Garut, 24 Ramadhan 1444 H. Saya membaca kiriman mas Yudho di komunitas maya Facebook pada tgl 8 Oktober 2013 sebagai berikut:
Kemuliaan manusia karena ada cahaya. Cahaya di atas cahaya tujuan sejatinya. Tapi mengapa kita lebih memilih ketidakabadian. Larut bersama kegalauan. Hari ke hari mengejar yg tak pasti.
Bangkitlah, tegakkan diri bersama iman, menghadaplah kepada-Nya, bersama kemuliaan. Semoga Selalu Dalam Ridlo Allah.
Istilah cahaya erat kaitannya dgn petunjuk. Kita mengetahui perintah dan larangan Nya berkat adanya petunjuk agama. Mentaati perintah dan larangan itu akan menjadikan kita sebagai insan bertakwa, sebagaimana sabda Nabi SAW:
Bahwasanya seorang hamba, tidaklah akan bisa mencapai derajat ketaqwaan sehingga ia meninggalkan apa yang tidak dilarang, supaya tidak terjerumus pada hal- hal yang dilarang (HR Timidzi)
Orang yg paling mulia di sisi Allah adalah orang yg paling bertakwa, bukan orang yg berasal dari ras apa atau keluarga siapa, sebagaimana firman Allah SWT:
Wahai manusia sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti (QS. Al-Hujurat: 13)
Hal tsb menjelaskan bahwa kemuliaan seseorang adalah karena cahaya. Di antara sebab seseorang mau mengikuti cahaya adalah karena menjadikan Allah sebagai tujuannya. Sebagaimana kaum muslimin yg mentaati perintah hijrah semata karena menjadikan keridhaan Allah dan Rasul Nya sebagai tujuannya.
Dari Umar bin al-Khattab berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, Perbuatan-perbuatan itu hanyalah dengan niat dan bagi setiap orang hanyalah menurut apa yang diniatkan. Karena itu, siapa yang hijrahnya itu kepada kerelaan Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya ialah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa hijrahnya untuk memperoleh keduniaan atau wanita yang bakal dikawininya, maka hijrahnya itu ialah kepada apa yang telah dihijrahi (HR Bukhori dan Muslim)
Ketaatan semacam itu muncul karena keimanan. Saat cahaya iman menghasilkan amalan yg selaras dgn cahaya petunjuk, terwujudlah cahaya di atas cahaya. Allah SWT berfirman:
Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (QS. An-Nur: 35)
Demikian yg dapat kita fahami dari penjelasan Ibnu Katsir tentang cahaya di atas cahaya. Mengintegrasikan keimanan dgn amal merupakan tujuan sejati agar keimanan dan amal kita diterima oleh Allah. Nabi SAW bersabda:
Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman (HR. Ath-Thabrani).
Seringkali niat amal karena keduniaan membuat kita khawatir atau galau. Hal demikian krn kita belum tentu akan sampai pada dunia tersebut. Kalau pun sampai, dunia itu akan berlalu. Dunia hanya memberikan kenikmatan sementata. Lain hal nya dengan keridhaan Allah dan Rasul Nya yg kenikmatannya akan terus sampai akhirat kelak.
Oleh karenanya kita perlu beramal dgn keimanan semata karena keridhaan Nya agar kita senantiasa mulia di dunia dan akhirat. Menghadapkan wajah cukup kepada Nya saja dgn kemuliaan. Semoga Allah ridha kepada kita karena ketaatan tersebut dan kita ridha dgn pahala ketaatan dari Nya.
Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (QS Al-Bayyinah: 8)
#PersepsiCahyana
0 comments :
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya