Manusia diciptakan Tuhan dgn akal, sehingga ia bisa menggunakan akalnya utk menangani resiko, menyikapi beragam kondisi dgn baik, dan menemukan jalan solusi pada pintu2 kesempatan yg masih terbuka. Manusia tdk perlu melabrak pintu2 yg ditutup utk kemaslahatan bersama.
Silaturahmi itu tujuan utamanya komunikasi dan (kalau mau) memberi; bukan utk pamer kita sdh punya apa, sehingga harus hadir secara fisik / luring agar orang bisa melihat apa yg hendak kita pamerkan. Komunikasi dan memberi itu, sekiranya tdk bisa dilakukan secara luring, bisa kita lakukan secara daring dgn menstransmisikan atau mentransfer data. Pertemuan jarak jauh itu sejatinya mudik juga, di mana sosok kita sampai ke lokasi tujuan, walau hanya sebatas data citra.
Kalau akal ini digunakan hanya utk melawan setiap org yg tdk sependapat dgn ujaran buruk, maka wajar saja bila pintu kesempatan yg masih terbuka susah atau tdk terlihat. Menemukan pintu seperti itu memang memerlukan usaha berfikir keras. Berbeda dgn berkata buruk yg ibarat kata, tanpa berfikir pun bisa.
Jadi kelemahan kita dlm menghadapi hambatan silaturahmi itu ada pd diri sendiri, bukan pd org lain atau pemerintah yg tengah berusaha mencegah mafsadat yg berdampak luas.
0 comments :
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya