Bersuara keras saat mengumandangkan adzan itu adalah cara, sementara tujuannya adalah agar adzan terdengar khususnya oleh muslim yg memerlukan tanda waktu salat. Muslim tdk bergantung pada satu cara, sehingga senantiasa terjadi perubahan. Pada awalnya adzan hanya mengandalkan suara muazin yg berdiri di ketinggian, kemudian muadzin cukup berdiri di dalam masjid karena volume suaranya telah diperkuat oleh loudspeaker, sehingga terdengar di wilayah yg lebih jauh. Sebelum loudspeaker diterapkan, sebagian muslim menggunakan pukulan beduk agar tanda waktu salat terdengar lebih jauh dari pada jangkauan maksimum suara muadzin.
Namun loudspeaker adalah teknologi yg sudah tertinggal. Suatu ketika teknologi ini mungkin akan ditinggalkan, sebagaimana ditinggalkannya beduk setelah diterimanya loudspeaker. Teknologi terkini menyediakan solusi yg lebih baik lagi, karena efektif menghantarkan suara adzan dan suara lainnya hanya kepada orang yg membutuhkan tanda waktu salat dgn biaya operasional yg lebih efisien dari pada loudspeaker.
Muslim selalu menggunakan cara baru utk mencapai praktik yg lebih berkualitas. Muslim itu tdk jumud dlm urusan agama, apalagi urusan cara atau teknologi yg senantiasa berubah seiring dgn perubahan zaman atau perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penerapan cara baru biasanya bertahap, saling lihat terlebih dahulu. Perubahan masif terjadi setelah muncul praktik terbaik yg populer, mungkin dalam wujud smart-mosque yg menunjang jejaring silaturahmi muslim yg sangat luas.
#PersepsiCahyana
0 comments :
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya