Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Kamis, 31 Desember 2020

Sujud dengan Semurni-murninya Ketaatan

Dlm Thawasin, al-Hallaj menuangkan fikirannya yg menyatakan bhw ketidaktaatan Iblis thd perintah sujud kpd Adam sebagai ekspresi tauhid yg tdk bersujud kpd selain Allah. 

"Dia diperintahkan utk bersujud; lantas dia menjawab, 'Tdk kpd selain Engkau'. Dikatakan kpdnya, 'Engkau diperintahkan!'; dia menjawab, 'Tdk kpd selain Engkau. Penolakanku adalah demi Kebesaran Mu, demi Kesucian Mu. Alasan penolakanku adalah kegilaanku kpd Mu. Aku tdk mengenal siapapun selain Engkau, dan Adam adalah selain Engkau. Di antara Engkau dan aku, tdk ada yg lain. Jika harus ada, maka yg lain itu adalah Aku (yg tdk lain adalah Engkau juga)."

Dlm pemahaman saya, bila Iblis tdk dlm kondisi "gila", sikapnya tsb keliru krn ketidaktaatannya melawan hak Allah utk ditaati; menjaga hak Allah sebagai satu-satunya yg disembah, tetapi tdk memenuhi hak Allah sebagai satu-satunya yg ditaati. Dlm hal tsb iblis mengabaikan ketaatan kpd Allah krn mentaati keinginannya utk hanya sujud kpd Allah; Iblis mensekutukan dirinya sendiri dgn Allah dlm hak utk ditaati. Tetapi siapakah yg bisa menghukumi mahluk yg menyatakan dirinya telah gila krn Allah, kehilangan kemampuan utk membedakan dirinya dgn Tuhannya?

Pemikiran al-Hallaj bagi saya merupakan kritik kpd manusia yg telah disujudi oleh mahluk, tetapi merasa berat utk bersujud kpd Allah. Padahal derajatnya telah ditinggikan dari Iblis yg enggan bersujud kpd selain Allah. Sujudnya manusia adalah semurni-murninya ketaatan, sebab ia tdk perlu menolak bersujud kpd selain Allah.

0 comments :

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya