Garut 13 April 2016, saat menunggu tim penilai Komunitas TIK Award dari Diskominfo (Dinas Komunikasi dan Informatika) provinsi Jawa Barat, kepala bidang TPDE (Telematika dan Pengolahan Data Elektronik) menunjukan media informasi Diskominfo kabupaten Garut edisi ketiga tahun 2015. Di dalamnya ada bagian Tokoh Kita yang berisi profil kegiatan relawan yang pernah saya kirimkan atas permintaan Diskominfo Garut. Ini adalah publikasi kegiatan pengabdian yang saya lakukan untuk memenuhi kewajiban profesi dosen. Diskominfo Garut telah beberapa kali mempublikasikan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang saya bersama relawan TIK di Garut melalui surat kabar hingga buletin. Kebetulan banyak kegiatan yang diliput tersebut dilakukan bersama Diskominfo, seperti Seminar dan Pelatihan Masyarakat Informasi IX di Pameungpeuk dan Hackathon Merdeka 2.0 Priangan Timur di kantor Telkom Garut. Berikut adalah isi dari liputan tersebut :
Rinda Cahyana, pria kelahiran Ciamis tanggal 17 Oktober 1979 ini merupakan anak bungsu laki-laki satu-satunya dari pasangan Tono Hartono dan Keken Sukaenah. Dibesarkan dan menempuh pendidikan hingga menengah atas di Subang. Masa remajanya di sekolah diisi dengan kegiatan kepramukaan di SMP Negeri 2 Subang, keislaman di Generasi Muslim al-Muhajirin, dan kemanusiaan di Palang Merah Remaja SMA Negeri 1 Subang.
Tahun 1997 didorong oleh orang tuanya untuk menuntut ilmu Teknik Informatika di STTG (Sekolah Tinggi Teknologi Garut) dan ilmu agama di pondok pesantren al-Musaddadiyah. Menjadi pengurus dan penulis aktif bulietin yang dikelolanya sendiri di Organisasi Pondok Pesantren Mahasiswa STTG mendorong ketua Badan Eksekutif Mahasiswa STTG mempercayakan divisi Jurnalistik dan Pengembangan Masjid kepadanya. Kegiatan jurnalistiknya memuncak saat terlibat dalam pendirian dan menjabat sebagai direktur operasional PT Radio Yamusa Pratama pada tahun 2004.
Menjelang akhir masa perkuliahannya pada tahun 2000, STTG memintanya untuk dapat membantu pemeliharaan perangkat komputer dan jaringan di Laboratorium Komputer. Semangat pengabdian kepada kampus mendorongnya melaksanakan layanan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) secara sukarela lebih dari apa yang diminta STTG, seperti membangun dan memperbaiki perangkat TIK kampus, merekrut dan melatih adik tingkatnya sebagai relawan TIK hingga sepuluh angkatan, serta membagikan pengetahuan, keahlian, dan pengalamannya melalui kelompok belajar atau Seminar dan Pelatihan sejak tahun 2002. Seminar dan Pelatihan tersebut merupakan cikal bakal program tahunan Seminar dan Pelatihan Masyarakat Informasi yang telah diselenggarakan oleh Komunitas TIK Garut hingga kesembilan kalinya.
Perhatiannya terhadap pengembangan infrastruktur TIK STTG mendorongnya untuk merumuskan dan mengusulkan konsep Pusat Teknologi Komputer kepada ketua STTG pada tahun 2002, mewujudkannya pada tahun 2007 dalam bentuk Unit Teknologi Informasi, hingga kemudian konsep tersebut dapat benar-benar diwujudkan setelah masuk dalam struktur organisasi STTG dengan nama UPT Sistem Informasi pada tahun 2008. Lulusan magister Informatika Institut Teknologi Bandung tahun 2008 ini kemudian ditunjuk sebagai kepala unitnya. UPT ini lah yang mendorong munculnya Komunitas TIK STTG dan Komunitas TIK Garut. Peran pokoknya di STTG adalah sebagai dosen program studi Teknik Informatika setelah diangkat sebagai dosen Yayasan al-Musaddadiyah pada tahun 2003 dan PNS Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang diperbantukan sebagai tenaga pendidik di STTG sejak tahun 2005.
Perhatiannya terhadap Komunitas TIK terlihat saat meminta dosennya untuk mendirikan Kelompok Pengguna Linux Indonesia untuk mahasiswa STTG pada tahun 2003. Usahanya dalam membentuk Komunitas TIK di STTG dimulai dari perekrutan relawan TIK dari kalangan mahasiswa serta penyelenggaraan forum TIK, Kelompok Kerja JAKI (Jaringan, Aplikasi, Informasi dan Komputer), dan Balai Latihan Kerja sebagai sarana kaderisasinya pada tahun 2007. Sekumpulan relawan TIK STTG ini kemudian diberi nama Kelompok Pecinta TIK. Kelompok ini telah menyediakan informasi dan TIK berikut pelatihannya secara gratis bagi sivitas akademik STTG dan masyarakat. Infrastruktur TIK STTG dari tahun 2002 hingga sekarang dibangun dan dipelihara oleh relawan TIK tersebut. Pemikirannya untuk menyebarkan manfaat keberadaan relawan TIK di lembaga pendidikan lainnya diwujudkan dengan mendorong KPTIK STTG untuk membentuk KPTIK pelajar pada tahun 2012 dan melaksanakan pelatihan TIK dasar bagi anggota KPTIK di sejumlah lembaga pendidikan sepanjang tahun 2013. Sistem KPTIK ini kemudian diminta oleh Direktorat Pemberdayaan Informatika Kementrian Komunikasi dan Informatika untuk diterapkan di Relawan TIK Indonesia, dan dikerjakannya dalam tim STTG dengan luaran buku berjudul Aktivitas dan Kompetensi Relawan TIK.
Setelah melaksanakan kegiatan bersama Relawan TIK asing utusan National Information Society Agency Korea Selatan, pria yang menikah dengan wanita asal Garut ini mengajak sejumlah pegiat TIK yang terlibat dalam kegiatan tersebut untuk membentuk Komunitas TIK Garut pada tanggal 15 Oktober 2012, dengan tujuan agar kegiatan semacam itu yang melibatkan relawan TIK dari berbagai latar belakang organisasi dan profesi tetap ada di Garut. Satu bulan kemudian, pada tanggal 24 November 2012, menteri Pembangunan Daerah Tertinggal menyematkan pin Relawan TIK Indonesia kepadanya yang menandai terhubungnya Komunitas TIK Garut dengan jaringan Relawan TIK nasional. Kerjasama internasional dengan National Information Society Agency Korea Selatan berlangsung selama tiga tahun dengan bantuan Relawan TIK Indonesia, Kementrian Komunikasi dan Informatika, dan STTG. Pada tahun 2014, ketua umum Komunitas TIK Garut ini berhasil mendorong pengurusnya untuk mendirikan Google Educator Group Garut yang merupakan kerjasama internasional relawan TIK dengan Google dan diluncurkan oleh Bupati Garut dalam Seminar dan Pelatihan Masyarakat Informasi XIII di STTG. Semua capaiannya bersama pengurus Komunitas TIK Garut dan pegiat TIK di Garut membuat Komunitas TIK Garut dianugerahi penghargaan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Jawa Barat dan Gubernur Jawa Barat sebagai Komunitas TIK terbaik se Jawa Barat kategori Mandiri 2014.
Ketua program studi Teknik Informatika STTG ini menjadikan relawan TIK sebagai bagian penting dalam proses pendidikan mahasiswanya. Ada dua matakuliah pilihan di mana mahasiswa turun ke masyarakat untuk melaksanakan layanan relawan TIK berupa pengembangan sumber daya manusia dan teknologi. Kerjasama yang dibangun STTG dengan Relawan TIK Indonesia pada tahun 2012 ditindaklanjutinya dengan kegiatan penelitian dosen dan mahasiswa yang menghasilkan konsep KPMI (Kelompok Penggerak Masyarakat Informasi) berikut Sistem Informasinya. Konsep dan teknologi tersebut didorongnya untuk dapat diterapkan di Garut dalam Konferensi Komunitas TIK Garut tahun 2014 yang dihadiri oleh perwakilan bidang informatika Sekretariat Daerah kabupaten Garut, PT Telekomunikasi Indonesia, PT Telekomunikasi Seluler Indonesia, dan sejumlah Komunitas TIK dari berbagai sekolah, madrasah, dan pondok pesantren.
Gagasan KPMI adalah menjadikan lembaga pendidikan sebagai pusat layanan relawan TIK bagi sivitas akademik dan masyarakat sekitar kampus dalam rangka membangun masyarakat informasi dan mendorong Garut sebagai Smart City. Pelaksana layanan tersebut adalah sekolompok siswa / mahasiswa yang berhimpun dalam Komunitas TIK di lembaga pendidikan tersebut. Sebagian dari gagasan ini berhasil dimasukannya dalam rumusan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika tentang Relawan TIK. Sepanjang tahun 2015 telah terbentuk kerjasama antara STTG selaku penyedia konsep dan teknologi dengan Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut selaku penanggung jawab program daerah, serta SMK Ma'arif Pameungpeuk dan SMK Negeri 10 Garut sebagai penyedia relawan TIK pelajar sekaligus sampel pusat layanan relawan TIK di wilayah selatan dan utara Garut. Diharapkan implementasi kerjasama ini sejalan dengan Peraturan Menteri tersebut yang rencananya akan dijalankan pada tahun 2016. Kesuksesan implementasinya diantaranya bergantung kepada Komunitas / Relawan TIK Garut yang merencanakan dan melaksanakan program bersama KPMI se Garut. Rinda Cahyana menganggap semua usahanya tersebut sebagai wujud kecintaannya kepada Garut dan bagian dari pelaksanaan tugas pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang harus ditunaikan oleh seorang dosen yang tersertifikasi.
0 comments :
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya