Tepat hari ini satu tahun yang lalu, 24 Oktober 2015 adalah pembukaan Hackathon MDK 2.0. Event nasional dalam bidang pemrograman komputer ini saya dengar dari media sosial. Saat itu saya mengajukan diri kepada mas Ainun Najib untuk menjadi penyelenggara di wilayah Garut, yang kemudian saya perluas menjadi Priangan Timur sesuai visi Sekolah Tinggi Teknologi Garut saat itu.
Langkah persiapan dilakukan dengan pengurus Relawan TIK Garut beberapa hari sebelumnya. Namun rupanya mas Ainun berhasil mendapat respon dari PT Telekomunikasi Indonesia sehingga penyelenggaraannya disponsori oleh BUMN tersebut. Saya pun dikontak dan diminta bertemu oleh pak Dadan dari Telkom regional Tasikmalaya. Ternyata proses menemukan saya menjadi cerita tersendiri di lingkungan Telkom. Pada awalnya saya disangka anak perempuannya pak Cahyana Ahmadjayadi, yang karenanya saat kontak pertama kali pak Dadan memanggil saya dengan "mbak". Sudah biasalah kalau dianggap perempuan itu, hehehe.
Dalam pertemuan tersebut disepakati panitia bersama antara Telkom dengan Sekolah Tinggi Teknologi Garut, dan lokasi lomba yang awalnya diselenggarakan di Sekolah Tinggi Teknologi Garut menjadi di Kandatel Garut. Bagi saya hal tersebut tidak menjadi masalah, apalagi Telkom berkomitmen menanggung seluruh kebutuhan Hackathon. Saya teramat senang karena memang tidak punya dana untuk mengoperaskan kegiatan ini, bahkan untuk diri sendiri. Tinggal berfikir bagaimana caranya agar ada sumber daya manusia Relawan TIK di Garut yang dapat membantu menjalankan berbagai tugas di lapangan.
Pada awalnya saya dibantu oleh Sri Rahayu dan Leni Fitriani. Namun kebetulan minggu itu bertepatan dengan acara Wisuda di kampus sehingga mereka diminta oleh kampus untuk fokus melaksanakan tugas kepanitiaan. Akhirnya saya tinggal sendirian. Namun saya tetap bersemangat memenuhi segala keperluan sendirian, seperti mengusahakan peralatan yang tidak dimiliki Telkom, menentukan tata letak tempat, mengonfigurasi perangkat teleconference. Untung saja Muhammad Rikza Nasrulloh berhasil dikontak dan bersedia membantu membuatkan produk grafis Hackathon Priangan Timur, mulai dari spanduk hingga backdrop. Dan syukurlah karena saya sudah punya JIMKAT yang setia menemani saya dalam kegiatan Relawan TIK dan kali ini memudahkan saya mengangkut aset Komunitas dan Relawan TIK Garut yang digunakan Hackathon, walau sempat mogok karena ACCU nya habis. Sukanda juga ikut hadir sebentar membantu saya memotong kartu peserta.
Untuk kegiatan kampus sekala nasional bersama Telkom saya menghabiskan waktu cukup banyak, bahkan uang dapur sebagaimana biasanya kegiatan Relawan TIK yang saya lakukan. Saya bahkan tidak sempat foto bareng dengan wisudawan. Kondisi ini mengingatkan pada tahun 2012 silam, saat Prof Dr. Muhammad Ali Ramdhani - ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut saat itu mendukung pelaksanaan kegiatan nasional bersama Kemkominfo (Kementrian Komunikasi dan Informatika) dan Relawan TIK Indonesia pada hari yang bersamaan dengan Wisuda. Saya sebagai sekretaris program studi saat itu tidak sempat menghadiri Wisuda karena menyiapkan acara tersebut, bahkan tidak bisa hadir saat dipanggil untuk menerima penghargaan sebagai dosen terbaik dari Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Namun kampus memakluminya, karena apa yang saya kerjakan juga untuk kampus juga. Dan ternyata memang ada manfaatnya, karena bapak Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal yang sedianya diundang untuk hadir dalam Wisuda, ternyata datang selepasnya. Para penjabat struktural meminta saya untuk menyambut beliau dalam acara dengan Kemkominfo dan Relawan TIK Indonesia. Akhirnya saya dengan beberapa teman yang mewakili pengurus Komunitas TIK Garut dikukuhkan sebagai Relawan TIK Garut oleh pak Menteri (menjadi Relawan TIK pertama kali yang dikukuhkan oleh Menteri), dan mendapatkan sumbangan uang dari beliau untuk kegiatan Relawan TIK di Garut.
Dan Hackathon yang dibuka oleh General Manager Telkom serta kepala Diskominfo (Dinas Komunikasi dan Informatika) kabupaten Garut berhasil dilaksanakan. Tidak ada satupun tim dari Sekolah Tinggi Teknologi Garut yang menang, dan saya selaku ketua panitia yang duduk bareng juri tidak ingin mengganggu keputusan tersebut. Produk mereka lebih banyak di aplikasi untuk partisipasi publik. Saya sebagai ketua panitia memiliki pandangan tersendiri tentang program aplikasi yang berbeda dengan tim juri dari Telkom grup dan Diskominfo, dan panitia pusat setuju satu tim dari Sekolah Tinggi Teknologi Garut maju ke Final dengan Wildcard. Dan alhamdulillah mereka mendapatkan akomodasi dari kampus. Saya tidak berangkat ke acara final tersebut, dan menitipkan dua tim kepada Dede Kurniadi dari AMIK Garut dan Muhammad Rikza Nasrulloh dari Relawan TIK Garut.Setelah itu saya menyerahkan kembali amanat pelaksanaan lomba kepada mas Ainun Najib.
Keesokan hari setelah penutupan, terbit di surat kabar tentang kiprah Sekolah Tinggi Teknologi Garut dalam acara Hackaton. Bagi saya inilah kerja nyata, di mana kampus dapat lebih dekat dan bekerja sama dengan masyarakat, pemerintah, dan perusahaan untuk sesuatu yang sangat bermanfaat bagi bangsa dan negara. Dan visi program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut yang terkemuka di wilayah Priangan Timur dicapai salah satunya dengan kegiatan ini. Alhamdulillah
0 comments :
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya