Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sabtu, 12 Desember 2020

Bisikan itu Belum Tentu Benar


Saat dawam dzikr "Allah" di masa remaja dulu, di tengah kegiatan aurod berjamaah pada waktu Maghrib, ada yg berbisik ttg akidah Islam. Seketika saya beranjak dan menuliskannya. Materi seperti itu muncul dlm beragam kondisi. Ada kalanya kalimatnya muncul dari cahaya yg melesat dlm benak, di mana saya harus "berlari" mengikutinya agar kalimatnya tdk terputus. Adakalanya dari bentuk yg kemudian berubah menjadi kalimat. Dlm kesempatan lain muncul citra sosok yg wajahnya tertutup cahaya, kepalanya mengenakan sorban, dan bersayap. 

Dari Durotun Nasihin saya mengenal sayap Malaikat, dan dari Minhajul Abidin saya mengetahui perbedaan khotir dari Allah, malaikat Mulhim, dan Setan. Namun tdk serta merta saya menganggap sosok itu sebagai Malaikat Mulhim, sebab teringat cerita Setan yg menyamar sebagai Tuhan yg dikisahkan dlm Minhajul Abidin. Demikian pula, tdk serta merta saya menganggap bisikan itu benar, sehingga setelah tercatat, saya periksa kebenarannya dgn ajaran akidah islam, atau saya konfirmasikan juga kpd guru tauhid. Saya membakar satu buku catatan yg dianggap pembahasannya bahaya bagi mereka yg tdk memiliki dasar akidah yg kuat.

Saya menuliskan hal ini di blog krn mengangap pengalaman tsb bukan apa-apa, hanya semacam tantangan yg muncul dlm dawam dzikr. Saya bukan siapa-siapa, dan apa yg tersaksikan dan terdengar itu bukan apa-apa. Walau demikian, saya menikmati pengalaman tsb. Ada beberapa buku catatan yg bisa saya kenang dan dipelajari lagi di masa depan. Dan saya bersyukur, salah satunya yg saya mintakan review nya kpd alm Ust Bubun Bunyamin, dikembalikan oleh beliau tanpa komentar. Pengajaran beliau dari Kyai Khoer cukup membekali saya saat berhadapan dgn bisikan-bisikan seputar konsep Penyatuan.

Belasan tahun kemudian, saya menemukan perkataan Imam Syadzili dlm Risalah al-Amin, bhw ketika muncul perasaan waswas yg menyerupai ilmu melalui perantara ilham atau ketersingkapan yg berasal dari prasangka, maka kita jgn menerima hal itu, harus dikembalikan kpd kebenaran yg tertuang dlm al-Quran dan as-Sunnah. Allah tdk menjamin kemaksumannya. Seandainya kita menerimanya melalui al-Qur'an dan sunnah, pikiran tdk akan menghiraukan waswas yg menipu.

#BiografiCahyana


0 comments :

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya