Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Senin, 27 Agustus 2018

Temu Darat Pertama Saya di Munas Semarang


Forum Dosen Indonesia adalah perkumpulan dosen berbadan hukum yang digagas pendiriannya oleh sejumlah pegiat Facebook GDI (Grup Dosen Indonesia). Berdiri pada tanggal 24 Agustus 2013. Sebagai anggota komunitas maya GDI, saya menyediakan diri secara sukarela membantu organisasi ini dalam pekerjaan terkait TIK. Dalam rentang waktu dari tanggal 18 - 22 Januari 2014 saya membantu pembuatan logo dan situs web FDI. Didorong oleh totalitas kerelawanan, saya gratiskan semuanya untuk FDI, termasuk sewa hosting web nya. Saya memahami bahwa relawan tidak hanya bersedekah waktu dan keterampilan saja, tetapi juga uang. 

Pada awalnya logo FDI hanya lingkaran merah dengan teks FDI di tengahnya. Dalam perjalanan perancangan logo tersebut saya menawarkan penambahan tiga warna di sekeliling lingkaran merah tersebut yang mewakili Tridharma. Tidak lupa saya sampaikan makna relasi warna dengan Tridharma nya sebagai berikut : 1) Kuning / Emas : Pendidikan, mencetak generasi emas Indonesia, 2) Biru Langit : Penelitian, seperti langit tanpa batas yg dapat dicapai sebatas kekuatan manusia, 3) Hijau : Pengabdian masyarakat yang lebih bersifat kerelawanan, bekerja demi amal, 4) Merah dan putih : Indonesia. 


Tidak berhenti di logo dan situs web, saya juga ikut serta dalam diskusi perancangan terkait grafis lainnya, seperti rancangan bendera / panji FDI pada tanggal 13 April 2015 yang ternyata bermanfaat dan disetujui oleh pengurus pusat. Saya juga membantu mendaftarkan FDI ke Techsoup Asia sehingga FDI dapat memanfaatkan bantuan Google for Nonprofit. Semua itu saya lakukan semata karena kesadaran bahwa saya adalah relawan TIK. Tidak perlu temu darat untuk beramal sukarela, selama layanan relawa TIK bisa dilaksanakan secara online. 


Bertepatan dengan Milad FDI yang ke-2 diselenggarakan MUNAS (Musyawarah Nasional) FDI di Bandung, tanggal 24 - 25 Agustus 2015. Walau saya ikut terlibat dalam pembuatan situs web MUNAS nya, namun saya belum bisa hadir dalam temu darat anggota FDI yang kedua tersebut. Mungkin karena amal relawan tersebut nama saya dituliskan dalam jajaran Dewan Pengurus Pusat FDI yang diputuskan pada tanggal 25 September 2015. Sebenarnya dengan atau tanpa menjadi pengurus, insya Allah saya membantu FDI selama mampu. 

Usulan grafis terakhir pada tahun 2017 adalah rancangan sampul buku antologi berjudul : "Sang Pendidik : Jalan Terang Penuh Cinta". Alhamdulillah, rancangan tersebut digunakan oleh perancang sampulnya dengan perbaikan pada beberapa bagian hingga buku tersebut diterbitkan. Tulisan pengalaman dosen dari berbagai perguruan tinggi, termasuk saya, ada di dalam buku tersebut.


Tanggal 12 Juli 2018, serta 18, 23, dan 24 Agustus 2018, bu Irma, sekretaris FDI menanyakan kepastian saya hadir di MUNAS FDI Semarang. Saya menjawab, diupayakan datang. Saya dikondisikan sekamar dengan pak Yanuardi Syukur yang akan menjadi salah satu pemateri di MUNAS FDI. Saat itu saya merasa perlu datang karena selain belum pernah temu darat, juga karena laptop bu Irma belum berhasil dipasangi Office 365 yang dibeli melalui saya, walau sudah dicoba dipasang di mana-mana.

Alhamdulillah, ada bantuan dana dari Area 306 untuk akomodasi saya ke Semarang. Saya harus singgah dulu ke Subang satu hari sebelum berangkat ke Semarang. Ada acara reuni GMA (Generasi Muslim al-Muhajirin) yang harus saya ikuti di Subang, di mana saya dipercaya untuk menyampaikan pengalaman sebagai anggota dan pengurusnya. 

Acara GMA tersebut bersamaan harinya dengan keberangkatan saya ke Semarang. Kakak saya membantu menguruskan tiket Pesawat pulang-pergi Semarang-Bandung. Dan seperti biasa pesawatnya delay hingga satu jam lebih. Saya segera menghubungi bu Irma bahwa kemungkinan datang setelah pak Yanuardi mendarat di Semarang sehingga mungkin tidak bisa memenuhi permintaan bu Irma untuk pergi bersama-sama ke Hotel Gracia. 

Setibanya di Semarang, saya dihubungi oleh bu Irma. Beliau menanyakan posisi saya di Bandara, karena beliau dan yang lainnya setelah menjemput pak Yanuardi terus jalan untuk mencari makan. Saya sampaikan bahwa saya sudah tiba dan tidak perlu menjemput ke Bandara. Teman saya dari Relawan TIK Semarang batal menjemput karena istrinya sakit. Tadinya saya mau memanfaatkan voucher Taksi yang saya peroleh di acara Sebangsa. Namun taksi yang ditunggu tidak terlihat. Akhirnya saya menggunakan taksi lainnya.

Setibanya di hotel langsung saya menanyakan harga kamar. Lalu saya hubungi kakak untuk membantu booking melalui internet supaya harganya lebih murah. Hari itu akan ada banyak peserta MUNAS yang datang, dan mungkin saja jumlah kamar hotel yang disiapkan oleh panitia belum memadai. Dan ternyata benar saja, ada beberapa peserta yang tidak tertampung. 

Kamar yang saya pesan bermanfaat sehingga ada dua peserta yang bisa memanfaatkannya. Saya terbangun dari tidur yang kedua saat pak Djadja masuk ke kamar selepas subuh. Setelah salat subuh saya berbincang dengan pak Djadja, mulai dari kepemimpinan di Perguruan Tinggi hingga kepemimpinan di FDI. Beliau menyarankan agar saya ikut bursa calon ketua FDI atau menjadi sekretaris FDI. Namun saya sampaikan ke beliau bahwa saya merasa nyaman membantu FDI di bidang teknologi informasi. Lagi pula saya tidak bisa menghadiri MUNAS karena harus menghadiri rapat kampus.  

Temu darat pertama saya adalah dengan bu Irma. Beliau menunggu saya di depan hotel yang di belakang. Baru keesokan harinya saya bertemu dengan pengurus FDI lainnya yang selama ini berinteraksi di media sosial Facebook dan Whatsapp. Hari pertama MUNAS diisi oleh seminar. Sepanjang hari tersebut saya gunakan untuk memasang Office 365 di laptop nya bu Irma. Alhamdulillah, setelah berjam-jam berusaha akhirnya terpasang juga. 

Setelah mencicipi empek-empek Palembangnya bu Raden Ayu, saya pamit kepada semuanya karena harus segera menuju Bandara. Saya sampai di Bandung lepas Maghrib. Setelah itu saya menjalankan motor NMAX agak santai ke Garut, dan menyempatkan makan malam di Ampera. Sayangnya, makanan yang saya inginkan tidak ada, udang galah yang biasanya tersedia di rumah makan tersebut. Temu darat tersebut semoga memberikan tambahan rasa silaturahmi, yang tidak sekedar bertemu raga, tetapi tersampaikannya amaliah kasih di alam nyata. Dapat tersenyum di alam nyata merupakan tambahan sedekah bagi seorang relawan TIK. 


0 comments :

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya