Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sabtu, 18 Agustus 2012

Tidak perlu kecewa disebut tidak beriman

Penyebutan beriman dan tidak beriman dalam agama itu hal yang wajar, sebab agama merupakan jalan keimanan yang memisahkan secara jelas mana yang disebut iman dan mana yang disebut ingkar. Hanya saja sebutannya beda, jika dalam alQuran menggunakan kata arab "kafir", alKitab menggunakan kata yunani "apistos" yang artinya sama-sama "orang yg tidak beriman". Sama seperti dalam agama Islam, Kristen memiliki banyak sebutan untuk orang yang tidak percaya, mulai dari "kafir" yang menolak cara hidup agama (Galatia 2:14), "antikristus" yang menolak tuhan. Lepas dari pembedaan dalam hal keimanan ini, Islam tidak mengajarkan untuk membeda-bedakan. Seorang muslim tetap harus bersikap baik kepada orang tuanya yang tidak beriman (kafir atau apistos). Dalam Lukas 10:25-37 disebutkan bahwa kebaikan tak hanya datang dari sesama melainkan juga berasal dari orang kafir. 

Jadi, tidak perlulah merasa kecewa karena disebut tidak beriman, karena sebutan itu hanya sebagai pertanda perbedaan dalam keimanan, dan perbedaan keimanan itu memiliki nilai pribadi, di mana baik atau benar menurut orang belum tentu baik atau benar menurut kita, karena keimanan adalah pemberian Tuhan. Dengan demikian, orang yang memahami maksud pembedaan hal keimanan ini tidak akan menjadikannya sebagai alasan menciptakan konflik horisontal atau rasial. 

Konflik muslim awal dengan kafir Qurais atau Yahudi bani Quraiza atau Qainuqa adalah karena masalah kebebasan beragama (HAM), bukan masalah rasial. Agama menjadikan muslim tidak mengangkat senjata sebelum musuh-musuhnya mengangkat senjata. Dengan demikian, salah jika seseorang berfikir Islam mendorong muslim memerangi seseorang karena mereka tidak percaya (kafir).

Penyebutan beriman dan tidak beriman dalam agama itu hal yang wajar, sebab agama merupakan jalan keimanan yang memisahkan secara jelas mana yang disebut iman dan mana yang disebut ingkar. Hanya saja sebutannya beda, jika dalam alQuran menggunakan kata arab "kafir", alKitab menggunakan kata yunani "apistos" yang artinya sama-sama "orang yg tidak beriman". Sama seperti dalam agama Islam, Kristen memiliki banyak sebutan untuk orang yang tidak percaya, mulai dari "kafir" yang menolak cara hidup agama (Galatia 2:14), "antikristus" yang menolak tuhan. Lepas dari pembedaan dalam hal keimanan ini, Islam tidak mengajarkan untuk membeda-bedakan. Seorang muslim tetap harus bersikap baik kepada orang tuanya yang tidak beriman (kafir atau apistos). Dalam Lukas 10:25-37 disebutkan bahwa kebaikan tak hanya datang dari sesama melainkan juga berasal dari orang kafir. 

Jadi, tidak perlulah merasa kecewa karena disebut tidak beriman, karena sebutan itu hanya sebagai pertanda perbedaan dalam keimanan, dan perbedaan keimanan itu memiliki nilai pribadi, di mana baik atau benar menurut orang belum tentu baik atau benar menurut kita, karena keimanan adalah pemberian Tuhan. Dengan demikian, orang yang memahami maksud pembedaan hal keimanan ini tidak akan menjadikannya sebagai alasan menciptakan konflik horisontal atau rasial. Konflik muslim awal dengan kafir Qurais atau Yahudi bani Quraiza atau Qainuqa adalah karena masalah kebebasan beragama (HAM), bukan masalah rasial. Agama menjadikan muslim tidak mengangkat senjata sebelum musuh-musuhnya mengangkat senjata. Dengan demikian, salah jika seseorang berfikir Islam mendorong muslim memerangi seseorang karena mereka tidak percaya (kafir).

Related Posts:

  • Kekuasaan-Nya Dalam Adanya Aku Sesungguhnya aku berada di dalam penguasaan Alloh dan tak dapat melepaskan diri dari pada-Nya. Jika aku faham tentang kelemahanku dan penguasaan-Nya, maka aku akan yakin betapa aku akan sangat membutuhkan Alloh. Aku membutu… Read More
  • Luapan Rasaku Wahai Guru Pernahkah kau kunjungi kampung beliau yang sederhana? Rumahnya yang tak megah? Kebanggaan dan kebahagiaan beliau tidak dengan limpahan kekayaan fatamorgana, tetapi dengan kekayaan Akhirat yang abadi. Beliau tidak duduk di k… Read More
  • Kekuasaan-Nya dalam Perjalanan Ku Masa penghisaban adalah saat di mana manusia menyaksikan pemberian Tuhan menurut apa yang Tuhan berikan di dunia. Saat itu manusia tidak dapat berbuat banyak, melainkan lebih banyak berharap pertolongan-Nya dan tidak menent… Read More
  • Kekuasaan-Nya Dalam Ketiadaanku Apabila dikatakan, tangannya adalah tangan Alloh, kakinya adalah kaki Alloh, tetap saja ia dikuasai oleh Alloh karena ia mahluk-Nya. Selama dirinya adalah mahluk-Nya, maka Alloh tetap menguasainya dengan takdir yang telah d… Read More
  • Aku Adalah Hijab Yang Diam Diantara Segala Gerakan Aku bersaksi bahwa Alloh meliputi (menguasai segala hal dalam diri) hamba-Nya. Tidak ada yang lepas dari genggaman-Nya. Ku saksikan dengan pandangan lahirku, bahwa mahluk adalah bukan Alloh. Dan aku tak dapat mengungkapkan … Read More

0 comments :

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya