqarah: 31). Namun, Iblis melihat kelemahan di dalam kelebihan manusia tersebut, yakni ketidaktahuan akan informasi bohong. Manusia bisa dijebak dgn informasi bohong krn manusia hanya diajari Tuhan tentang informasi benar. Manusia membayar pengetahuan tentang informasi bohong dgn sangat mahal, diusir dari surga. 

Ujaran kebencian dan hoax adalah warisan Iblis. Masih banyak manusia yg meyakini hoax sebagai senjata mematikan utk mengalahkan sesama yg dibencinya. Hoax dapat memperbesar dampak ujaran kebencian yg mencakup diskriminasi hingga konflik sosial. Walau demikian, ada banyak manusia yg menyadari bahayanya, sehingga menangani ujaran kebencian sebagai akar masalah hoax dgn pendekatan preventif dan represif.

Indonesia memiliki undang-undang yg mencegah ujaran kebencian, salah satunya utk kasus di ranah digital. Ujaran kebencian di ranah digital yg tdk mengandung hasutan memang tdk dijerat hukum. Namun, langkah penanganannya telah dilakukan secara preventif dgn pendidikan, pemblokiran, atau kontra ujaran yg melibatkan partisipasi masyarakat. Pelaku yg menghasut pun dipertimbangkan tingkat pengaruhnya. Semakin besar pengaruhnya, semakin besar kemungkinan ditangani secara represif oleh aparat hukum. 

#persepsicahyana

Rabu, 03 September 2025

Bencana Hoax

 


Suatu bangsa akan cepat hancur bila masyarakatnya mudah terhasut kebohongan hanya krn benci dan kekuasaan lembek terhadap para penghasut hanya krn suka.

Sangat miris melihat sebagian rakyat Indonesia masih rentan dengan hasutan konten hoax di media sosial. Padahal agama mengajarkan kepada mereka untuk tabayun, memeriksa kabar apapun, terutama yang menghasut kebencian. Lebih miris lagi, mereka lupa kalau pencurian itu haram, padahal mereka membenci korupsi. Bahkan ada yang berusaha menormalisasi maksiat dosa dan pelanggaran hukum tersebut dengan membandingkan ukuran pencurian. Katanya, korupsi yang dilakukan oleh pejabat masih lebih besar dibandingkan penjarahan oleh rakyat. Mereka hendak mewujudkan negeri hipokrit yang penuh dengan persaingan antar pencuri kelas kakap dan kelas teri. 

Kejadian baru-baru ini menimpa sejumlah artis yang menjadi anggota dewan. Rumah mereka dirusak dan dijarah. Awal kejadiannya mereka ikut berjoget mengikuti orkestra UNHAN dalam peringatan HUT Republik Indonesia ke-80 di Senayan. Setan Miswath kemudian membuat konten hoax adu domba dgn cara memotong video dan menambahkan caption utk memicu kebencian. Hoax ini berhasil menghasut sebagian rakyat dan  menimpakan musibah bagi artis yg mengapresiasi orkestra anak bangsa dan lagu daerah tersebut. Musibah ini telah menjatuhkan harga diri bangsa. Bagaimanapun, pembuat hoax ini harus dihukum krn telah menghasut perusakan dan penjarahan. Hanya manusia baik yg menyesal atas kesalahannya. 

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu" (Q.S. al-Hujurat ayat 6)

Sangat manusiawi bila kita kecewa dengan kesenjangan sosial dan ketidaksensitifan anggota Dewan terhadap kondisi rakyat. Namun, ketidaksukaan itu harus tetap berada di atas jalan yang benar. Tidak boleh dilampiaskan dengan fitnah dan adu domba. Agama mengajarkan kita untuk bermusyawarah guna menyelesaikan masalah, bukan malah melakukan tindakan yang berkontribusi pada penderitaan rakyat lainnya. 

"Dan janganlah sekali-kali kebencian kalian terhadap sesuatu kaum mendorong kalian untuk berlaku tidak adil. Berlaku adil­lah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa" (Q.S. al-Maidah ayat 8)

#persepsicahyana