Agama sejatinya merupakan petunjuk hidup ke arah yg lebih baik. Utusan Nya menggunakan agama sebagai katalis yg mempercepat perubahan yg baik. Namun sebagian kelompok menggunakan agama sebagai katalis yg mempercepat dampak provokasinya yg mengarah kepada tindakan diskriminasi atau kekerasan yg luas. Nama Tuhan dibawa-bawa dalam provokasi buruknya, baik dalam perkataan yg disampaikannya secara langsung, atau tdk langsung melalui beragam format konten digital di media sosial.
Provokasi seperti itu dapat menimbulkan kerusakan di muka bumi. Provokasi yg tdk terkendali berakhir pada konflik yg tdk berkesudahan. Penindakan terhadap provokator yg menggunakan agama sudah seharusnya jauh lebih cepat dari pada selainnya, mengingat bahaya besar yg ditimbulkannya.
Selama level dampaknya masih dapat ditolerir, aparat tdk melakukan pendekatan hukum. Ruang perdebatan masih terbuka bagi kelompok tersebut, pendukung dan penentangnya, sebagai wujud perlindungan terhadap hak kebebasan berekspresi. Namun level dampak buruknya dapat meningkat dgn cepat saat kelompok pendukungnya meluas, sementara kelompok penentang tdk berhasil menahan atau menghentikannya dgn kontra ujaran.
Saat levelnya mulai memuncak yg ditandai oleh kemunculan tindakan kekerasan, negara menutup ruang perdebatan dan memberikan sanksi hukum kpd para pelanggar, terutama kpd penggerak utamanya. Pelibatan tokoh elit agama yg didengar secara luas dalam menangkal provokasi dan fikiran keliru yg berkembang merupakan penggunaan agama sebagai katalis perubahan ke arah sebaliknya, menurunkan level dampak provokasi dgn cepat.
#PersepsiCahyana
0 comments :
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya