Makna kemenangan: jika mampu bebaskan diri dari segala bentuk tirani kekufuran & kebodohan dari dalam diri sendiri.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, istilah tirani bermakna kekuasaan yang digunakan sewenang-wenang. Malaikat mengetahui potensi manusia utk berlaku sebagai seorang tiran sebagaimana terekam dalam percakapan mereka dengan Allah SWT.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. al-Baqarah: 30)
Dari awal manusia memang lemah, dapat melanggar larangan yg Allah tetapkan. Namun manusia menzalimi dirinya sendiri dgn bersikap bodoh mengambil amanat perintah dan larangan yg mengandung konsekuensi pahala dan siksa. Walau demikian, manusia memiliki kesempatan utk selamat dari kelemahannya tsb, berupa pintu taubat yg luas, sebagaimana firman Nya:
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, Sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. al-Ahzab: 72-73)
Dan Allah menerima taubat karena mengetahui manusia melakukan pelanggarannya karena kebodohan.
"Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kebodohan” (QS. an-Nisa: 17)
Tuhan memberikan amanah perintah dan larangan, namun manusia berlaku sewenang-wenang dgn mengabaikan amanah yg diambilnya, sehingga berbuat maksiat. Disebutkan dalam tafsir ath-Thabari, Mujahid berkata bahwa manusia dalam kondisi bodoh sampai dia meninggalkan maksiatnya. Selama manusia tdk bisa lepas dari maksiatnya, maka ia terjajah oleh tirani kebodohannya. Hal tersebut menjadi kekufuran, sebab karunia Allah kpd dirinya digunakan utk keperluan maksiat. Padahal segala karunia itu Allah peruntukan agar manusia dapat beribadah kepada Nya. Allah telah menyatakan maksud penciptaan manusia dgn firman Nya, "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku," (Az-Zariyat: 56)
Selama ia terus berlaku bodoh dgn menyalahgunakan pemberian Allah utk bermaksiat, mengabaikan amanah taqwa, maka ia akan berhadapan dgn ancaman Allah. Sebaliknya, bila ia membebaskan dirinya dari tirani kekufuran dan kebodohan dgn bertaubat, maka ia akan mendapatkan kesempatan yg lebih baik.
Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih'. (QS. Ibrahim: 7).
Bertaubat adalah jalan pembebasan dari tirani kekufuran dan kebodohan diri. Menggunakan pemberian Allah dgn memperhatikan peringah dan larangan Nya utk memenuhi kebutuhan beribadah kepada Nya adalah kesyukuran.
#PersepsiCahyana
0 comments :
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya