Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Minggu, 16 Oktober 2016

Konferensi Komunitas TIK Garut 2016


Minggu 16 Oktober 2016 Komunitas TIK Garut akhirnya menyelenggarakan Konferensi Komunitas TIK Garut kembali. Konferensi pertama dilaksanakan pada tahun 2014 dan diikuti oleh belasan Komunitas TIK yang ada di Garut. Konferensi ini mempertemukan Komunitas dengan helix lainnya, terutama pemerintah. Kali ini Komunitas TIK Garut mempertemukan Komunitas TIK dengan Diskominfo (Dinas Komunikasi dan Informatika) kabupaten Garut. Saya selalu ingin Komunitas TIK Garut merayakan miladnya tanggal 15 Oktober dengan acara Konferensi, karena semangat pendirian Komunitas TIK Garut dulu adalah menyatukan semua Komunitas TIK untuk tetap melaksanakan kegiatan relawan dalam bidang TIK.

Koordinasi Acara dengan Diskominfo Garut

Beberapa hari sebelumnya, pagi-pagi sekali saya berkunjung ke Diskominfo Garut. Agak susah untuk masuk ke kompleks Diskominfo karena ada mobil yang parkir di jalan yang hanya cukup satu kendaraan saja. Setelah memarkirkan kendaraan, ada kendaraan plat PNS di belakang yang membunyikan klakson. Lalu saya datangi dan bapak yang ada dalam kendaraan meminta saya untuk memasukan kendaraan melalui jalan yang mustahil bagi saya untuk dimasuki. Akhirnya saya bilang ke bapaknya, saya akan bawa keluar mobilnya agar kendaraan bapak tersebut dapat parkir di tempat saya parkir. Setelah kendaraan ini dimundurkan, ternyata bapaknya malah parkir di tempat lain. 

Akhirnya saya berputar dan coba masuk melalui jalan depan kantor Diskominfo Garut. Saat kendaraan masuk, terlihat kepala Diskominfo Garut sedang memberikan santapan pagi kepada pimpinan dan staf di lingkungan Diskominfo Garut. Pak Sekretaris Diskominfo Garut yang kebetulan berdiri menghadap ke arah jalan masuk yang digunakan oleh kendaraan saya melihat dan memberi intruksi tangan agar kendaraan ini dibawa masuk lebih ke dalam dekat kantor Diskominfo. Setelah memarkirkan kendaraan di jalan yang hanya cukup dilewati satu kendaraan, saya pun berdiri menunggu depan pintu kantor Diskominfo. 

Beberapa saat kemudian upacaranya bubar, Drs Dikdik Hendrajaya, M.Si - Kepala Diskominfo Garut seperti biasa menyambut dengan hangat dan membawa saya masuk ke dalam ruangannya. Menyusul kemudian Drs Diar Cahdiar Antadireja, M.Si - Sekretaris Diskominfo Garut ke dalam ruangan. Dalam ruangan tersebut saya mengkonsultasikan tanggal pelaksanaan pembukaan pelatihan Saka (Satuan Karya Pramuka) Informatika Garut di mana Diskominfo merupakan salah satu anggota Majelis Pembimbingnya. Beliau menyarankan agar pelaksanaannya tidak berbarengan dengan Konferensi Komunitas TIK Garut. Tadinya saya berencana menjadikan acara pembukaan tersebut menjadi rangkaian acara terakhir dari JotI (Jambore on the Internet). Tetapi masukan dari beliau benar sekali, karena kalau disatukan pastinya akan membutuhkan energi yang sangat besar karena saya harus memimpin relawan TIK Sekolah Tinggi Teknologi Garut sekaligus turun langsung menyiapkan Area 306 sebagai lokasi kegiatannya, menggelar Konferensi Komunitas TIK Garut pada pagi harinya, dan membuka Pelatihan Saka Informatika siang harinya. 

Selain itu saya juga menyerahkan surat permintaan mobil Internet dari Kwarcab Garut dan menanyakan apakah MCAP (Mobil Community Access Point) dapat dikirimkan?. Ditanyakan pula tentang kebutuhan baru dari sistem informasi yang dulu dibuat oleh relawan TIK Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Kepala Diskominfo Garut kemudian mengundang Kepala Bidang TPDE nya serta Kepala Seksi yang menangani data dan informasi ke ruangan. Drs Ajid Syayidin - Kepala Bidang TPDE menjelaskan kesiapan Diskominfo Garut mendukung JotI untuk mengirimkan MCAP. Sementara Deden Ferry Martin, S.Ip - Kepala Seksi Data dan Informasi menjelaskan kebutuhan baru sistem terkait update informasi yang telah diterbitkan. Saya kemudian menghubungi Robi Alisandi dan menyampaikan kebutuhan tersebut. Melalui sambungan telphon tersebut Robi menjanjikan akan memenuhi kebutuhan tersebut dan akan menyempatkan waktu datang ke Konferensi Komunitas TIK Garut agar dapat bertemu dengan Diskominfo Garut.

Dalam pertemuan tersebut Drs Diar Cahdiar Antadireja - Sekretaris Diskominfo Garut mengungkapkan bahwa umumnya kelompok di Garut ini adalah bekerja sendiri-sendiri, hal tersebut mungkin saja berlaku dalam Komunitas TIK di Garut. Saya mengiyakan seraya mengambil contoh dalam pengembangan aplikasi terkait bencana banjir. Saat itu ada dua kelompok relawan pengembang aplikasi yang bekerja membuat aplikasi bencana banjir. Salah satu diantaranya adalah Relawan TIK Garut yang membuat SIKOBE dengan platform web. Kelompok lainnya mengembangkan aplikasi serupa dengan platform mobile. Saya berpendapat, seandainya dua project ini disatukan tentu saja akan membuat aplikasinya lebih baik karena akan tercipta dua platform untuk satu aplikasi. Hanya saja memang di grup Whatsapp nampaknya pengembang lainnya ingin jalan sendiri, karena yang disampaikan adalah ajakan kepada relawan TIK Garut untuk ikut membantu pengembangannya, bukan ajakan agar project nya digabungkan. Saat itu saya sampaikan kalau semua relawan TIK Garut dengan kompetensi pengembangan perangkat lunak sudah fokus pada project SIKOBE. Relawan TIK Garut memiliki dorongan secara orgaisasi untuk ikut terlibat dalam situasi bencana di Garut. Seandainya ajakannya adalah menggabungkan dua project, tentu bisa dipenuhi. Tetapi karena ajakannya dapat membuat SIKOBE tidak dilakukan, saya tidak bisa mendorong relawan TIK Garut untuk berhenti dan membantu pengembangan aplikasi lainnya yang sudah ditangani oleh tim Universitas Telkom tersebut. 

Obrolan tersebut mendorong saya untuk mengusulkan kembali pembentukan Komunitas TIK Garut sebagai wadah untuk menyatukan Komunitas TIK yang ada di Garut. Pada tahun-tahun sebelumnya, kepala bidang informasi SETDA Garut mendorong Komunitas TIK Garut untuk mendampingi Komunitas TIK di Garut agar juga dapat meraih Komunitas TIK terbaik di Jawa Barat. Sejak saat itu saya selalu mengarahkan Komunitas TIK Garut menjadi asosiasi Komunitas TIK yang ada di Garut. Itulah kenapa dalam strukturnya ada ketua Perhimpunan yang menunjukan jika Komunitas TIK Garut ini menghimpunkan Komunitas TIK berdasarkan empat kelompok, yakni pengguna TIK, penggerak masyarakat informasi, pengembang platform TIK, dan entrepreneur TIK. Ujung obrolan adalah kesepakatan dengan Diskominfo Garut bahwa Komunitas TIK Garut ini perlu dibadanhukumkan sebagai organisasi berbentuk asosiasi dengan pendiri dari unsur Perguruan Tinggi, Pemerintah, dan Pegiat TIK. 

Demikianlah cerita di Diskominfo Garut sebelum pelaksanaan Konferensi Komunitas TIK Garut. Suasana di Diskominfo Garut yang saya rasakan selalu hangat. Ini menunjukan Diskominfo Garut telah menciptakan ruang komunikasi yang baik dengan unsur Pendidikan Tinggi dan Pegiat TIK di Garut. 

Konferensi Komunitas TIK Garut

Pagi-pagi sekali saya siapkan slide presentasi yang berisi evaluasi pelaksanaan program bersama. Slide itu tidak saya siapkan pada malam hari karena lelah paska penyiapan Area 306 mendorong saya untuk tidur lelap. Di luar gedung D Sekolah Tinggi Teknologi Garut nampak mahasiswa baru yang menjadi anggota Relawan TIK Sekolah Tinggi Teknologi Garut sudah menunggu. Saya memberi arahan tugas kepada mereka. Hari itu Risa Kristalia yang memegang uang kas tidak bisa hadir. Untung saja di tangan saya ada sisa uang Program Studi untuk belanja kebutuhan Area 306. Dalam kapasitas sebagai ketua Program Studi saya putuskan uang tersebut dipinjamkan untuk keperluan pembelian air minum dan snack peserta Konferensi Komunitas TIK Garut. Bagi saya pinjamannya seperti itu tidaklah besar jika dibandingkan manfaat kerjasama dengan Komunitas TIK Garut yang dirasakan sejak tahun 2012.  

Saya lupa meminjam sound system ke kampus. Tetapi syukurlah sound system punya Komunitas TIK Garut ada di kantor Program Studi. Satu dari dua wireless microphone nya masih layak digunakan. Saya meminta relawan TIK untuk mengambil dan membawanya ke Area 306.  

Pesertanya hadir agak telat, sehingga acaranya saya mulai sekitar pukul sepuluh pagi. Peserta yang hadir beragam, mulai dari guru pembina hingga siswa angggota atau pengurus Komunitas TIK. Sekretaris Diskominfo Garut memenuhi janjinya untuk hadir dan menyampaikan pengalamannya dalam menerapkan TIK di Garut kepada peserta Konferensi. Beberapa pengurus Komunitas TIK Garut hadir dalam kesempatan tersebut. Sayangnya saat diminta masukan terkait program bersama tidak ada yang bersedia menyampaikan, entah bingung, enggan, atau malu, hehehe. Namun hari itu saya sebagaimana Kepala Seksi Data dan Informasi Diskominfo berhasil mencatat berbagai kegiatan yang dilaporkan oleh setiap Komunitas TIK yang hadir, sebagai bahan masukan perumusan program bersama yang akan melibatkan Komunitas TIK yang hadir hari itu. Saya juga berhasil mencatat profil Komunitas TIK melalui Google Form yang saya siapkan malam harinya, yang diperlukan juga oleh Diskominfo Garut. 

Dalam kesempatan Konferensi tersebut saya menyampaikan kegiatan yang berhasil dan tidak berhasil dilaksanakan oleh Komunitas TIK Garut berdasarkan kalender bersama Komunitas dan Relawan TIK Garut yang disosialisasikan pada pertemuan Quadruple Helix yang dihadiri oleh unsur Kemkominfo, Diskominfo Jabar, Diskominfo Garut, Relawan TIK Garut, Komunitas TIK Garut, dan Kwarcab Pramuka. Program bersama yang berhasil dilaksanakan antara lain Olimpiade Komunitas TIK pada milad Relawan TIK Garut yang ke depannya diselenggarakan setiap milad Garut, dan Forum Quadruple Helix sebagai pengganti Konferensi Komunitas TIK Garut tahun 2015 yang sedianya diselenggarakan setiap milad Komunitas TIK Garut. Program yang tidak berhasil dilaksanakan adalah bulan relawan teknologi informasi internasional. Hal tersebut karena tahun 2016 tidak ada program Relawan TIK Korea Selatan yang diselenggarakan di Garut, serta karena GEG (Google Educator Grup) Garut yang dibentuk oleh Pengurus Komunitas TIK Garut / Relawan TIK Indonesia cabang Garut melalui bidang sumber daya manusia melaksanakan kegiatannya sendiri tanpa koordinasi serta pimpinannya yang juga Koordinator Komunitas TIK wilayah Utara Garut menyatakan membebaskan GEG Garut dari Komunitas TIK Garut / Relawan TIK Indonesia cabang Garut dan menjadi bagian dari Ikatan Guru Indonesia cabang Garut yang dipimpin oleh salah satu ketua perhimpunan Komunitas TIK Garut. 

Terkait pembelotan GEG Garut ini saya tidak bisa berbuat banyak. Dulu saya mempercayakan pembentukan GEG Garut kepada bidang pengembangan SDM (sumber daya manusia) untuk dua tujuan, yakni menguatkan program pelatihan TIK dasar Kelompok Penggerak Masyarakat Informasi dan menyediakan program yang dibiayai lembaga internasional selain NIA (National Information Society Agency South Korea) di Garut. Alasan kepercayaan tersebut ada dua, yakni pertama dorongan registrasi GEG ini dilakukan oleh ketua umum Relawan TIK Indonesia dan pengurus bidang pengembangan SDM Komunitas TIK Garut ini merupakan anggota Relawan TIK Indonesia, dan kedua yang bersangkutan (pengurus bidang pengembangan SDM) menjabat dalam bidang pengembangan SDM di kepengurusan Komunitas / Relawan TIK Garut. GEG ini strategis bagi Komunitas TIK Garut karena Google menyediakan dana untuk penyelenggaraan program GEG. Saat yang bersangkutan di Diskominfo Garut menyatakan bukan bagian dari Komunitas TIK Garut tetapi berada langsung di bawah Google, saya hanya bisa mengingatkan kembali bagaimana GEG Garut ini dibentuk oleh Komunitas TIK Garut, dan mengingatkan kalau sejarah akan mencatat apa yang dilakukan oleh setiap pegiat TIK. Saya sampaikan Komunitas TIK Garut sebagai perhimpunan Komunitas TIK keanggotaannya bukan personal tetapi Komunitas TIK. Jadi tidak ada alasan bagi GEG Garut untuk tidak dapat menjadi bagian dari Komunitas TIK Garut yang mendirikannya. Belakangan saya agak heran karena yang bersangkutan menuliskan asal institusi GEG Garut adalah IGI (Ikatan Guru Indonesia) cabang Garut. Bahkan dibuat grup FB dengan nama GEG IGI Garut. Tapi ya sudahlah ... setiap orang membawa amalnya masing-masing. 

Akhirnya saya berterima kasih kepada Diskominfo, Komunitas TIK, dan pengurus Komunitas TIK Garut, yang telah menyediakan waktu hari libur untuk berkumpul. Utamanya kepada relawan TIK Sekolah Tinggi Teknologi Garut yang telah membantu saya menyiapkan tempat dan mengelola kegiatan, serta Sekolah Tinggi Teknologi Garut yang telah menyediakan gratis Area 306 sebagai tempat Konferensi. Konferensi Komunitas TIK memberi masukan kepada saya sehingga dapat membawa Komunitas TIK Garut ke arah kekinian yang dibutuhkan oleh Komunitas TIK yang ada di Garut dan Pemerintah Kabupaten Garut. Semoga Allah memberikan kemudahan kepada setiap orang yang berbuat baik dan memberikan pahala berlipat kepada mereka yang mengerjakannya dengan sukarela. Amin.

0 comments :

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya