Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sabtu, 25 Agustus 2012

Memahami Dikotomi Ilmu Dunia dan Agama


Dalam pemahaman saya, pembedaan ilmu dunia dan ilmu agama yang dilakukan oleh bapak Ibnul Qayyim dimaksudkan untuk mengingatkan bahwa tujuan utama pencarian ilmu bagi muslim adalah ibadah, karena Allah berfirman yang artinya “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan utk menyembah-Ku”. Ayat ini difahami sebagai maksud / aim jin dan manusia, yakni menyembah-Nya. Sehingga seluruh tujuan / objectives aktivitas manusia di dunia harus terhubung dengan maksud tersebut. Apapun yang tidak jelas memiliki hubungan dengan maksud tersebut oleh al-Ghazali di dalam Minhajul Abidien disebut batil. Dan Ibnul Qayyim menggunakan "ilmu dunia" untuk mendefinisikan ilmu yang tidak jelas memiliki hubungan dengan maksud tersebut. Sementara tingkat kemuliaan dibuat berdasarkan kedekatan dengan maksud tersebut ... semakin dekat dengan maksud tersebut, maka semakin mulia ilmu tersebut.
 
Sementara bapak al-Ghazali mendefinisikan ilmu bermanfaat sebagai ilmu yang berhubungan dengan makrifatullah / pengenalan kepada Allah. Kedudukan ilmu ini oleh al-Ghazali sebagai yang paling utama. Pendapat beliau melengkapi kategorisasi ilmu yang dilakukan bapak Ibnul Qayyim, di mana dari sekian banyak ilmu agama, yang berada pada level puncak, yang paling mulia dan paling dekat dengan maksud "menyembah-Nya" adalah ilmu Makrifatullah. Hal ini adalah karena kalimat awal yang harus diucapkan manusia agar menjadi orang yang berserah diri kepada Allah adalah penyaksian bahwa Tiada Tuhan Selain Allah, dan ini adalah Makrifatullah. Dan hal ini adalah benar karena Kalimat yang menolong penghuni neraka terakhir adalah kalimat Tauhid ini.

Jika suatu saat manusia membuat alat, yang pada awalnya dimaksudkan untuk urusan dunia semata, tetapi kemudian bermanfaat untuk mengenal Allah, maka alat tersebut dan ilmu untuk membuatnya masuk syarat ilmu bermanfaat al-Ghazali, termasuk ketagori ilmu agama Ibnul Qoyyim. Misalnya ilmu perbintangan. Pada awalnya ia merupakan ilmu dunia untuk maksud duniawi. Tetapi kemudian digunakan untuk menentukan awal dan akhir Puasa, sehingga ia menjadi ilmu agama dalam konteks penggunaannya untuk urusan agama.

0 comments :

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya