Di usia kepala 4 ini saya mulai kewalahan kalau begadang. Malam itu saya menyiapkan materi diklat sampai lewat tengah malam. Selepas dzuhur, Diklat hari terakhir itu digelar sampai sore. Saya melaksanakannya secara daring di kampus. Sepulangnya dari kampus, saya merasakan kantuk saat berkendara. Sesampainya di rumah, sekitar pukul 5 sorean saya tertidur. Syukurlah anak membangunkan krn ada telp dari bapak yg menanyakan akun Facebooknya.
Selepas salat maghrib saya menyerah dari kantuk ini, tidur terlelap dan bermimpi bertemu kyai yg mengingatkan saya agar menjaga salat. Sekitar pukul setengah dua malam saya terbangun dan mencoba utk terjaga krn ingat blm melaksanakan salat isya. Saya tdk terbiasa meminum kopi, sehingga hrs menahan kantuk utk bisa salat isya.
Selepas salat, saya buka Whatsapp, ada tiga pesan masuk yg mengingatkan saya akan acara penting malam tadi. Bang Mihram dan dan kang Mario Devys yg satu kelompok dlm bidang LITBANGSDM mengajak saya gabung ke ruang maya, di mana pak Fajar Eri Dianto selaku ketua umum terpilih akan mengenalkan pengurus baru Relawan TIK Indonesia. Saya juga membaca pesan dari Zoel Hilmy, ketua Komunitas / Relawan TIK kampus yg menginformasikan kalau saya ditunggu di ruang maya tersebut. Katanya, Relawan TIK Indonesia mengucapkan terima kasih kepada Sekolah Tinggi Teknologi Garut yg telah bersedia menjadi Pusdiklatnas Relawan TIK Indonesia.
Kepada ketiganya saya sampaikan alasan tdk menghadiri, dan kepada ketua umum saya meminta maaf krn alasan tsb. Tiga hari menjadi instruktur diklat Relawan TIK Garut membuat saya lelah, tertidur, dan melewatkan event perdana Pengurus Pusat Baru Relawan TIK Indonesia. Bang Mihram dan pak Fajar Eri memaklumi kondisi tersebut. Katanya, yg terpenting sehat.
Mungkin ada yg berfikir saya sebegitunya krn mendapat insentif uang jutaan sebagaimana dlm Diklat yg digelar oleh Kementrian. Saya katakan, tidak. Komitmen semua relawan saat melaksanakan kegiatannya adalah sukarela demi amal. Dan bagi relawan, pahala amal itu nominalnya kalau diuangkan melampaui jutaan rupiah uang yg bakal ditinggal kalau mati. Saya selama ini meyakini kehadiran Tuhan yg selalu hadir membukakan jalan penyelesaian di saat saya berhadapan dgn masalah.
Kegiatan Diklat Relawan TIK Garut tiga hari tsb penting utk empat kepentingan. Pertama, membantu masyarakat memahami Relawan TIK. Kedua, membantu kampus agar dapat mememuhi dharma pengabdiannya. Ketiga, membantu ketua Relawan TIK Garut agar dapat segera melaksanakan regenerasi. Dan keempat, utk mengujicoba struktur kurikulum Diklat anggota yg saya buat dan sosialisasikan di Relawan TIK Indonesia. Selepas acara penutupan Diklat yg ditutup oleh pak Hilmi Aulawi, ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut yg menjadi penasihat Komunitas / Relawan TIK Garut, beliau menyatakan apresiasinya atas acara tsb kpd saya.
Sebelum acara Diklat dilaksanakan, Muhammad Rikza Nashrulloh berkonsultasi kpd saya ttg bagaimana ia mengembalikan amanat jabatannya sebagai ketua Relawan TIK Garut yg sdh lama diembannya. Saya mengajaknya utk melaksanakan musyawarah sesuai AD/ART Relawan TIK Indonesia, yakni dgn mengundang tiga perwakilan komisariat. Garut kekurangan satu komisariat, sehingga saya mendorongnya utk menggelar Diklat dan pembentukan komisariat bersama yg disediakan bagi masyarakat yg di instansinya tdk ada komisariat.
Dlm pertemuan yg membahas pergantian kepengurusan Komunitas / Relawan TIK kampus, saya menyampaikan kpd pengurus dan anggota yg hadir agar purna pengurus yg masih ingin memperpanjang silaturahmi dan bersedekah demi amal dan kemanusiaan agar melanjutkannya di ruang yg lebih luas dari pada komisariat kampus, yakni di tingkat cabang.
Sebagai pembina saya memberi nasihat, bila ada musyawarah cabang, perwakilan yg diutus harus purna pengurus dan anggota biasa yg satu angkatan dgnnya. Agar pengalaman mereka lebih berkembang, dan agar anggota di bawah angkatan mereka tdk duplikasi atau loncat jabatan. Nasihat tersebut sejalan dgn gagasan saya tentang jenjang karir Relawan TIK yg dituliskan dlm buku Mobilisasi Relawan TIK Indonesia.
Sebagai orang yg memahami agama dan beriman kpd Nya, kita semua meyakini bahwa Tuhan membukakan pintu rejeki dgn silaturahmi, dan melipatgandakan rejeki dgn sedekah. Semakin luas, semakin terbuka lebar dan berlipatganda. Rejeki yg dimaksud tdk harus selalu materi, tetapi juga ruhani. Oleh karena itu, tidak perlu ada kata berhenti utk menjadi relawan, sekalipun energi ini tdk sebesar dulu.
0 comments :
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya