Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Diselenggarakan mulai tahun 1991 dan bernaung di bawah Yayasan Al-Musaddadiyah.

Program Studi Teknik Informatika

Berdiri pada tanggal 30 Juni 1998.

Rinda Cahyana

Dosen PNS yang diperbantukan di Sekolah Tinggi Teknologi Garut sejak tahun 2005

Senin, 03 November 2025

Smartphone


Setelah berkendara setengah jam, kendaraan harus terhenti oleh antrian panjang krn bertemu dgn kemacetan di turunan. Saat mau mengambil foto, ternyata smartphone nya tertinggal di rumah. Akhirnya putar balik krn SIM, e-Tol, e-Wallet, semuanya ada di smartphone. 

Setibanya di rumah, ternyata kunci rumah dibawa istri keluar. Menghubunginya susah krn tdk ada smartphone. Akhirnya manjat rumah, naik ke lantai dua pake tangga. Kebetulan ada tukang yg lagi kerja di atas sana. 

Smartphone adalah dompet jaman sekarang. Berbagai urusan bisa terkendala dan gagal hanya karena tdk ada smrtphone. Jaman sekarang, tertinggal smartphone lebih bermasalah dari pada tertinggal dompet. 

#biograficahyana

Sabtu, 25 Oktober 2025

Masyarakat Informasi


Abstrak

Perkembangan pesat dalam teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah melahirkan struktur sosial baru yang dikenal sebagai Masyarakat Informasi. Dalam masyarakat ini, informasi tidak hanya dipandang sebagai data mentah, tetapi sebagai sumber daya ekonomi dan aset strategis perusahaan yang paling berharga. Artikel ini menganalisis definisi dan urgensi Masyarakat Informasi, serta menyoroti peran mendasar dari komponen inti TIK, yaitu hardware dan software, dalam mendukung dan menggerakkan seluruh proses operasional bisnis modern. Tujuan utama dalam Masyarakat Informasi adalah untuk mencapai keunggulan kompetitif melalui penguasaan dan pemanfaatan TIK yang efektif.

A. Landasan Konseptual: Dari Data Menjadi Nilai

Masyarakat Informasi didasarkan pada penciptaan, distribusi, akses, dan penggunaan informasi secara bebas (Karvalics, 2007). Untuk memahami pondasi masyarakat ini, penting untuk membedakan antara data dan informasi.

Data  adalah materi fakta mentah, seperti huruf, angka, simbol, atau suara (O’Brien & Marakas, 2008, hlm. 33, 4). Data mewakili kejadian atau transaksi yang dicatat dan disimpan sebelum diorganisasi menjadi bentuk yang berguna (Laudon & Laudon, 2012, hlm. 479). Sebaliknya,  informasi  adalah data yang telah dirangkum, dimanipulasi, atau diproses sehingga menjadi bermakna dan berguna bagi pengguna tertentu (Loose, 1997; O’Brien & Marakas, 2008, hlm. 3, 34).

Dalam konteks bisnis, tujuan utama sebuah sistem adalah memproses data menjadi informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 36; O’Brien & Marakas, 2010, hlm. 35). Informasi yang berkualitas harus memiliki atribut seperti akurasi, relevansi, kelengkapan, dan ketepatan waktu (timeliness) agar bernilai (O’Brien & Marakas, 2010, hlm. 354, 355).

B. Teknologi Informasi dan Komunikasi

Masyarakat Informasi mustahil terbentuk tanpa  TIK  atau  Infotech . TIK didefinisikan sebagai konvergensi teknologi telekomunikasi atau komunikasi dan komputer (Bouwman et al., 2005; ITU, 2002). TIK adalah istilah umum yang mencakup semua teknologi yang membantu memproduksi, memanipulasi, menyimpan, mengomunikasikan, dan/atau menyebarkan informasi (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 30). TIK menggabungkan komputasi dengan tautan komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa data, suara, dan video (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 30).

Fondasi fisik TIK—yaitu  hardware  dan  software —adalah yang memungkinkan pemrosesan data menjadi informasi, serta mendukung tiga peran vital sistem informasi dalam bisnis: mendukung operasi, mendukung pengambilan keputusan, dan mendukung strategi keunggulan kompetitif (O’Brien & Marakas, 2010, hlm. 8, 213).

Peran Fundamental Hardware

Hardware  didefinisikan sebagai semua mesin dan peralatan fisik dalam sistem komputer (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 38). Hardware berfungsi sebagai infrastruktur IT yang memungkinkan semua fungsi digital terlaksana (Rainer & Cegielski, 2016, hlm. 520).

Hardware mendukung aktivitas dasar sistem informasi (O’Brien & Marakas, 2010, hlm. 35; Williams & Sawyer, 2011, hlm. 26-27):

  1. Input:  Perangkat seperti  keyboard ,  mouse , atau pemindai (scanner) menangkap data mentah (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 255).
  2. Processing:   Central Processing Unit  memanipulasi data dan mengontrol komponen lain, mengubah data menjadi informasi (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 212; O’Brien & Marakas, 2010, hlm. 35).
  3. Output:  Perangkat seperti monitor atau printer menerjemahkan hasil pemrosesan ke bentuk yang dapat digunakan manusia (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 281; O’Brien & Marakas, 2010, hlm. 35).
  4. Storage:  Perangkat penyimpanan sekunder (seperti  hard disk  atau  flash memory ) menyimpan data dan program secara permanen (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 224).
  5. Control:  Mekanisme untuk memastikan semua aktivitas sistem berjalan sesuai standar dan prosedur (O’Brien & Marakas, 2010, hlm. 36).

Tanpa hardware, pemrosesan data, yang merupakan tujuan utama komputer, tidak dapat dilakukan (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 38, 244). Perkembangan terus-menerus membuat hardware menjadi lebih kecil, lebih cepat, lebih murah, dan lebih kuat, memungkinkan mobilitas dan personalisasi perangkat seperti  smartphone  dan PC tablet (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 364, 379; Laudon & Laudon, 2012, hlm. 202).

Peran Krusial Software

Meskipun hardware menyediakan sirkuit untuk pemrosesan, ia "tidak berguna tanpanya" (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 38).  Software  adalah kumpulan program dan prosedur yang memberikan instruksi kepada hardware tentang cara memproses data (O’Brien & Marakas, 2010, hlm. 33, 217; Rainer & Cegielski, 2016, hlm. 528).

Software terbagi dua jenis utama:

  1. System Software:  Mengelola dan mendukung operasi sistem komputer, termasuk sistem operasi ( Operating System  - OS) yang mengontrol dan mengarahkan aktivitas sistem, seperti  Windows  atau  Linux  (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 121, 140; Laudon & Laudon, 2012, hlm. 51).
  2. Application Software:  Program yang dirancang untuk mendukung tugas atau proses bisnis tertentu (Rainer & Cegielski, 2016, hlm. 529). Contohnya termasuk perangkat lunak produktivitas (seperti  word processing ,  spreadsheet ,  database software ), hingga sistem yang lebih canggih seperti sistem manajemen basis data ( Database Management System  - DBMS) (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 154, 161, 164; O’Brien & Marakas, 2010, hlm. 196).

Software, khususnya DBMS, sangat penting dalam Masyarakat Informasi karena mengelola  sumber daya data —kumpulan terintegrasi dari elemen data yang saling terkait (O’Brien & Marakas, 2010, hlm. 33, 409). DBMS (seperti  Oracle  atau  Access ) memungkinkan organisasi mengakses dan memanipulasi data dari basis data relasional (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 413; O’Brien & Marakas, 2010, hlm. 197).

Peran Jaringan dan  Cyberspace 

TIK juga mencakup  Network Resources, yaitu media komunikasi dan dukungan jaringan (O’Brien & Marakas, 2010, hlm. 34). Jaringan menghubungkan dua atau lebih komputer, menciptakan lingkungan yang disebut  Cyberspace —dunia maya yang dibentuk oleh komputer dan telekomunikasi (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 1, 18).

Jaringan, terutama Internet, Intranet, dan Extranet, memungkinkan bisnis menjalankan  e-business  dan  e-commerce , menghubungkan operasi internal dengan pelanggan dan pemasok (O’Brien & Marakas, 2010, hlm. 12, 218). Fenomena ini memastikan informasi tidak hanya didistribusikan lebih cepat, tetapi juga dikumpulkan, disimpan, diarsipkan, dan diakses kapan pun dan di mana pun (Gudauskas, 2011).

C. Keunggulan Kompetitif dan Kebutuhan Literasi

Dalam Masyarakat Informasi, orang atau bisnis yang berhasil adalah mereka yang menguasai dan mengendalikan informasi (Fenner, 2002). Penggunaan TIK yang strategis membantu perusahaan mencapai keunggulan kompetitif (O’Brien & Marakas, 2010, hlm. 8, 201).

Namun, untuk memanfaatkan TIK ini, individu harus memiliki beberapa kemampuan penting:

  • Computer Savvy:  Mengetahui apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh komputer, bagaimana komputer memberikan keuntungan atau kerugian, dan kapan harus mencari bantuan teknis (Williams & Sawyer, 2011, hlm. 2).
  • ICT Literacy:  Kemampuan menggunakan TIK yang diperlukan oleh kebanyakan pengguna (Acevendo, 2005).
  • Digital Literacy:  Kemampuan untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan, serta mengakses, menemukan, dan memprosesnya untuk menciptakan nilai dengan TIK (Árpád, 2007; Andretta, 2005). Literasi digital mencakup kemampuan teknis dan sosial, seperti membuat dan membagikan konten, mengelola identitas digital, dan menjaga privasi  online  (Wheeler, 2012, hlm. 5, 6).

Kesimpulan

Masyarakat Informasi adalah realitas yang didorong oleh konvergensi teknologi, di mana komponen inti IT— hardware sebagai pondasi fisik dan software sebagai instruksi cerdas—berinteraksi melalui jaringan untuk memproses data menjadi informasi yang strategis. Keberhasilan dalam Masyarakat Informasi bergantung pada sejauh mana organisasi dan individu dapat mengadopsi TIK dan mengembangkan literasi yang diperlukan untuk menciptakan, mengelola, dan memanfaatkan aset informasi ini guna mencapai keunggulan kompetitif global.

Daftar Pustaka

  1. Acevendo, V. (2005). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  2. Andretta, S. (2005). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  3. Árpád, P. (2007). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  4. Bouwman, H., R. F. W. Van B. P., & Van Der W. (2005). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  5. Drucker, P. F. (1992). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  6. Fenner, G. (2002). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  7. Gudauskas, R. (2011). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  8. Huang, K. T., Y. W. L., & Wang, J. (1999). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  9. ITU. (2002). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  10. Karvalics, L. Z. (2007). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  11. Laudon, K. C., & Laudon, J. P. (2012).  Management Information Systems: Managing the Digital Firm  (13th ed.). Pearson Education Limited.
  12. Loose, M. (1997). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  13. Moody, D. L., & Walsh, P. (1999). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  14. O’Brien, J. A., & Marakas, G. M. (2008). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  15. O’Brien, J. A., & Marakas, G. M. (2010).  Introduction to Information Systems  (15th ed.). McGraw-Hill/Irwin.
  16. Rainer, R. K., & Cegielski, C. G. (2016).  Introduction to Information Systems  (3rd ed.). John Wiley & Sons, Inc.
  17. Wheeler, S. (2012). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  18. Williams, B. K., & Sawyer, S. C. (2010). [Dikutip dalam 01 Masyarakat Informasi.pdf].
  19. Williams, B. K., & Sawyer, S. C. (2011).  Using Information Technology: A Practical Introduction to Computers & Communication: Complete Version  (9th ed.). McGraw-Hill Companies, Inc.

Rabu, 15 Oktober 2025

Kenapa Harus di Pinggir Jalan?

Pagi tadi lewat depan pabrik besar di daerah Leles. Seperti biasa selalu macet di jam-jam tertentu. Nampak di pinggir jalan dekat pabrik tsb dipenuhi oleh PKL. Pejalan kaki hanya punya dua opsi, berjalan di belakang PKL yg sempit atau di bahu jalan bersama kendaraan. Memang belum ada kasus rem blong yg mengancam jiwa, tapi bukan berarti tdk mungkin terjadi. Entah berapa banyak asap kendaraan dan debu yg hinggap di makanan yg tersaji di gerobak-gerobak PKL tsb. Nampak kesehatan dan keselamatan jiwa dianggap bukan sesuatu yg penting.

Belakangan ini ramai di medsos wacana pemilihan jalan di Garut utk CFD. Saya pribadi mendukung CFD, namun di jalan yg jika ditutup tdk berdampak pada kemacetan atau bukan jalan utk mengurai kemacetan. Di beberapa titik ada pasar tumpah yg dilabeli CFD, seperti di Jln Sukarno Hatta yg biasa digunakan utk mengurai kemacetan daerah Kadungora, dan Jln Ibrahim Adjie yg dapat mengurai kemacetan di wilayah Tarogong. 

Gubernur pernah menyindir, Garut termasuk penerima dana pembangunan jalan terbesar. Apa kira-kira pendapat Gubernur kalau jalan yg dibangun dgn biaya mahal tsb malah dipakai pasar tumpah atau CFD? Sementara di tempat lain masih banyak jalan yg kondisinya masih rusak. 

Kenapa agenda week end yg bagus seperti itu tdk di lapang saja. Biar jalan dipakai kendaraan, serta trek joging dan pesepeda. Jgn normalisasi atau membiasakan berjualan di pinggir jalan. Kebiasaan tsb beresiko thd kesehatan dan keselamatan jiwa. Kesejahteraan bisa diupayakan dgn cara yg lebih baik.

#persepsicahyana

Senin, 13 Oktober 2025

Gak Sat Set


Mau ngisi BBM dgn kartu debit atau QRIS, katanya tdk bisa krn masih pagi. Ada yg bisa, harus balik melawan arah tujuan. Ketemu beberapa tempat lainnya di depan, ternyata semua tdk melayani cashless sama sekali. 

Ambil uang di ATM, mesinnya rusak. Ketemu di tempat lain, mesinnya nolak mengeluarkan uang sebelum buka helm dan tentu saja berikut maskernya. Keluar dari ATM ada jukir menanti, mana susah ngambil uang klo pake sarung tangan, duh. Bepergian pake motor ribetnya duh, gak bisa sat set, bikin bad mood.

Btw, SPBU yg itu bikin males ke sana lagi. Pengalaman pertama, petugasnya bikin aplikasi keblokir. Pengalaman kedua, dah ngantri lama malah mobil lain yg baru datang yg diisi, ya sudah langsung cabut tanpa nunggu diisi. Pengalaman ketiga, ga bisa ngisi pake debit atau QRIS krn masih pagi. 

 #cahyanatrip

Jumat, 10 Oktober 2025

Sistem dan Teknologi Informasi


 A. MASYARAKAT INFORMASI

Masyarakat Informasi: Era Konvergensi Teknologi, Literasi, dan Data

Artikel ini disusun berdasarkan materi perkuliahan "01 Masyarakat Informasi" (Cahyana, 2020), yang bertujuan mengidentifikasi karakteristik masyarakat modern yang didominasi oleh konvergensi teknologi dan data.

I. Pengguna di Era Digital: Generasi dan Karakteristik

Dunia modern ditandai oleh pergeseran generasi, membagi pengguna teknologi menjadi Imigran Digital dan Pribumi Digital (Cahyana, 2020). Fokus utama diberikan pada Generasi Milenial, yang mencerminkan pepatah, "Sendiri di ruang nyata bukan berarti sepi di dunia maya" (Cahyana, 2020).

Karakteristik kunci Generasi Milenial meliputi (Cahyana, 2020):

  1. Selalu Daring (Always On): Mereka terbiasa terhubung ke jaringan untuk mengakses layanan dan informasi (Cahyana, 2020; Williams & Sawyer, n.d., p. 20). Generasi ini nyaman dengan perangkat digital di sekitar mereka (Williams & Sawyer, n.d., p. 94).
  2. Pembelajar Intuitif (Cahyana, 2020).
  3. Berorientasi Multimedia (Cahyana, 2020).
  4. Sangat Sosial/Multitask (Cahyana, 2020). Multitasking adalah kemampuan melakukan beberapa tugas sekaligus, seringkali dengan menggeser fokus secara cepat (O’Brien & Marakas, 2010, p. 95).

Untuk memahami lanskap digital ini, beberapa definisi kunci ditetapkan:

  • Cyberspace (Dunia Maya) adalah dunia maya yang dibentuk oleh komputer dan telekomunikasi (Williams & Sawyer, 2010, dikutip dalam Cahyana, 2020).
  • Multimedia adalah teknologi yang menyajikan informasi dalam banyak medium (Cahyana, 2020). Secara teknis, multimedia menggabungkan teks, grafik, animasi, video, dan suara dalam komunikasi yang terintegrasi (Laudon & Laudon, 2014, p. 377; O’Brien & Marakas, 2010, p. 32).
  • Daring (Online) berarti terhubung ke jaringan untuk mengakses informasi dan layanan (Williams & Sawyer, 2010, dikutip dalam Cahyana, 2020).

II. Fondasi Informasi dan Literasi Dasar

Transisi ke Masyarakat Informasi menuntut penguasaan beberapa bentuk literasi teknologi.

1. Melek Komputer dan TIK

Melek Komputer (Computer Savvy) adalah kemampuan seseorang untuk memahami apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan komputer, bagaimana komputer memberikan keuntungan atau kerugian, dan kapan harus menyelesaikan masalah komputer secara mandiri versus meminta bantuan (Cahyana, 2020; Williams & Sawyer, n.d., p. 2).

Melek TIK (Literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi) didefinisikan sebagai kemampuan individu dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang diperlukan oleh sebagian besar pengguna (Acevedo, 2005, dikutip dalam Cahyana, 2020). TIK itu sendiri merupakan konvergensi teknologi telekomunikasi/komunikasi dan komputer (Bouwman dkk., 2005; ITU, 2002, dikutip dalam Cahyana, 2020).

2. Data, Informasi, dan Nilai Strategis

Memahami perbedaan antara Data dan Informasi adalah fundamental:

  • Data adalah material fakta mentah, seperti huruf, nomor, simbol, bentuk, dan suara (O’Brien & Marakas, 2008, dikutip dalam Cahyana, 2020). Data adalah fakta mentah atau observasi, biasanya tentang fenomena fisik atau transaksi (Rainer & Cegielski, 2011, p. 514; O’Brien & Marakas, 2010, p. 30).
  • Informasi adalah data yang bermakna dan berguna (O’Brien & Marakas, 2008, dikutip dalam Cahyana, 2020). Informasi dihasilkan melalui proses tertentu dan disampaikan kepada pengguna tertentu (Loose, 1997; Machlup, 1980; O’Brien & Marakas, 2008, dikutip dalam Cahyana, 2020).

Informasi memiliki nilai yang sangat tinggi; ia merupakan kunci sumber daya ekonomi dan salah satu aset penting perusahaan yang sangat berharga (Drucker, 1992; Huang dkk, 1999; Moody & Walsh, 1999, dikutip dalam Cahyana, 2020). Oleh karena itu, orang atau bisnis yang berhasil adalah mereka yang menguasai dan mengendalikan informasi (Fenner, 2002, dikutip dalam Cahyana, 2020).

III. Literasi Lanjutan dan Masyarakat Informasi

1. Melek Informasi dan Literasi Digital

Melek Informasi (Information Literacy) didefinisikan sebagai kemampuan mengetahui informasi yang diperlukan, serta mengakses, menemukan, dan memprosesnya untuk menciptakan nilai menggunakan TIK (Andretta, 2005; Árpád, 2007, dikutip dalam Cahyana, 2020).

Konsep yang lebih luas adalah Literasi Digital (Wheeler, 2012, dikutip dalam Cahyana, 2020), yang mencakup sembilan kemampuan kritis, yaitu (Cahyana, 2020):

  1. MEMBUAT (konten untuk audien berbeda).
  2. MEMBAGIKAN (informasi agar mudah dicari).
  3. MENGGUNAKAN KEMBALI (konten untuk berbagai keperluan).
  4. JEJARING SOSIAL (untuk pembelajaran formal dan informal).
  5. TRANSLITERASI (mampu menggunakan beragam platform).
  6. MENYIARKAN SENDIRI (mampu menerbitkan ide dan konten).
  7. MEMILIH KONTEN (menggunakan mesin pencari).
  8. MEMELIHARA PRIVASI (memahami bahaya online dan strategi kerja aman).
  9. MENGELOLA IDENTITAS (menggunakan identitas yang sesuai di berbagai platform).

2. Masyarakat Informasi

Masyarakat Informasi (Information Society) adalah bentuk masyarakat baru di mana struktur sosialnya didasarkan pada pembuatan, distribusi, akses, dan penggunaan informasi secara bebas (Karvalics, 2007, dikutip dalam Cahyana, 2020). Tujuan utamanya adalah mendapatkan keuntungan kompetitif melalui TIK (Gudauskas, 2011, dikutip dalam Cahyana, 2020), di mana informasi dapat dikumpulkan, disimpan, dan diakses kapanpun dan di manapun (Gudauskas, 2011, dikutip dalam Cahyana, 2020).

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Cahyana, R. (2020). 01 Masyarakat Informasi [Materi Perkuliahan]. Institut Teknologi Garut, IFUWP1316 Sistem & Teknologi Informasi Teknik Informatika.

Laudon, K. C., & Laudon, J. P. (2014). Management information systems: Managing the digital firm (13th Global ed.). Pearson Education Limited.

Rainer, R. K., Jr., & Cegielski, C. G. (2010). Introduction to information systems (3rd ed.). John Wiley & Sons, Inc.

Williams, B. K., & Sawyer, S. C. (2011). Using information technology: A practical introduction to computers & communications (9th ed.). McGraw-Hill.

Jumat, 03 Oktober 2025

Konten Negatif Warisan Iblis


Tdk mengherankan bila konten ujaran kebencian dan hoax kita temui di media sosial. Ujaran kebencian dan hoax muncul di awal sejarah manusia. Ujaran negatif tersebut mungkin menimbulkan trauma dan terekam dalam gen manusia, sehingga ada yg secara tdk sadar melampiaskannya dgn melakukan ujaran yg sama kpd sesamanya, dan ada juga yg menolak krn sangat membencinya. 

Iblis tercatat dalam teks al-Qur'an sebagai pelaku ujaran kebencian pertama dgn perkataannya, "Aku lebih baik daripadanya. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan Engkau ciptakan dia dari tanah" (Q.S. al-A'raf: 12 dan Shad: 76). Ujaran ini menargetkan karakteristik antar golongan. Pernyataan "aku lebih baik" telah mendiskriminasi golongan tanah (manusia). 

Di media sosial, ujaran lain yg bermasalah adalah hoax, semacam kabar bohong. Sama hal nya dgn ujaran kebencian, hoax pertama kali dilakukan oleh Iblis dgn perkataannya, "Tuhanmu tidak melarang kamu berdua mendekati pohon ini, melainkan agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)." (Q.S. al-A'raf: 20). Padahal dgn mendekatinya, manusia terusir dari surga. 

Hoax masih menyesatkan sampai saat ini, bahkan dilakukan oleh manusia. Seburuk-buruknya manusia adalah mereka yg membuat hoax, padahal hoax menjadi sebab dirinya terusir dari Surga. Sebodoh-bodohnya manusia adalah mereka yg terhasut oleh hoax. Hoax adalah dosa yg dapat mematikan hati. Tanda matinya hati adalah tdk timbulnya rasa penyesalan menjadi orang yg buruk dan bodoh.

Banyak hoax tersebar dgn motif kebencian. Sebagaimana Iblis yg mengawali kejahatannya kpd manusia dgn ujaran kebencian dan mengalahkan manusia yg dibencinya dgn hoax. Iblis menyadari, manusia menjadi sosok utama krn lebih tahu setelah diberi tahu. "Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya ... " (Q.S. al-Baqarah: 31). Namun, Iblis melihat kelemahan di dalam kelebihan manusia tersebut, yakni ketidaktahuan akan informasi bohong. Manusia bisa dijebak dgn informasi bohong krn manusia hanya diajari Tuhan tentang informasi benar. Manusia membayar pengetahuan tentang informasi bohong dgn sangat mahal, diusir dari surga. 

Ujaran kebencian dan hoax adalah warisan Iblis. Masih banyak manusia yg meyakini hoax sebagai senjata mematikan utk mengalahkan sesama yg dibencinya. Hoax dapat memperbesar dampak ujaran kebencian yg mencakup diskriminasi hingga konflik sosial. Walau demikian, ada banyak manusia yg menyadari bahayanya, sehingga menangani ujaran kebencian sebagai akar masalah hoax dgn pendekatan preventif dan represif.

Indonesia memiliki undang-undang yg mencegah ujaran kebencian, salah satunya utk kasus di ranah digital. Ujaran kebencian di ranah digital yg tdk mengandung hasutan memang tdk dijerat hukum. Namun, langkah penanganannya telah dilakukan secara preventif dgn pendidikan, pemblokiran, atau kontra ujaran yg melibatkan partisipasi masyarakat. Pelaku yg menghasut pun dipertimbangkan tingkat pengaruhnya. Semakin besar pengaruhnya, semakin besar kemungkinan ditangani secara represif oleh aparat hukum. 

#persepsicahyana

Rabu, 03 September 2025

Bencana Hoax

 


Suatu bangsa akan cepat hancur bila masyarakatnya mudah terhasut kebohongan hanya krn benci dan kekuasaan lembek terhadap para penghasut hanya krn suka.

Sangat miris melihat sebagian rakyat Indonesia masih rentan dengan hasutan konten hoax di media sosial. Padahal agama mengajarkan kepada mereka untuk tabayun, memeriksa kabar apapun, terutama yang menghasut kebencian. Lebih miris lagi, mereka lupa kalau pencurian itu haram, padahal mereka membenci korupsi. Bahkan ada yang berusaha menormalisasi maksiat dosa dan pelanggaran hukum tersebut dengan membandingkan ukuran pencurian. Katanya, korupsi yang dilakukan oleh pejabat masih lebih besar dibandingkan penjarahan oleh rakyat. Mereka hendak mewujudkan negeri hipokrit yang penuh dengan persaingan antar pencuri kelas kakap dan kelas teri. 

Kejadian baru-baru ini menimpa sejumlah artis yang menjadi anggota dewan. Rumah mereka dirusak dan dijarah. Awal kejadiannya mereka ikut berjoget mengikuti orkestra UNHAN dalam peringatan HUT Republik Indonesia ke-80 di Senayan. Setan Miswath kemudian membuat konten hoax adu domba dgn cara memotong video dan menambahkan caption utk memicu kebencian. Hoax ini berhasil menghasut sebagian rakyat dan  menimpakan musibah bagi artis yg mengapresiasi orkestra anak bangsa dan lagu daerah tersebut. Musibah ini telah menjatuhkan harga diri bangsa. Bagaimanapun, pembuat hoax ini harus dihukum krn telah menghasut perusakan dan penjarahan. Hanya manusia baik yg menyesal atas kesalahannya. 

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu" (Q.S. al-Hujurat ayat 6)

Sangat manusiawi bila kita kecewa dengan kesenjangan sosial dan ketidaksensitifan anggota Dewan terhadap kondisi rakyat. Namun, ketidaksukaan itu harus tetap berada di atas jalan yang benar. Tidak boleh dilampiaskan dengan fitnah dan adu domba. Agama mengajarkan kita untuk bermusyawarah guna menyelesaikan masalah, bukan malah melakukan tindakan yang berkontribusi pada penderitaan rakyat lainnya. 

"Dan janganlah sekali-kali kebencian kalian terhadap sesuatu kaum mendorong kalian untuk berlaku tidak adil. Berlaku adil­lah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa" (Q.S. al-Maidah ayat 8)

#persepsicahyana


Selasa, 02 September 2025

Perjuangan Penting Saat ini: Melawan Hawa Nafsu

Perjuangan (peperangan atau demonstrasi) yg paling besar adalah melawan hawa nafsu. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Kalian telah pulang dari pertempuran kecil menuju pertempuran besar." Sahabat bertanya, "Apakah pertempuran yang lebih besar itu?" Nabi menjawab, "Jihad (memerangi) hawa nafsu". 

Di antara bentuk penjajahan hawa nafsu paska kemerdekaan adalah pencurian, termasuk di dalamnya penjarahan dan korupsi. Perjuangan yg sulit, sebagaimana dikatakan oleh Soekarno, "Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, namun perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri".

Perjuangan yg sulit karena salah satu ciri manusia Indonesia adalah hipokrit/munafik. Dikutip dari buku Manusia Indonesia halaman 23, Mochtar Lubis dalam pidato Kebudayaan tahun 1977 di Taman Ismail Marzuki mengatakan, "Berpura-pura, lain di muka, lain di belakang, merupakan ciri utama manusia Indonesia sudah sejak lama." Itulah sebab kenapa banyak yg bersikap lantang mengutuk korupsi tetapi dia sendiri seorang pencuri, merusak dan mencuri aset rakyat, menjarah rakyat. 

Oleh krn nya, bila di masa perjuangan kemerdekaan, diklat terpenting adalah yg memberi kemampuan berperang melawan manusia dgn menggunakan senjata api, saat ini yg diperlukan adalah kemampuan berperang melawan diri sendiri dgn menggunakan pendidikan karakter dan latihan pembersihan hati.

#persepsicahyana

Senin, 01 September 2025

Rekayasa Sosial

Masih banyak masyarakat yg terhasut oleh berita hoax atau bohong atau melebih-lebihkan. Misalnya, seseorang di-framing bergembira atas sesuatu, padahal sebenarnya dia bergembira utk sesuatu yg lain. Perkataan kesal seseorang di-framing agar terkesan jahat. Ada juga yg di-framing menjahati rakyat, padahal sedang berjuang menjaga ekonomi negara ini agar tdk kolaps. Caption ditambahkan utk memainkan emosi audien, sehingga hasutan itu berhasil menggerakkan masa. 

Bila emosi telah menyala, gerakan itu mudah dikendalikan oleh hasutan-hasutan yg dijustifikasi oleh narasi menyesatkan yg terdengar masuk akal padahal asumsi liar atau cocokologi. Akhirnya sesuatu yg buruk menimpa orang-orang tsb, negara berhasil dilemahkan atau dilambatkan pembangunannya. Ada banyak orang dlm kelompok masa dan pendukungnya yg kemudian melakukan maksiat dan melanggar hukum.

Inilah yg disebut rekayasa sosial, sering digunakan utk tujuan politik atau kepentingan kelompok tertentu. Internet menjadi senjata rekayasa sosial yg mematikan. Hal itulah yg terkadang membuat pemerintah atau platform medsos membatasi internet dan layanannya, utk mengurangi hasutan atau dampak rekayasa sosial.

Benar apa yg disampaikan Allah SWT, "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." (Q.S. al-Hujurat: 6). Padahal serangan ujaran cukup dilawan dgn ujaran, bila tdk melawan atau meminta maaf berarti selesai. Di ruang demokrasi semua orang berhak berpendapat, dan di ruang hukum semua orang tdk boleh melampaui batas (melawan hukum). 

#persepsicahyana

Perdebatan Guru dan Murid


Seseorang yg pernah menjadi mhs saya di masa lalu dinasihati agar melakukan ricek sebelum menuduh orang lain yg bukan-bukan agar tdk tertipu kalangan fasiq yg suka menyebarkan hoax. Dia malah berpaling dan menuduh sikap saya tsb sebagai balas budi kpd Jkw yg telah mengangkat saya sebagai dosen. Tuduhannya keliru krn saya berbakti utk negeri ini sudah 20 thn lamanya. Tanpa diberi tahu, dia seharusnya faham bila nasihat itu kalau bukan sebagai balas budi sama Jkw tentunya krn dia adalah anak didik sepanjang hayat. Pendidikan terus saya jalankan, kapanpun saya bertemu dgn mahasiswa, dan dlm kondisi apapun. 

Saya sudah terbiasa didebat mhs yg tdk sefaham, mulai dari urusan platform teknologi hingga soal pandangan politik. Terkadang saya berhadapan dgn perkataan yg menyinggung. Tetapi saya adalah pendidik dan mereka adalah anak-anak saya. Saya tdk menaruh rasa benci, dan selalu ingin berbuat baik utk mereka. Perdebatan guru dan murid memberikan ujian komitmen pada ilmu pengetahuan dan adab, bukan pada hawa nafsu. Guru dan murid yg lulus ujian akan tetap saling menyayangi dan tdk menaruh rasa dendam. 

#biograficahyana

Minggu, 31 Agustus 2025

Menjaga Indonesia

MENJAGA INDONESIA

Malam Sabtu itu saya nongkrongin Tiktok sampai setengah dua dini hari, bepergian dari satu Live ke Live lainnya. Bukan hanya utk melihat apa yg dilakukan oleh Gubernur dintengah demonstran dan perusuh, tapi memerangi para penjahat yg menghasut kejahatan. Mereka ingin Gd Sate terbakar dgn terus menerus mengulang pesan tentang apa yg terjadi di Makasar.

Saya hanya mampu berusaha membangun kesadaran kepada penonton live Tiktok utk menjaga bangunan bersejarah bersama-sama dgn mengirim pesan dari satu live ke live Tiktok lainnya. Syukurlah saya tdk sendirian, ada banyak yg meminta bangunan tsb tdk diganggu. Komunitas motor bahkan merespon dgn mengatakan akan bergerak mengamankan gedung ikon Jabar tsb. 

Si Penghasut melawan dgn bahasa menyinggung bahwa itu bukan bangunan rakyat, tapi simbol feodalisme. Si Penjahat ini ga faham kalau pejuang telah berkorban darah dan air mata utk mendapatkannya. Namun para penjahat ini memang menang, mereka berhasil membuat perusuh menghancurkan cagar budaya lain, dengan tambahan hancur dan dijarahnya rumah makan hingga lapak warung nasi rakyat kecil. Di daerah lain bahkan musium ikut dirusak, banyak artefak yg dicuri. Yg menyesakkan, Graha bersejarah bagi arek Surabaya tdk luput juga. 

Marah boleh, tapi jgn merusak aset rakyat, seperti anak tantrum yg merusak motornya sendiri saat ditilang Polisi. Mereka bilang, rakyat boleh merusak asetnya sendiri. Padahal dana perbaikan aset yg dirusak itu bisa membantu banyak rakyat kecil. Ngakunya bela rakyat, tapi ga sensitif dgn kebutuhan rakyat. Merusak aset rakyat tanpa alasan yg benar itu sama dengan mencuri uang rakyat utk kepentingannya sendiri.

Saya melihat orang jahat bahu membahu dalam kejahatannya. Saling menghasut utk melakukan kejahatan dan berbagi lokasi target kejahatan di media sosial. Dari sederet nama yg disebut oleh mereka di medsos, hanya satu yg tdk mengalami penjarahan. Entah bagaimana hal demikian seperti tdk dapat diantisipasi, sehingga hasutan tindak kriminal pencurian lebih banyak berhasilnya. 

Sampai saat ini saya jengah dgn kedunguan netizen yg mau saja dibodohi oleh para penjahat. Melabeli pencurian sebagai perampasan aset. Padahal jelas asetnya tdk diserahkan ke negara, tapi dibawa sendiri seperti maling pada umumnya. Dan korban ini bukan koruptor. Seharusnya dicek dulu, apakah mereka korup, supaya tdk tergolong kalangan fasiq.

 "Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu seorang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya, lalu kamu menjadi menyesal atas perbuatanmu itu". (Q.S. Surat Al-Hujurat: 6)

Mereka bilang, rakyat akhirnya mengesahkan UU Perampasan Aset. Saya katakan, UU tsb untuk menghukum pencuri, bukan untuk melegalkan pencurian. Janganlah kebencian kpd seseorang membuat tdk bersikap adil. 

Orang yg melakukan kejahatan dan menghasutnya, atau siapapun yg berada dekat dgn nya namun mendukungnya, sampai timbul kerugian pribadi atau bahkan korban jiwa, memperoleh dosa yg sama dan berdampak sempit pintu rejekinya. Para pendukungnya malah marah diingatkan seperti itu. Sebagian malah melabeli buzzer. Ya, saya adalah pendengung pesan yg benar menurut apa yg saya yakini, seperti mendengungkan perlawanan terhadap siapapun yg menyusahkan rakyat dgn mengatasnamakan rakyat. 

Rakyat wajar marah atas perilaku menyinggung, tetapi jgn manfaatkan kemarahan itu utk membenarkan pencurian. Mencuri itu mutlak salahnya, mencuri adalah mencuri, mau banyak atau sedikit. Sementara perilaku menyinggung itu relatif, tergantung persepsi audien terhadap perilaku tsb. Oleh krn nya, mencuri itu lebih buruk dari pada perilaku menyinggung. Apakah baik melawan keburukan dgn tindakan yg lebih buruk menurut orang baik? 

Sebagai warga negara tugas saya menjaga negeri. Semua rakyat pasti mendukung apapun yg baik dan disampaikan oleh demonstran secara damai, tdk merugikan rakyat. Rakyat yg akalnya sehat pasti akan melawan para penjahat yg membuat kerusakan, mengganggu kepentingan umum dan usaha rakyat, serta melakukan perbuatan melampui batas. 

#BiografiCahyana

Sabtu, 30 Agustus 2025

Penjahat Demokrasi

Kemarahan atas ketidakadilan itu baik, namun harus dgn cara dan tujuan yg baik. Tdk perlu seperti anak kecil tantrum yg marah di rumah sambil lemparin piring gelas, atau rusakin motornya sendiri saat ditilang polisi, jangan sambil rusak aset sendiri (rakyat). Perbaikan aset yg rusak memakan anggaran yg besar, lebih bermanfaat utk memperbaiki rumah rakyat miskin. Rakyat menanggungnya dgn pajak, membuat rakyat semakin susah.

Saat ini, kekuatan masa besar yg damai dan kekuatan medsos sudah cukup utk menimbulkan simpati dan mempengaruhi pembuat kebijakan. Selama pintu aspirasi dan koneksi internet tdk ditutup, tdk ada alasan anarkis. Pengrusakan atau kerusuhan dapat menurunkan simpati, membelokan tujuan ke arah kejahatan, seperti pencurian, pembunuhan, pemerkosaan, dll. Bangsa ini jgn jatuh pada kesalahan dua kali.

Miris sekali apa yg saya lihat di medsos. Ada banyak penjahat yg memprovokasi utk melakukan perusakan aset rakyat, melakukan kekerasan kpd orang lain, dan bahkan melebar ke aset sesama rakyat yg tdk ada hubungannya. Banyak konten hoax yg dibuat utk mengadu domba. Sebagai pembenci kejahatan, saya hanya bisa melaporkan komentar jahat seperti itu dgn harapan akunnya diblokir, sehingga rekayasa sosialnya tdk membuat orang-orang bodoh menjadi pion kejahatan mereka.

Sebagian rakyat sudah hilang adab di depan Gubernur yg mau menemui rakyat. Bahkan muncul teriakan pelecehan pada perempuan yg berada di sekitar Gubernur. Penjahat dlm demokrasi memang cuma numpang utk melampiaskan kejahatannya, maling teriak maling, batu ujian bagi siapapun yg memiliki tujuan mulia. Para penjahat ini merusak demokrasi dan citra demonstran yg berniat mulia.

Bila demonstrasi damai, tdk disusupi penjahat demokrasi, rasanya tdk akan ada pertarungan di jalanan di antara rakyat (aparat dan non aparat). Tidak akan ada lurah yg dipukuli dan mobilnya dirusak krn dituduh anggota dewan, sopirnya nabrak sana sini krn panik dgn para penjahat ini. Mulai dari gerobak dagangan hingga motor tertabrak akibat kepanikannya. Untunglah tdk ada korban jiwa akibat panik tersebut, seperti dlm kecelakaan yg melibatkan aparat dan ojol. Mobil mewah dirusak dan dijarah dgn dalil tuduhan yg sama.

Masyarakat harus cerdas dalam memahami tujuan demonstrasi dan tdk keliru dalam memberikan simpati. Masyarakat tdk boleh berada di lingkaran kejahatan dan tdk boleh mendukung kejahatan. Jangan membuat kebaikan menjadi keburukan bagi siapapun, kelompok manapun, terlebih bangsa dan negara.  

#persepsicahyana

Kamis, 28 Agustus 2025

Selamat Jalan Bunda Inge

Beliau ibu DR. Inggriani Liem atau lebih dikenal dengan nama ibu Inge, dosen senior Informatika ITB. Perjumpaan pertama saya adalah saat mengikuti kelas beliau, Rekayasa Perangkat Lunak di ITB. Namun ada momen yg membuat saya hingga saat ini membantu upaya beliau membangun kemampuan berpikir komputasional (CT) di Indonesia. 

Saat itu saya menjabat ketua program studi Informatika. Salah satu tugas yg diemban adalah memonitor tugas belajar dosen. Kebetulan pak Rickard Elsen, dosen Informatika, adalah bimbingan beliau. Saya menemui beliau di ruang dosennya. Saya memperoleh sambutan yg hangat dan promosi pengabdian. 

Beliau mengajak saya makan siang bersama. Dalam pertemuan itu beliau menceritakan tentang Bebras Indonesia dan menawari saya tanggung jawab sebagai ketua biro di Garut. Akhirnya kampus di Garut menjadi Sekolah Tinggi pertama yg ada dalam jaringan Bebras Indonesia. Beliau sangat selektif memilih kampus sebagai biro Bebras, sehingga tdk serta merta menerima jaringan Relawan TIK Kampus yg saya miliki. Bebras Indonesia merupakan bagian dari kegiatan Tantangan Bebras yg berlangsung di berbagai negara.

Dalam perjalanan berikutnya saya diajak menjadi pengurus Bebras Indonesia. Salah satu usaha membantu organisasi ini adalah menjadikannya sebagai bagian dari program Google for NGO. Hingga saat ini tugas pengelolaan email masih diemban. Tugas ketua biro diserahkan kepada ibu Dewi Tresnawati. 

Sebagai pengurus, saya berusaha untuk mempromosikan Bebras dan CT ke Kemenkominfo RI dan Kemenag RI. Alhamdulillah, Prof Ali Ramdhani menyambut baik dan menjalin kerjasama penerapan CT di lingkungan Madrasah. Saat menjabat sebagai ketua Saka Informatika Kwarcab Garut, saya memperoleh bantuan kegiatan dari Kemenkominfo RI dan mengundang bu Inge sebagai salah satu narasumbernya. 

Dalam kesempatan sebagai narasumber tersebut, bu Inge menunjukan perhatiannya pada hemat energi. "Kamu sudah saya anggap sebagai anak. Saya menasihati kamu agar menutup jendela bila AC dinyalakan", ujar beliau. Beliau juga memberikan pemahaman tentang "smart" yg saya usung sebagai tema kegiatan dlm sesi seminar tersebut. Namun yg lebih penting, saya berhasil mempertemukan Kemenkominfo RI dengan beliau di kampus, sehingga mendapatkan insight tentang pentingnya CT.

Interaksi dgn beliau terakhir kali di WA, 30 Juli 2021, terkait studi doktoral di ITB. Beliau mendo'akan saya cepat lulus dan mengulangi do'a tsb beberapa tahun kemudian di FB. Beliau menanyakan rencana topik penelitian. "Siapa tahu bisa kasih asupan paper2 kalau aku pas nemu", ujar beliau di WA. 

Beliau masih ingat video yg dikirimkan di WAG Bebras, mobil tim Bebras yg berjuang melewati jalan longsoran saat berkegiatan Bebras di Cisewu. "Memetakan kesiapan infrastruktur IT aja khususnya utk pendidikan. Akan keren tuh bikin dashboardnya 😊 Dihubungkan sama tingkatan literasi dan berpikir. Pengalamanmu nyopir honda imut2 ke daerah itu salah satu background storynya. Goalnya utk bangun small contextual smart societies.", tambah beliau. 

Beliau sosok religius. Nampak beliau berdoa sebelum makan dan memberikan nasihat-nasihat baik yg universal. Beliau pernah bercerita bahwa pandemi Covid 19 membuatnya lebih dekat dengan Tuhan. Beliau juga sosok yg sangat cair dan beradaptasi dgn lingkungannya. Term Islami seperti "Alhamdulillah" atau "Insya Allah" saya dengar dlm percakapan. Demikian halnya disampaikan oleh Prof Ali saat berinteraksi di Kemenag. Hal tsb menjelaskan beliau sosok plural yg sudah menjadi pelayan bagi umat manusia. 

Hari ini, 28 Agustus 2025, beliau wafat di Bandung. Pelayanan beliau kepada saya, bangsa, dan negara sangat baik. Semoga kebaikan dari pelayanan beliau dapat saya ikuti. Saya meyakini, Allah tdk mempertemukan dan mendekatkan kpd siapapun, melainkan utk menguatkan perjalanan hidup. Terima kasih bunda atas segala amal baktinya. 

#biograficahyana

Senin, 18 Agustus 2025

Nasihat Hati Beruban

Sore ini saya mengantar istri ke pondok. Kendaraan saya terhenti tepat di gerbang masuk, tertahan oleh kendaraan yg berhenti di depan pos penjagaan. Nampak pengemudinya turun utk menyapa seorang bapak yg duduk di pos satpam. Saya sangat mengenal beliau. Saya tdk bisa turun krn posisi setengah kendaraan berada di jalan besar. 

Di dalam pondok, kendaraan beliau berhenti. Nampak beberapa santri turun dan mencium tangannya. Saya menghentikan kendaraan agak jauh supaya beliau tdk terganggu dan cukup waktu berinteraksi dgn para santri. Arah kendaraan beliau sama, ke area pondok yg saya tuju. 

Setelah kendaraan diparkirkan di depan gedung pondok, saya bergegas menemui beliau yg merupakan dosen agama dan ustadz akhlak saya semasa kuliah sarjana dan mondok dulu. Lama sekali tdk berjumpa, sampai beliau memastikan beberapa kali kalau saya adalah muridnya. 

Beliau bertanya, kemana saja? Saya jawab, sedang kuliah. Selama kuliah, aktivitas saya lebih banyak di rumah dan di kampus Bandung. Beliau mendo'akan agar kuliah selesai, dan mengatakan orang seperti saya diperlukan. Semoga do'a dan pernyataan beliau dikaruniakan Allah kpd saya yg bukan siapa-siapa. 

"Saya sudah beruban tadz", guyon saya pada beliau. 

Kapasitas beliau sebagai guru akhlak tercermin dari jawabannya, "Tidak apa-apa rambut beruban, yang penting hati tidak beruban". 

Tentunya saya perlu berhati-hati dalam memahaminya, tdk mengintepretasikannya secara keliru atau tdk masuk akal. Misalnya, bila uban adalah kebaikan bagi muslim, tentu saja maksud beliau bukan hati tdk boleh berhias kebaikan. 

Hati beruban adalah kiasan ttg kondisi psikologis yg dipenuhi tekanan. Beliau mengingatkan agar saya membawa hati agar jauh dari kondisi tsb. Nasihat beliau menguatkan do'a yg selalu dilajimkan setiap salat wajib:

اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

Ya Allah, tolonglah aku agar selalu berdzikir/mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu.

Karena saya tahu, hanya dgn mengingat Allah hati menjadi tenang (Q.S. Ar-Rad ayat 28). Namun dzikr itu tdk akan menenangkan bila Allah tdk mengaruniakan ketenangan. Oleh krn nya, do'a tersebut disempurnakan dgn

اللهم نور قلوبنا بنور هدايتك كما نورت الارض بنور شمسك ابدا ابدا برحمتك يا ارحم الراحمين

Ya Allah terangilah hati-hati kami dengan cahaya hidayah Mu seperti telah Kau terangkan bumi dengan cahaya matahari selama-lamanya, dengan rahmatMu Ya Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً ۚاِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.

Demikian hikmah perjumpaan dgn beliau pada hari ini. Nama beliau sama dgn saya, "Suryo-No". Sementara saya "Cahya-Na" yg bagi seorang hamba dapat dimaknai harapan utk senantiasa beroleh "cahaya hidayah Nya". Dlm perspektif lain, segala "cahaya" sirna dlm cahaya Nya. Tdk ada aku yg mengaku-aku, hanya Dia yg Ada. Itulah sebab saya bukan siapa-siapa. 

#biograficahyana

Refleksi Kemerdekaan 80

Di masa penjajahan, pahlawan pejuang pendidikan seperti ibu Kartini, berjuang memerangi buta aksara dgn sekolah gratis agar bangsanya memperoleh penghidupan yg lebih baik. Sekolah gratisnya diharapkan dapat membuat anak para buruh kasar menjadi juru tulis, sehingga memperoleh penghasilan dan status sosial yg lebih baik. Perubahan sekecil itu dapat memperbaiki gizi keluarganya menjadi lebih baik. 

Di masa kemerdekaan, fasilitas pendidikan sudah lengkap, mulai dari level PAUD hingga DIKTI. Pemerintah hanya perlu memastikan warga memperoleh kesempatan yg sama utk mencapai level pendidikan yg diperlukan utk bekerja dan berpenghasilan yg cukup utk gizi baik. Fokus terpentingnya adalah menjamin sekolah gratis pada level tsb. 

Namun, sekolah gratis dgn pendidik yg tdk fokus pada pekerjaannya tdk akan menghasilkan lulusan yg berkualitas. Pemerintah perlu menjamin kesejahteraan pendidik, sehingga mereka tdk perlu khawatir lagi dgn makan, kesehatan, dan pendidikan keluarganya. Pemerintah wajib memberikan anggaran yg cukup utk mewujudkan pendidikan gratis dan kesejahteraan pendidik. Usaha besar tsb merupakan perjuangan paska kemerdekaan, guna mewujudkan peradaban Indonesia yg Maju dan Sejahtera. 

#persepsicahyana 

Jumat, 15 Agustus 2025

Menggugurkan Keraguan

Dlm soal keyakinan akan ihwal keaslian ijazah, ilmul yaqien dicapai bila keasliannya dinyatakan oleh otoritas yg mengeluarkannya. Masyarakat yg mendengar pernyataan tsb sudah mencapai level keyakinan ini. Keyakinan atas keasliannya di level ini sdh bisa dianggap valid, keraguan telah digugurkan.

Ainul yaqien dicapai bila sudah melihat fisik ijazah dgn tanpa menyentuh secara fisik. Haqul yaqien dicapai bila sudah berinteraksi secara fisik dgn ijazahnya. Dua tangga ini menguatkan validitasnya. Tangga-tangga keyakinan tsb bisa dicapai dgn tabayun. 

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." (QS. Al Hujurat ayat 6)

Di luar itu, apalagi berdasarkan asumsi cocokologi, bukanlah keyakinan. Bahkan tdk bisa disebut keyakinan 0,01%, hanya bisa disebut 100% prasangka.

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang." (QS. Al Hujurat ayat 12)

#persepsicahyana

Rabu, 13 Agustus 2025

AI dan Manusia

AI dapat menafsirkan gambar berdasarkan "penglihatan", namun tdk ada perasaan yg mempengaruhi jawabannya. Emosi adalah salah satu elemen penting yg membedakan jawaban manusia dgn mesin. 

Kenapa mesin tidak punya emosi? Salah satu sebabnya adalah karena mesin belum memiliki syahwat, modal dasar utk bertahan hidup. Mesin belum memiliki kesadaran arti penting hidup dan dominasi terhadap apapun yg mengancam eksistensi. Mesin tdk melakukan perlawanan saat manusia hendak mematikannya.

Manusia dapat memperkaya jawabannya berdasarkan kecenderungannya pd suka atau tdk suka dlm kadar atau keseimbangan tertentu sesuai pembiasaannya, sebagai modal dasar kebijaksanaan. 

Di sisi lain, terlihat bahwa AI memiliki keterbatasan utk melakukan ricek di dunia nyata, sehingga tdk bisa memilih kemungkinan mana yg lebih sesuai dgn dunia nyata. Hal tsb menjelaskan AI bergantung pd manusia dlm input, manusia memutuskan, AI memberi masukan utk pembuatan keputusan tsb dan menguatkan keputusan yg dibuat, sekalipun belum tentu penting dan bermanfaat. 

#persepsicahyana

Minggu, 10 Agustus 2025

Toilet Sekolah


Siswa adalah manusia yg berhak memperoleh layanan prima sebagaimana orang dewasa. Termasuk layanan MCK yg layak atau nyaman. Teringat dulu di SD dan SMA, kondisi toilet murid sangat tdk nyaman. Mulai dari kotoran yg teronggok, hingga kondisi toilet yg sempit dan bau. Di SMA beberapa siswa nekad menggunakan toilet guru yg lebih layak. Baru kemarin lalu saya terpaksa menggunakan toilet sekolah yg rusak kuncinya krn kebelet pipis. 

Sewaktu SD dan SMP, saya lebih memilih pulang ke rumah bila ingin buang hajat. Kebetulan rumahnya dekat. Di SMA, saya memilih utk menggunakan toilet masjid di luar sekolah yg terbuka tetapi bersih. Syukurlah guru piket tdk pernah melarang, mungkin krn menganggap saya tdk akan bolos sekolah atau krn saya aktif di organisasi. 

Gubernur KDM berencana menyediakan satu toilet utk satu kelas. Saya berharap agar toilet tdk bersatu dgn kelas krn tdk akan nyaman buat siswa yg ingin BAB. Sediakan toilet dekat dgn kelas dan jumlahnya memadai. Yg terpenting, toiletnya wajib bersih dan harum, kuncinya berfungsi dgn baik, gayung nya tersedia, ada sabun cuci tangan. Guru dan murid merasa nyaman menggunakan toilet yg sama. Sudah saat nya tdk membedakan toilet pendidik dan peserta didiknya. 

#biograficahyana

Kamis, 07 Agustus 2025

Petunjuk Seorang Pendidik

PETUNJUK SEORANG PENDIDIK

Di masa lalu, saya pernah memberi saran kpd mhs agar mereka dapat menjalani proses kuliah dgn penuh kesadaran dan jgn sampai terpaksa. Sebagaimana saya dulu dipilihkan kuliah di informatika oleh orang tua, bukan pilihan sendiri, dan secara perlahan mencoba utk menerimanya dgn berusaha memahami pertimbangan orang tua yg baik utk masa depan. 

Setelah itu, ada orang tua mhs yg datang menghampiri dan menyalahkan krn anaknya tdk mau kuliah gara-gara saya. Mungkin anaknya dipaksa kuliah dan menggunakan pernyataan saya sebagai dalil utk melawan ortunya. Padahal maksud saya, kuliah dgn kesadaran sendiri itu penting, dan biarpun dipaksa, tetapi perlahan rasa terpaksa itu harus sirna krn sadar pilihan ortu adalah yg terbaik. 

Sayangnya, ortu mhs memilih utk melihat saya tdk sebagai seorang pendidik dan mencoba mendegradasi dgn jabatan suaminya. Padahal bagi mereka yg faham, tdk ada kedudukan yg berarti kecuali abdi yg bertaqwa. Saya tdk melawan dan cukup tersenyum saja krn yg dilakukan oleh beliau pertama kali adalah bukan meminta penjelasan tetapi menyalahkan. 

Setiap orang memang punya rejekinya masing-masing dlm beroleh pemahaman, bisa sesuai harapan kita, bisa juga melenceng jauh. Namun yg harus difahami, seorang pendidik yg benar-benar pendidik tdk mungkin menunjuk ke arah yg salah. Bila ada yg langsung menganggap buruk petunjuk tsb, maka ia tdk melihat seorang pendidik sebagai pendidik, sehingga seorang pendidik dapat memilih utk diam krn anggapan tsb bukan utk dirinya. 

Sangat penting bagi siapapun, terutama murid utk menghormati guru dgn tdk bersangka buruk padanya, mencoba memahami perkataannya dgn benar atau menafsirkannya ke arah yg benar. Walau demikian, memposisikan tafsiran murid sebagai kebenaran di atas pemahaman guru yg pernyataannya ditafsirkan adalah kekeliruan, sehingga tafsiran murid tetap harus divalidasi oleh gurunya atau setidaknya oleh orang terdekatnya.

#biograficahyana

Selasa, 01 Juli 2025

Mencuri

Tiga alasan mencuri: terpaksa, salah jalan, dan terbiasa. Orang yg terpaksa, tahu mencuri itu salah, namun dilakukan demi kelangsungan hidupnya, sehingga ia perlu disantuni. Orang yg salah jalan, tdk tahu cara lain utk memenuhi kebutuhannya selain mencuri, sehingga ia perlu diberi tahu cara lain, diyakinkan sampai sadar dgn sendirinya, dan diberi kemampuan utk melakukan cara tsb. Orang yg terbiasa, menganggap pencurian sebagai cara terbaik atau kesenangan, ia dapat mencuri tanpa adanya kebutuhan, sehingga sulit menyembuhkannya tanpa hukuman atau pendampingan bertahun-tahun. 

Alasan itu dapat berkembang dari terpaksa hingga akhirnya terbiasa. Oleh krnnya, perkembangan buruk itu harus dihentikan dgn santunan atau pengajaran, tergantung alasannya. Pengajaran yg diperlukan: mengajarkan berbagai cara yg benar utk memenuhi kebutuhan, dan tdk menunjukan kebiasaan mencuri atau tdk membela kesalahan yg menimbulkan kesan mencuri itu tdk apa-apa. Bila pengajaran ini tdk dihadirkan sampai akhirnya berubah menjadi terbiasa, kepercayaan dan rejeki yg halal akan menjauh, menimbulkan kerusakan pada keluarga dan lingkungan. 

#persepsicahyana

Senin, 30 Juni 2025

Jejak Pengabdian Rinda Cahyana

Menutup tahun akademi 2024/2025, evaluasi diri dengan Gemini, Jejak Pengabdian Rinda Cahyanasebuah buku yang mendokumentasikan perjalanan dan kontribusi Rinda Cahyana sebagai seorang dosen PNS di Institut Teknologi Garut dan aktivis Relawan TIK.

Buku ini merupakan hasil riset Gemini yang menceritakan Rinda Cahyana sebagai pendidik, peneliti, dan pengabdi yang mengintegrasikan keahlian akademis dengan peran aktif sebagai Relawan TIK, bertujuan untuk mencerdaskan bangsa dan memberdayakan komunitas melalui TIK.

Kiprah sebagai Pendidik dan Peneliti: Menjelaskan profil akademik Rinda Cahyana, termasuk jabatannya sebagai dosen di Institut Teknologi Garut, latar belakang pendidikan Magister Informatika, dan statusnya sebagai mahasiswa doktoral di ITB. Dokumen ini juga merinci fokus penelitiannya yang relevan dengan tantangan digital kontemporer, seperti deteksi ujaran kebencian otomatis, literasi digital, smart village, pemanfaatan TIK untuk UMKM, dan teknologi pariwisata. Disebutkan pula 85 publikasinya yang mencerminkan kontribusi pada ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Kiprah Pengabdian sebagai Relawan TIK: Menguraikan perjalanan Rinda Cahyana dari pendiri Komunitas TIK Garut (yang meraih penghargaan sebagai "Komunitas TIK terbaik se-Jawa Barat"), hingga menjadi Ketua Komunitas TIK Jawa Barat, dan kemudian memimpin Bidang Pengembangan SDM dan Penelitian di kepengurusan nasional Relawan TIK periode 2024-2028. Bagian ini juga memperkenalkan filosofi "Isme Relawan" dan "Filosofi Radio" yang dianutnya, serta program dan inisiatif utama Relawan TIK di bawah kepemimpinannya, seperti GNLD, respons COVID-19, akses digital, pengembangan digital pedesaan, pemberdayaan pemuda, penanggulangan bahaya digital, dan adopsi teknologi keuangan.

Kolaborasi, Penghargaan, dan Pengaruh: Menyoroti jaringan kolaborasi Rinda Cahyana dengan pemerintah (lokal dan internasional), institusi akademik, serta komunitas dan industri. Dokumen ini juga menyebutkan penghargaan yang diterima Komunitas TIK Garut dan pengakuan selama Festival Literasi Digital Jawa Barat 2021 sebagai bukti dampak kepemimpinannya. Pengaruhnya dalam ekosistem TIK dan literasi digital nasional juga dijelaskan, terutama dalam menjembatani kesenjangan antara pengetahuan teoretis dan kebutuhan komunitas.

Visi Masa Depan dan Warisan Pengabdian: Mengemukakan visi Rinda Cahyana untuk masa depan TIK dan pengabdian masyarakat yang berfokus pada literasi dan keamanan digital, pertumbuhan strategis kerelawanan, serta integrasi mendalam antara penelitian dan praktik. Warisannya digambarkan sebagai model teladan "akademisi-aktivis" yang telah menanamkan kerelawanan dan keterlibatan komunitas dalam struktur akademik, serta berperan penting dalam memajukan literasi digital dan pengembangan TIK berbasis komunitas di Indonesia.

Secara keseluruhan, dokumen ini menggambarkan Rinda Cahyana sebagai figur sentral yang telah memberikan kontribusi signifikan dalam transformasi digital Indonesia melalui perpaduan keahlian akademis, penelitian terapan, dan pengabdian masyarakat yang berdedikasi.

Kamis, 26 Juni 2025

Berdamai Karena Nya

Merasa marah atas sikap seseorang yg buruk adalah hal manusiawi. Tuhan memahami kondisi ciptaan Nya, sehingga memberi kesempatan hingga tiga hari bagi hamba Nya utk bergulat dgn perasaan tersebut.

"Tidak halal bagi seorang muslim menjauhi saudaranya lebih dari tiga hari. Barangsiapa menjauhinya lebih dari tiga hari hingga meninggal dunia, maka ia akan masuk neraka." (HR Abu Dawud)

Tidak terbayang betapa meruginya mereka yg berseteru bila harus masuk neraka sebagai akibat dosa yg menggunung dan tdk Allah ampuni. Mereka saling memutuskan hubungan silaturahmi, maka Allah memutuskan hubungan dgn mereka dan tdk lagi berkenan menghapus dosa mereka. 

"Pada setiap hari senin dan Kamis seluruh amal perbuatan diperlihatkan dan diperhitungkan. Maka, Allah mengampuni bagi setiap orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, kecuali seorang yang saat itu sedang ada perseteruan antara ia dengan saudaranya. Kemudian Allah berfirman, 'Tinggalkan kedua orang ini sampai keduanya saling berbaikan.'" (HR Muslim)

Bagaimana Allah tdk demikian. Hamba Nya lebih memilih taat kpd perasaannya dari pada kepada Allah, sementara Allah tdk suka diduakan dlm ketaatan. Saking tdk sukanya, Allah mengecualikan hamba tsb dalam ampunan sebagaimana orang yg menyekutukan Nya. 

Pilihan berdamai atau bermusuhan ada di dalam diri setiap orang. Pilihan itu tdk ada pada orang lain, sehingga tdk perlu menuntutnya. Siapapun yg ingin memperbaiki hubungannya dgn Allah, ia harus bersegera mentaati Nya dgn meredakan marah dan memafkan saudaranya. Setelah ketaatan itu, saudaranya akan berbalik menjadi baik. Sejatinya Allah sedang mengganjar upaya perbaikan itu dgn kebaikan tersebut.

Imam Ali k.w. berkata: “Barang siapa telah memperbaiki hubungannya dengan Allah, maka Allah akan memperbaiki hubungannya dengan orang lain, dan barang siapa telah memperbaiki urusan akhiratnya, maka Allah akan memperbaiki urusan dunianya.”

#persepsicahyana

Memahamkan Anak

Malam itu di selasar toko, si kecil merengek ingin membeli sesuatu. Hampir saja dia menangis. Kemudian saya memeluk dan membisikan ke telinganya berkali-kali, alasan kenapa ia tidak bisa membeli apa yg diinginkannya saat ini. Ia pun berhenti merengek dan mulai membicarakan objek lain dengan wajah ceria. 

Hal tersebut menunjukan si kecil menerima alasan dan percaya kepada ayahnya. Dari respon tersebut saya memahami bahwa menghentikan keinginan anak cukup dengan memahamkan dan membangun kepercayaan dalam suasana hangat, tidak perlu memberinya ancaman hilang kasih sayang.

#biograficahyana

Minggu, 22 Juni 2025

Tetap Tenang dengan Penuh Adab

Allah SWT berfirman, "Jika hamba-Ku berniat mengerjakan kebaikan, maka Aku menuliskan baginya satu kebaikan selagi ia tidak mengerjakannya. Jika ia sudah mengerjakannya, Aku menuliskan baginya sepuluh kali kebaikannya itu ..." (HR. Muslim)

Terkadang perolehan kebaikan yg berlipat dari mengerjakan niat baik terhalang oleh kelemahan diri dan hambatan lingkungan, dan diri ini tdk puas dgn perolehan satu kebaikan dari niat baik. Hal tsb menimbulkan kegelisahan. Seandainya mampu beradab, tentunya kegelisahan itu terhapus oleh rasa syukur.

Keyakinan bahwa nikmat kebaikan, derajat, atau pahala yg banyak lebih baik dari pada sedikit datangnya dari ilmu. Mensyukuri nikmat yg sedikit dgn rasa rendah hati/tawadhu datangnya dari adab. Ilmu tanpa adab tiadalah artinya, tdk akan membuat jiwa merasa tentram.

Bila diberi nikmat berniat baik oleh Allah, lalu hati gelisah krn selalu terhalang utk mewujudkannya, hal tsb timbul krn ketidakadaban. Seharusnya dapat bersyukur, ada banyak hamba Nya yg tdk diberi niat baik. Seharusnya bersikap tawadhu, boleh jadi pemberian itu bukan krn layak diberi tapi krn layak dikasihani. 

Diberi nikmat niat baik saja sudah luar biasa. Tinggal memohon kpd Allah agar diberikan kelayakan utk menerima pahala berlipat, hasil dari mengerjakan niat baik, tdk perlu gelisah. Bila Allah sudah membuat diri layak, niat baik akan dapat terwujud. 

Tdk perlu gelisah dgn karunia amal yg sedikit, tetaplah beradab kpd Allah, krn derajat orang yg beramal banyak dapat dicapai dgn akhlak yg baik. Sesungguhnya seorang mukmin bisa meraih derajat orang yang rajin berpuasa dan shalat dengan sebab akhlaknya yang luhur (HR. Ahmad). Berbuat baik sedikit dgn tetap bersikap sopan pada Nya jauh lebih baik dari pada berbuat banyak tetapi tdk sopan kepada Nya. 

#ratisejiwa #persepsicahyana

Jumat, 13 Juni 2025

Cara Cinta


Orang tua biologis/kandung atau ideologis/guru, menasihati atau mengarahkan anaknya dgn beragam cara, mulai dari cara yg lembut hingga keras, dgn perkataan atau tindakan fisik. Cara itu diingat oleh anak dan diikuti krn orang tua adalah figur.  Oleh krn nya dikatakan, anak adalah cerminan orang tuanya. 

Saat ada seseorang yg berbuat salah atau dlm posisi bahaya,  ia akan menasihati atau mengarahkan dgn cara orang tuanya. Utk kesalahan yg tdk seberapa, mungkin ia akan menggunakan cara yg lembut sebagaimana contoh orang tuanya. Utk kesalahan yg berbahaya, mungkin ia akan menggunakan cara yg lebih keras sebagaimana contoh orang tuanya. 

Boleh jadi bagi mereka yg orang tuanya berbeda,  cara tsb dipandang berlebihan atau bahkan dipandang terlalu lembek. Tetapi dlm lingkungan keluarga yg menganut cara tsb, tdk ada yg terbukti ampuh bagi anggota keluarga melainkan cara tersebut. 

Bagi anak yg merupakan anggota keluarga, menganggap cara tsb bukan ekspresi cinta, sama dgn menuduh orang tua melakukan cara itu bukan atas dasar cinta. Padahal tdk ada orang tua yg mencubit, memarahi, atau bahkan memukul krn kesalahan anaknya, melainkan dasarnya adalah cinta. Hadirnya emosi yg membuat caranya menjadi keras adalah manusiawi, selama terkendali. Seseorang akan membiarkan orang lain berbuat salah, tdk menasihatinya, bila sudah tdk punya cinta atau perhatian. 

Bagi anak yg bukan merupakan anggota keluarga, menyalahkan cara tsb sama dgn membanding-bandingkan orang tua atau keluarga. Pembandingan yg tdk perlu krn setiap orang tua atau keluarga punya kekurangan dan kelebihan. Pembandingan yg tdk perlu krn kondisi keluarga pasti berbeda, sehingga tdk bisa menggunakan cara yg sama. Mungkin di satu keluarga cukup dgn nasihat lembut, tetapi tdk di keluarga lain yg terbiasa dgn nasihat keras. 

Titik temu di antara cara yg beragam adalah cinta. Apapun cara yg dipilih oleh seorang anggota keluarga utk anggota keluarga lainnya, dasarnya adalah cinta yg diajarkan oleh orang tua. Orang tua mendapatkan pengajaran cinta itu dari orang tuanya, demikian seterusnya sampai leluhurnya. Anak-anaknya mengajarkan cara berdasar cinta itu kpd anak-anaknya lagi, demikian seterusnya sampai keturunannya ke bawah. 

Perubahan cara sangat mungkin terjadi saat dua keluarga disatukan oleh pernikahan, di mana suami dan istri saling berbagi cara dan menyempurnakan. Perubahan juga sangat mungkin terjadi bila ada revisi dari orang tua lainnya (guru). Tetapi bukan berarti cara lama yg ditinggalkan layak dijelekkan secara mutlak. Bagaimana pun, cara lama itu telah digunakan utk kebaikan. 

Melihat cara yg dipraktekan orang tua sebagai cinta adalah tantangan tersendiri bagi anak. Terkadang rasa sakit karena tercegah dari keinginan menjadi hijaban utk melihat cinta tsb. Terlebih melihat cinta dlm cara orang tua yg dipraktekan oleh orang lain. Tantangannya menjadi lebih besar krn bukan orang tua yg melakukannya, sekalipun orang tsb sedang mempraktikan amal cinta orang tuanya. 

Beruntung bagi anak yg berhasil melihat cinta. Cara orang tuanya yg atas dasar cinta, saat dipraktekan oleh saudaranya atau orang lain, ia tetap memahaminya sebagai cinta krn kesamaan cara. Ia bisa membedakan cara penjahat yg tdk atas dasar cinta dgn orang tua atau saudara yg atas dasar cinta. 

Beruntung bila rasa cinta itu terjaga dan keyakinan atas cinta sebagai dasar tindakan tdk sirna. Karena dgn rasa dan keyakinan itu, rasa bahagia akan muncul saat cara itu menghampirinya. Ia akan sangat berterima kasih bila masih diperhatikan dgn cara yg diwariskan dari orang tua atau leluhur yg dicintainya. 

#persepsicahyana

Sabtu, 24 Mei 2025

Kondisi Penuntut Ilmu

Umar bin Khatab berkata, "Menuntut ilmu ada tiga tahapan. Jika seorang memasuki tahapan pertama, ia akan sombong. Jika ia memasuki tahapan kedua, ia akan tawadhu. Dan jika ia memasuki tahapan ketiga, ia akan merasa dirinya tidak ada apa-apanya".

Tahap pertama seperti orang yg melihat banyak rumah dari atas bukit. Dia merasa lebih banyak tahu karena awal kondisinya adalah tdk tahu. Dia tdk keberatan dimuliakan orang lain atas pengetahuannya itu.

Tahap kedua seperti orang yg turun dari bukit dan mendatangi beberapa rumah. Ternyata setiap rumah memiliki bentuk, fungsi, dan isi yg berbeda. Ia menjadi tawadhu saat menyadari ketidaktahuannya tentang semua rumah yg dilihatnya saat berada di atas bukit.

Orang yg sudah berada di tahapan kedua akan kembali ke tahapan pertama bila merasa mulia dengan tawadhunya. Sebagaimana dikatakan oleh Ibn Athaillah, "Siapa yang merasa dirinya tawadhu, berarti ia sombong, karena tawadhu tidak muncul dari orang yang merasa mulia."

Tahap ketiga seperti orang yg mengamati isi rumah. Ternyata satu objek saja memiliki karakteristik tertentu. Ia mulai merasa belum tahu apa-apa karena menyadari ada banyak rumah yg belum diketahui bentuk, fungsi, dan isinya. 

#persepsicahyana

Jumat, 16 Mei 2025

Perasaan Ahli Kubur

Selepas mengantar istri bersama anak bungsu menyiramkan air ke makam mertua, malamnya saya mimpi bertemu mertua. Beliau dgn wajah gembira memberi uang lima ribu pada anak bungsu dan meminta kami utk datang kembali. 

Semoga saja mimpi tsb merupakan isyarat beliau merasa senang dgn kunjungan kami ke kuburnya dan meridhai doa yg kami kirimkan bersama guru dan keluarganya, serta warga. Ibnu Hajar al-Haitami dlm Irsyadul 'Ibad mengatakan bahwa sesenang-senangnya ahli kubur adalah ketika diziarahi oleh orang yang dicintainya semasa di dunia.

Seandainya setiap anak dari orang tua yg telah tiada masing-masing membawa air do'a dan berkunjung ke makam, hal tsb akan membuat orang tuanya bahagia. Namun apabila kemudian datang kabar keburukan anaknya, baik perselisihan atau lain sebagainya, hal itu akan membuatnya bersedih. Sebagaimana hadits Nabi SAW, 

"Sesungguhnya amal-amal kamu sekalian diperlihatkan kepada keluarga dan kerabat-kerabatmu yang telah meninggal dunia. Jika amalmu baik, mereka senang. Dan jika tidak baik, maka mereka berkata, 'Ya Allah, jangan matikan mereka sebelum Engkau tunjuki mereka kepada apa-apa yang Engkau tunjuki kami." (HR. At-Tirmidzi)

Sesekali saya berhadapan dgn kesalahfahaman dlm keluarga yg diakibatkan noise semantik, masalah pemaknaan kalimat. Saya selalu dapat menyelesaikannya hanya dgn pelurusan makna kalimat. Usaha tsb tdk sulit krn semua kalimat yg keluar dari lisan saya timbul dari rasa sayang, tdk didasari niat atau pikiran buruk. 

Kami tdk menanggapi kesalahfahaman secara emosional. Dialognya sebagaimana mahasiswa dan dosen penguji dlm seminar penelitian yg mengedepankan argumentasi dan tujuan pengetahuan, menjauhi serangan pada pribadi (ad hominem). Kakak mendengarkan penjelasan dgn baik krn memiliki rasa sayang kpd adiknya. 

Saya memahami kesalahfahaman sangat mungkin terjadi, sehingga cenderung utk tersenyum dari pada bersikap emosional. Masa kanak-kanak yg emosional sudah berlalu. Kini saya adalah sosok dewasa yg lebih menikmati kedamaian dari pada perselisihan. Hal tsb dapat membuat orang tua jauh dari perselisihan anak-anaknya. Orang tua pasti bahagia bila anak-anaknya rukun dan saling mengasihi. Membahagiakan orang tua dgn amal baik merupakan keharusan.

#biograficahyana

Minggu, 04 Mei 2025

Menyikapi Penilaian Orang Lain

Ibn Athaillah dlm Bahjat an-Nufus berkata: Dari pada berkata "cermin ini sudah berkarat", lebih baik berkata, "Mata ku berpenyakit sebab tak bisa membedakan mana yg buruk dan mana yg baik". 

Cermin yg dimaksud adalah orang lain, sebagaimana sabda Nabi SAW, "Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin yang lainnya ...” (HR. Abu Dawud).

Orang lain bisa menilai kita menurut pandangannya. Cermin yg baik mengatakan diri kita apa adanya, sebagaimana dikatakan, “Teman baik itu orang yang jujur padamu dan bukan yang selalu membenarkanmu.”

Oleh krn nya, mereka yg penilaiannya jujur, walau tdk membenarkan kita adalah teman yg baik, bukan musuh yg harus dijauhi. Sebaliknya, mereka yg selalu membenarkan kita, padahal kita salah, mereka adalah teman yg menjerumuskan dan harus diwaspadai. 

Ibn Athaillah memberi pengajaran bahwa dari pada menganggap orang lain buruk krn tdk membenarkan kita, lebih baik menganggap diri sendiri buruk karena tdk bisa mengambil manfaat dari penilaian tersebut yg sebenarnya bisa membuat kita jauh lebih baik. 

#persepsicahyana

Senin, 28 April 2025

Belajar dengan Bersahaja dan Rendah Hati

Waktu kuliah paska, saya ke kampus naik motor sekitar 2 jam perjalanan. Kondisinya terpaksa demikian krn ingin menimba ilmu dlm kondisi keuangan yg terbatas. Gaji dosen PNS tdk cukup utk keperluan mukim di Bandung. Teringat waktu mengejar kelas pagi, saya berangkat sebelum subuh, mandi di toilet kampus atau di Gasibu. Sekalinya bangun kesiangan krn bergadang mengerjakan tugas, saya pasti akan terjebak macet panjang di Cibiru, dan akhirnya tdk bisa masuk kelas. 

Guru saya, Dr Husni Sastramihardja dalam candaannya di kelas menyebut saya sudah khatam jalan Garut - Bandung. Beliau benar, saya mengetahui waktu berangkat dari rumah dan pulang dari kampus yg nyaman dan tdk nyaman, tahu alternatif jalan yg nyaman. Nyaman dlm arti bebas macet. Saya memilih waktu atau jalan yg nyaman utk mengelola stress. 

Beliau menceritakan pengalaman pergi belajar dgn berjalan kaki, utk menunjukan bahwa perjuangan utk bisa belajar itu baik. Beliau meminta saya utk menularkan semangat belajar seperti itu kpd mahasiswa. Amanat tsb selalu saya ingat dan dijalankan di sesi motivasi dlm kegiatan pembelajaran, 

Saat ini Gubernur Jabar ingin agar siswa pergi ke sekolah dgn berjalan kaki. Teringat dulu waktu SD dan SMP, saya berjalan kaki sekitar 9 menit ke sekolah yg berjarak sekitar 700 meter dari rumah. Istri saya lebih jauh lagi, hampir dua kilo dgn waktu perjalanan sekitar 20 menitan. 

Anak saya yg paling besar juga sama, suka berjalan kaki sejak SMP dgn jarak dan waktu yg hampir sama dgn ibunya. Sebagai orang tua, sekalipun punya pengalaman yg sama, tapi kami tdk tega anak berjalan kaki sejauh itu. Itulah sebabnya kami berupaya memasukan anak ke SMA terdekat. Namun sayang, sekolah yg jaraknya kurang dari 1 km dan masih satu desa tdk bisa diakses krn aturan Zonasi. Jarak tersebut dianggap oleh sekolah terlalu jauh. Akhirnya dia masuk ke SMA yg jaraknya lebih jauh dgn jarak tempuh yg hampir sama dgn sekolah sebelumnya.

Kami selalu menyarankannya utk tdk berjalan kaki dan menggunakan sepeda. Sekalipun usia nya sdh cukup utk memiliki SIM, saya lebih senang dia naik angkutan umum atau naik sepeda. Namun hati ibunya lebih lembut, sehingga anak sesekali diizinkan naik motor ke sekolah. Saat gubernur berencana melarang siswa naik motor ke sekolah, saya sedikit gembira. Bagi saya, berjuang utk belajar itu penting, sesuai juga dgn pesan Dr Husni.

Berjalan kaki atau naik sepeda selain baik utk kesehatan, juga menjadi latihan jiwa agar hidup bersahaja dan rendah hati. Teringat teman SMA saya, seorang anak Bupati. Dia ke sekolah naik angkutan kota. Selain mendekatkan diri dgn warga, itu adalah cara terbaik utk hidup bersahaja dan berendah hati. 

#biograficahyana