Teringat semasa kuliah dulu bisa membeli buku Fiqh Sunnah setelah mendapat uang beasiswa PPA dari Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Sebelumnya pd malam itu, pimpinan ponpes mahasiswa, DR Maman Abdurrahman Musaddad rahimahullah menyampaikan kabar baik di Kopontren, bhw saya akan mendapat beasiswa tsb. Persyaratan administrasinya sdh diuruskan oleh kampus. Sungguh rejeki yg tdk disangka2.
Adanya beasiswa itu membuat isi rak buku bertambah setiap bulannya. Saat saya memutuskan tinggal di perpustakaan pondok yg blm berfungsi, buku2 itu mengisi lemarinya. Ada banyak teman yg datang utk meminjam buku, di mana sebagian bukunya ada yg tdk kembali sampai sekarang.
Ada juga yg meminjam buku Konsep Gerakan Terpadu Ikhwanul Muslimin utk keperluan menyusun skripsi dlm bidang Pendidikan Islam. Buku tersebut meluaskan pengetahuan saya seputar gerakan Islam modern dan kultural serta interaksinya dgn kalangan nasionalis sekuler yg sebelumnya diperoleh dari bukunya Deliar Noer.
Pertama kali mengetahui Fiqh Sunnah dari ustadz Aidid. Saat ngaji fiqh, beliau suka merujuk karya Sayyid Sabiq tsb utk meluaskan wawasan kami soal keragaman mazhab. Bila tdk faham dgn apa yg saya baca dari buku tsb, saya suka menanyakannya kpd ustadz Aidid saat main malam hari selepas ngaji ke rumah ustadz pondok.
Saat diminta kampus membantu Koordinator Labkom, saya dipercaya utk memelihara perangkat di Labkom dan memegang kuncinya. Ada ruang di bawah tangga Labkom yg saya jadikan tempat kerja. Sesekali saya tidur di sana. Utk menunjang kerja, saya diberi mess di samping kampus. Oleh krn nya, saat itu saya punya tiga tempat tidur.
Suatu saat saya menemukan lemari panjang bekas kantor teronggok dan terbuang di belakang gedung kampus, dekat mess. Bagian kulitnya yg terbuat dari triplek sudah banyak yg terkelupas. Saya membeli cat, gergaji, paku, dan palu ke toko besi dan menyulapnya menjadi lemari buku.
Semua buku yg awalnya tersimpan di perpustakaan Ponpes dipindahkan ke lemari buku yg sudah menempati mess, menyekat tempat tidur dgn bagian lainnya. Setelah saya pindah ke mess, lemari di perpustakaan pondok pun dibongkar. Saya bergumam di dalam hati saat melihat pembongkaran itu, andai lemari itu bisa saya miliki.
Mess itu saya tinggalkan setelah menikah. Saat pindah ke rumah mertua, semua bukunya saya masukan ke dalam dus besar. Sesampainya di rumah mertua, almarhum ayahnya istri melihat dus yg berisi buku tsb. Beliau bertanya, apakah saya jualan buku? Saya menjawab, buku tersebut koleksi dari semasa kuliah.
Semua buku itu menempati lemari buku baru di rumah mertua. Sebelum beliau meninggal, saya diberi buku fiqh yg dulu dipakai oleh beliau saat mengaji. Satu-satunya warisan yg paling berharga krn mengingatkan saya utk terus mencintai buku.
Kini lemari bukunya sudah rusak dan tdk bisa menampung buku-buku baru. Saya belum sempat membeli lemari baru. Pekerjaan juga membuat saya memiliki sedikit waktu utk membaca buku. Walau demikian, buku yg ditulis oleh ulama dulu masih suka menggoda hati ini utk membelinya. Dua set buku yg sampai hari ini masih ingin saya miliki adalah Ihya Ulumuddin al-Ghazali, Madarijus Salikin Ibnul Qayyim Jauziyah, dan al-Futuhat al-Makkiyah Ibn Arabi.
jika anda ingin uang tambahan dimasa pandemi ini, kami solusinya. mainkan slot online dirumah aja, dan menjadi kaya raya. kunjungi kami untuk main, dan rasakan hasil nya. https://wehangfire.com/
BalasHapus