Daya tarik ujaran2 kasar yg mengandung kata-kata seperti 🤬 dalam gurauan, lagu atau pemasaran terlihat saat penikmatnya berbondong2 mendatanginya. Pengemasan pesan baik dgn ujaran kasar masih ditolerir oleh sebagian orang. Sebagian lainnya malah tdk perduli dgn isi pesannya, apakah baik atau buruk, difahami atau tdk, krn lebih memperhatikan aspek kenikmatan lainnya. Oleh krn itu wajar pengujar kasar ada banyak pengikutnya, dan ujarannya terus menerus didengungkan dari generasi ke generasi, zaman ke zaman oleh sebagian pengikutnya. Terlebih ada penelitian* yg menunjukan manfaat memaki, seperti menambah kekuatan dan mengurangi rasa nyeri.
Sementara itu, ada sebagian orang yg merasa fenomena dengungan kata2 kasar sebagai degradasi moral masyarakat karena menganggapnya sedang melabrak norma kesopanan dan sebagian di antara katanya mempromosikan kebohongan. Sebagian kalangan ini membalut gurauan, lagu, dan pemasarannya dgn kata atau frasa keagamaan utk memunculkan daya tarik kesopanan atau kesucian. Bahkan ada yg balutannya itu tdk masuk akal sebab kata2 yg dicampurkannya tdk tercampur dgn baik.
Dengungan ujaran apapun yg paling terdengar mencerminkan seberapa banyak penikmat dengungannya. Orang yg tdk menikmatinya pasti tdk mau ikut serta mendengungkan ujarannya. Oleh karena itu, bukan dengungan nya yg harus diperhatikan, tetapi para pendengungnya. Mencegah dengungan dgn cara menutup telinga hanya akan memperpanjang waktu dengungannya. Menutup mulut pendengung pun tdk membuat dengungan di hatinya berhenti. Ada dua cara yg dapat ditempuh, mengalahkan dengungan nya dgn memobilisasi pendengung sebanyak2nya, dan mengalihkan pendengung kepada dengungan lain.
*) https://m.lampost.co/berita-ternyata-memaki-punya-manfaat-positif.html
0 comments :
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya