Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sabtu, 14 Mei 2016

Peningkatan Kapasitas Masyarakat Informatika di Garut

Masyarakat informasi merupakan bentuk budaya di mana setiap orang di dalamnya menggunakan TIK  (Teknologi Informasi dan Komunikasi) untuk mendapatkan keuntungan kompetitif dari penguasaan informasi. Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui International Telecommunication Union ataupun pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Komunikasi dan Informatika mendorong penetrasi internet hingga ke perdesaan dan berusaha menyediakan Telecenter seperti Warung Internet Perdesaan dan Community Access Point agar masyarakat dapat mengakses internet untuk memanfaatkan informasi sedemikian rupa sehingga meningkat tarap kehidupan, bidang ekonomi, sosial, dan budayanya. Masyarakat harus menguasai teknologi, informasi dan komunikasi terlebih dahulu agar peningkatan itu terwujud, sebagaimana dijelaskan dalam buku Aktivitas dan Kompetensi Relawan TIK yang dibuat oleh peneliti Sekolah Tinggi Teknologi Garut untuk Kementrian Komunikasi dan Informatika tahun 2013 [1]. 

Gambar 1. Peran Relawan TIK di Telecenter [1]

Kebutuhan masyarakat sekitar Telecenter akan penguasaan teknologi, informasi, dan komunikasi terekam dalam artikel jurnal berjudul Peran Relawan Teknologi Informasi dalam Pemanfaatan Warung Internet Perdesaan [2]. Kesenjangan yang ada dalam usaha penyediaan Warung Internet Perdesaan oleh pemerintah yang terekam di Garut pada tahun 2012 antara lain lambatnya dukungan teknis dan kurangnya kemampuan TIK dasar. Solusi yang diusulkan dalam rangka mengatasi kesenjangan tersebut adalah mendorong partisipasi masyarakat, di mana sekelompok anggota masyarakat dermawan dan terlatih memberikan layanan relawan TIK untuk mendukung pemanfaatan TIK di lingkungannya. 

Di dalam artikel jurnal yang berjudul The Stages, Three-Layer Infrastructure, and Function Level Regulation for Development of Information Society within of Information Technology Volunteers Actions [3] layanan relawan TIK meliputi penyediaan informasi dan teknologi informasi, pengembangan sumber daya manusia, serta kolaborasi. Keempat layanan tersebut dilaksanakan oleh kelompok relawan bernama KPMI (Kelompok Penggerak Masyarakat Informasi).

Gambar 2. Layanan KPMI [4]

Becermin dari kisah sukses Telecenter berkat bantuan Relawan TIK yang direkam oleh Acevendo [5], anggota masyarakat yang bersedia menjadi relawan TIK diharapkan dapat mewujudkan Telecenter sebagai Pusat Pembangunan Lokal masyarakat informasi. Lokasi lain yang dapat dijadikan Pusat Pembangunan lokal adalah lembaga pendidikan, mengingat adanya budaya relawan dan kegiatan relawan di sana, serta banyaknya remaja yang direkrut sebagai relawan [1]. Pusat Pembangunan Lokal ini diharapkan dapat menjadi tempat mobilisasi relawan TIK dan titik akses layanannya.

Program Studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut mengembangkan konsep dan teknologi KPMI melalui kegiatan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat sejak ditandatanganinya piagam kerjasama dengan Relawan TIK Indonesia pada tahun 2012. Konsep KPMI dirumuskan berdasarkan kegiatan mahasiswa Relawan TIK di Unit Sistem Informasi sejak tahun 2001, serta dikombinasikan dengan kegiatan sejenis di berbagai negara berdasarkan literatur dan kegiatan bersama Relawan TIK Korea Selatan tahun 2012 sampai 2014. Konsepnya pertama kali disajikan melalui buku atas permintaan Kementrian Komunikasi dan Informatika pada tahun 2013. Sementara teknologinya dalam bentuk Sistem Informasi KPMI sebagai media pelaporan atau pengawasan kegiatan Relawan TIK dibuat melalui penelitian dosen dan mahasiswa berdasarkan konsep tersebut. Rancangannya didiseminasikan dalam seminar e-Indonesia Initiative yang diselenggarakan oleh Institut Teknologi Bandung pada tahun 2015, sementara teknologinya dipamerkan serta diperkenalkan ke khalayak umum dalam Festival TIK di Bandung.
Program KPMI telah dirintis oleh Relawan TIK Garut dan dilaksanakan di beberapa Sekolah Menengah Atas / Sederajat. Sejak tahun 2014, Sekolah Tinggi Teknologi Garut mengusulkan program bersama terkait KPMI dalam Konferensi Komunitas TIK Garut / forum Quadruple Helix yang dihadiri oleh unsur Pemerintah, Perguruan Tinggi, Perusahaan, dan Komunitas TIK di Garut. Secara khusus Sekolah Tinggi Teknologi Garut telah menandatangani piagam kerjasama dengan Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut, SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) Negeri 10 Garut dan SMK Ma'arif Pameungpeuk Garut untuk melaksanakan program tersebut pada tahun 2015. Bagi Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut, KPMI ini menunjang program Telecenter / mobil Community Access Point yang menyasar lembaga pendidikan dan Kelompok Informasi Masyarakat di perdesaan. 

Dalam kesempatan Seminar di Lampung, Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia menyatakan bahwa idealnya satu desa terdapat satu orang relawan TIK [6]. Sementara itu Sekolah Tinggi Teknologi Garut tengah mendorong agar KPMI di sekolah dapat melayani satu atau beberapa desa di sekitarnya. 

Anggota masyarakat yang dapat direkrut sebagai Relawan Penggerak Masyarakat Informasi ini dapat berusia antara 16 - 24 tahun [1]. Setidaknya di setiap kecamatan harus ada satu atau beberapa Sekolah Menengah Atas / Sederajat dan / atau Perguruan Tinggi yang berfungsi sebagai Pusat Pengembangan Lokal di mana anggota KPMI melaksanakan layanannya untuk internal kampus dan masyarakat desa sekitar kampus. Kaderisasi dan kegiatan anggota KPMI dapat dilaksankaan dalam bentuk kegiatan intra ataupun ekstra kurikuler melalui unit kegiatan yang ada di kampus. Di antara unit kegiatan yang telah terbentuk di kampus dan dapat didorong untuk melaksanakan program KPMI adalah Komunitas TIK dan Gerakan Pramuka.

Disebutkan dalam Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka nomor 170.A tahun 2008, bahwa Saka (Satuan Karya) merupakan wadah pembinaan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan Pramuka Penegak (usia 16 - 18 tahun) dan Pramuka Pandega (19 - 24 tahun) dalam bidang yang berguna baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat serta melakukan pengabdian kepada masyarakat sesuai aspirasi pemuda Indonesia dengan menerapkan prinsip dasar Kepramukaan dan metode Kepramukaan serta sistem Among. Partisipasi anggota Saka dalam membangun masyarakat informasi secara sukarela merupakan amal pengabdian kepada masyarakat. Dengan demikian Pramuka Penegak dan Pandega yang menjadi anggota Saka dapat melaksanakan empat jenis layanan Relawan TIK yang berguna bagi dirinya dan masyarakat berdasarkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang dibentuk oleh Saka.

Pada tanggal 13 Agustus 2015, ketua Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Garut mengesahkan ketua Relawan TIK Garut sebagai ketua Saka Telematika (Telekomunikasi dan Informatika), yang selanjutnya berubah nama menjadi Saka Informatika. Kondisi ini membukakan komunikasi antara Relawan TIK Indonesia dengan Gerakan Pramuka sehingga pembangunan masyarakat informasi di Garut dapat dilaksanakan secara bersama-sama. Karena Saka ini merupakan rintisan dan kebetulan KPMI yang dikembangkan oleh Sekolah Tinggi Teknologi Garut dibangun mengikuti pola kegiatan Kepramukaan, maka ditandatanganilah piagam kerjasama antara Kwartir Cabang Garut dengan Sekolah Tinggi Teknologi Garut dalam Rapat Kerja Cabang bulan Februari tahun 2016. Berdasarkan kerjasama tersebut, Saka Informatika mulai menerapkan konsep dan teknologi KPMI dalam bentuk Krida Bina Pengguna mulai tahun 2016 untuk mewujudkan Gugus Depan sebagai Pusat Pengembangan Lokal serta anggota Pramuka Penegak dan Pandega sebagai relawan penggerak dan tulang punggung masyarakat informasi Garut. 

Sementara itu Direktorat Pemberdayaan Informatika Kementrian Komunikasi dan Informatika pada pertengahan tahun 2016 meminta agar Relawan TIK Garut memobilisasi relawan TIK dari kalangan pelajar dan mahasiswa untuk menjalankan program API (Agen Perubahan Informatika) di Indonesia yang dimaksudkan untuk mewujudkan keinginan Menteri Komunikasi dan Informatika tersebut. Yang jadi persoalan adalah kabupaten Garut memiliki wilayah yang sangat luas dan Relawan TIK Garut belum memiliki komisariat di setiap kecamatan. Kondisi ini menyulitkan Relawan TIK Garut untuk memastikan keberlanjutan program API di setiap kecamatan.

Karena Relawan TIK Indonesia mengawal pelaksanaan API di daerah, maka hambatan atau kelemahan apapun di sisi Relawan TIK Garut akan mempengaruhi program API. Dalam kasus di Garut, solusi yang mungkin ditempuh memperhatikan kerjasama atau komunikasi yang sudah terbangun adalah dengan mendorong Kwartir Cabang Garut untuk terlibat dalam program API ini. Gugus Depan yang merupakan pangkalan anggota Pramuka di lembaga pendidikan hampir tersebar di setiap kecamatan. 
Saka Informatika melalui Krida Bina Pengguna sedang memulai program pelatihan untuk pelatih bagi anggota Pramuka Penegak dan Pandega agar dapat melaksanakan empat layanan relawan TIK. Kumpulan tindakan API di tengah masyarakat merupakan layanan informasi serta literasi informasi dan TIK yang akan dilaksanakan oleh anggota Krida Bina Pengguna. Sementara itu Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut tengah menjalankan program Mobil Community Access Point, Desa Melek TIK dan Sejuta Domain Indonesia yang juga berkaitan dengan program API. 
Sekolah Tinggi Teknologi Garut, Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut dan Relawan TIK Garut bersama unsur Kwartir Cabang Garut mengisi kelengkapan organisasi Saka Informatika. Sementara itu Relawan TIK Garut dan Saka Informatika menyandarkan konsep dan penerapan KPMI kepada Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Sekolah Tinggi Teknologi Garut telah menandatangani piagam kerjasama dengan badan publik, organisasi masa, dan gerakan tersebut sehingga dipastikan semuanya dapat melaksanakan program API secara bersama-sama dalam rangka melaksanakan piagam kerjasama. Skema kerjasama di Garut sampai tahun 2020 sebagaimana tampak pada gambar  3.


Gambar 3. Skema Pendampingan Desa dengan Unsur Pentahelix

Dari skema tersebut API merupakan program dari Pemerintah, sementara KPMI merupakan program Pendidikan dan Komunitas. Dua program tersebut saling mengisi, di mana kemampuan anggota KPMI yang dibangun oleh instruktur Komunitas TIK sekolah oleh Relawan TIK Garut serta kemampuan anggota Krida Bina Pengguna yang dibangun oleh instruktur Saka Informatika Kwartir Pramuka Cabang Garut digunakan untuk melaksanakan layanan informasi dan literasi dalam program API. Program dan manusia dari organisasi dan gerakan tersebut merupakan aset bersama yang digunakan dalam lingkungan kerjasama yang disebut Technopark. 
Dalam kaitannya dengan API, Pusat Pelatihan meliputi Open Class Komunitas TIK dan Sanggar Bakti Saka tempat dipenuhinya spesifikasi kecakapan TIK oleh peserta program KPMI dan pelatihan Krida Bina Pengguna. Sertifikasi merupakan penilaian yang memastikan terpenuhinya spesifikasi kecakapan yang diperlukan untuk melakukan empat layanan relawan TIK. Dengan sertifikasi ini, personel Relawan TIK Garut ataupun Saka Informatika dipastikan memiliki kecakapan yang memadai untuk melaksanakan sekumpulan tindakan API. Selain itu kegiatan sertifikasi juga untuk profesi informatika. 
Khusus untuk pembentukan Smart Business di desa, Saka Informatika menyiapkan pendamping badan usaha desa melalui Krida Bina Usaha. Anggota Pramuka yang menguasai kecakapan khusus dalam Krida Bina Usaha dapat menjembatani produk dan jasa di desa dengan konsumen di dunia maya atau mendampingi badan usaha di desa sampai mampu melakukan pemasaran di internet secara mandiri. Perusahaan yang bergabung dan memiliki program Company Sosial Responsibility untuk badan usaha dapat menyelenggarakan program peningkatan kapasitas bisnis dan teknologi bekerjasama dengan Pendidikan (Perguruan Tinggi) bagi para pengusaha yang didampingi tersebut. 
Selain melaksanakan pelatihan secara mandiri atau bersama mitranya, lembaga pendidikan dapat terlibat dalam penyediaan Teknologi. Setiap Kelas dan Laoratoriumnya yang berisi pelajar dan mahasiswa Rekayasa Perangkat Lunak atau bidang Komputasi lainnya merupakan lokus-lokus pengembangan yang menyediakan Teknologi yang diperlukan dalam pembentukan Smart Village. Teknologinya sebagaimana teknologi milik perusahaan dapat dibawa oleh relawan TIK untuk diterapkan dan dilatihkan kepada masyarakat. Para pengembang di lembaga pendidikan tersebut bahkan dapat sekaligus berperan sebagai relawan TIK tersebut. Dukungan teknis seputar persoalan terkait teknologi tersebut diberikan secara online oleh pengembang teknologinya melalui helpdesk yang diperankan oleh stafnya atau oleh relawan TIK. Bantuan di lapangan dapat diperankan oleh relawan TIK yang tersebar di setiap kecamatan. 
Pada akhirnya, tanda munculnya kondisi Smart Village adalah keberadaan kantor elekrtronik di dunia maya yang digunakan oleh badan publik, badan usaha, serta pendidikan untuk menyampaikan layanan dan informasi publik serta kehadiran para penggunanya. Ketiganya menjadi perhatian mengingat tujuan akhir dari masyarakat informasi adalah keuntungan kompetitif dari industri informasi yang bersandar kepada karakter smart people sebagai akselerator dan konseptor yang dibentuk oleh lembaga pendidikan, smart business sebagai enabler yang dikembangkan oleh badan usaha, serta smart (public) service sebagai regulator yang diperankan badan publik dan harus bekerja efisien. Di luar itu semua, media merupakan unsur pentahelix lainnya yang berperan sebagai katalisator bagi industri informasi. Media juga mempersiapkan komunikasi di antara helix, menciptakan dorongan psikologis / pengaruh yang menggeser keadaan dari aras konseptual menuju praktik dan penerapan.


DAFTAR PUSTAKA

  1. R. Cahyana, "Aktivitas dan Kompetensi Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi," Garut, Insan Akademika, 2013. 
  2. R. Cahyana, "Peran Relawan Teknologi Informasi dalam Pemanfaatan Warung Internet Perdesaan," Algoritma, vol. 9, 2012. 
  3. R. Cahyana, "The stages, three-layer infrastructure, and functional level regulation for development of information society within of information technology volunteer actions," International Journal of Basic and Applied Science, vol. 3, no. 1, pp. 28-35, 2014. 
  4. R. Cahyana, "Model Analisis Sistem Informasi Kelompok Penggerak Masyarakat Informasi," in Konferensi dan Temu Nasional TIK untuk Indonesia, Bandung, 2015. 
  5. M. Acevendo, "ICTlogy," 24 March 2009. [Online]. Available: http://ictlogy.net/bibliography/reports/projects.php?idp=1284. [Accessed 2012].
  6. [6] "ANTARA News," 23 April 2016. [Online]. Available: http://www.antaranews.com/berita/556862/menkominfo--butuh-74000-relawan-tik-di-desa. [Accessed 12 Mei 2016].


0 comments :

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya