Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Rabu, 13 April 2022

Dakwah Ramadhan

Bulan suci bukan hanya saat di mana sorang muslim menahan lapar dan dahaga saja, tetapi juga saat di mana ia menampilkan sikap sosial yg baik sebagai wujud semangay beragama dan hasil pengekangan hawa nafsu. Kebaikan yg terbentuk dari puasa menjadi dakwah yg menimbulkan simpati umat manusia dgn sendirinya tanpa perlu dicari. Sebaliknya bila puasa tdk mencegah muslim dari keburukan, antipatipun datang menghampiri. Pada tingkat yg parah, munculah islamophobia.

Kyai Miftachul Akhyar berkata, bahwa dakwah itu mengajak bukan mengejek sebagaimana yang kita ketahui. Merangkul bukan memukul, menyayangi bukan menyaingi, mendidik bukan membidik, membina bukan menghina, mencari solusi bukan mencari simpati, membela bukan mencela. 

Sangat penting bagi kita utk menjaga diri agar Puasa tdk hanya sekedar menahan diri dari lapar dan dahaga. Kita harus menjaga lisan dari mencaci dan tangan dari memukul. Nabi SAW bersabda yg artinya, "Orang yang bangkrut dari umatku adalah mereka yang datang pada Hari Kiamat dengan banyak pahala shalat, puasa, zakat, dan haji. Tapi di sisi lain, ia juga mencaci orang, menyakiti orang, memakan harta orang (secara bathil), menumpahkan darah, dan memukul orang lain. Ia kemudian diadili dengan cara membagi-bagikan pahalanya kepada orang yang pernah dizaliminya. Ketika telah habis pahalanya, sementara masih ada yang menuntutnya maka dosa orang yang menuntutnya diberikan kepadanya. Akhirnya, ia pun dilemparkan ke dalam neraka." (HR Muslim, Tirmidzi, dan Ahmad).

Simpati terhadap Islam dan dakwahnya dipengaruhi oleh sikap muslim terhadap sesama mahluk Allah dlm pergaulan sehari-hari. Rasulullah SAW bersabda, “Hendaklah engkau bersikap lembut. Karena tidaklah kelembutan itu ada pada sesuatu, kecuali pasti memperindahnya. Dan tidaklah kelembutan itu tercabut dari sesuatu, kecuali pasti memperjeleknya.” (HR. Muslim no. 2594). Keindahan adalah hidangan yg digandrungi oleh pecinta kebaikan dari latar belakang apapaun. Mereka akan seperti laron yg berdatangan dan mengerumuni cahaya hingga maut menjelang. 

Menganiaya itu tdk hanya terlarang utk ditujukan kpd sesama muslim, juga terhadap selainnya. Dalam Adab an-Nafs dan Riyadhat an-Nafs Hakim at-Tarmidzi menuliskan riwayat berikut ini:

Rasyid ibn Abu Rasyid berjalan bersama Khalid ibn Abu Ma'dan di salah satu pasar kota Hamasha. Tiba2 keduanya melihat orang Nasrani menampakan kemusyrikannya kepada Allah SWT. Khalid berkata kepada Rasyid, "Lepaskan zirahmu lalu hantamkan ke hidung orang itu!". 

Rasyid segera melakukan perintah Khalid. Mendapatkan perlakuan buruk orang Nasrani tersebut pergi menemui saudaranya untuk membalaskan sakit hatinya. 

"Mengapa kau lakukan itu kepadanya?", tanya saudara Nasrani tersebut. 

"Allahlah yang mencederai hidungnya dan hidung oranng-orang yang tidak disukai-Nya, supaya mereka tidak menampakan kemusyrikan dan salib kepada kita. Allah melakukan itu supaya mereka tidak lagi mempertontonkan kemusyrikannya di muka umum", jawab Khalid. 

(Diriwayatkan oleh Abd al-Karim ibn Abd Allah dari Ali ibn al-Hasan, dari Abd Allah, dari Abu Bakr ibn Abu Maryam) 

Melihat kafir dzimmi teraniaya, Amir ibn Abd Qays (Tabi'i di Basrah hidup tahun 661-680) segera menyelamatkan orang itu lalu berkata, "Demi Allah, tidak boleh ada kafir dzimmi teraniaya selama aku masih hidup"

(Diriwayatkan Abd Allah ibn Abu Ziyad dari Sayyar, dari Hafs ibn Sulayman, dari Malik ibn Dinar)

Bila kafir dzimmi saja dilindungi Tabi'i dari penganiayaan, apalagi muslim. Perlindungan inilah jalan yg ditempuh Nabi, Sahabat, Tabi'i hingga pewarisnya sampai sekarang. Penganiayaan yg telah terjadi adalah Qadarullah, tetapi bukan berarti muslim akan membiarkannya, apalagi merasa senang dgn tindakan tsb.

Nabi pernah bersabda:

Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya disakiti ... (HR. Bukhori). Sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas sesama kalian darah kalian (untuk ditumpakan) dan harta kalian (untuk dirampas) dan kehormatan (untuk dirusak). Sebagaimana haramnya hari ini, haramnya bulan ini dan haramnya negeri ini (HR. Bukhari)

Janganlah engkau menampakkan kegembiraan karena musibah yang menimpa saudaramu. Karena jika demikian, Allah akan merahmatinya dan malah memberimu musibah ... Siapa yang menjelek-jelekkan saudaranya karena suatu dosa, maka ia tidak akan mati kecuali mengamalkan dosa tersebut (HR. Tirmidzi)

#PersepsiCahyana

0 comments :

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya