Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sabtu, 28 November 2020

Saya Bukan Lektor Agama

Semasa sekolah dulu, saat aktif di masjid desa, ada masanya bagi remaja masjid utk menyampaikan ceramah subuh secara bergiliran di bulan Ramadhan. Saya termasuk yg mendapat giliran. Saat itu saya menyajikan materi terkait firman Allah yg artinya sebagai berikut:

Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS Ali Imran: 31)

Tdk seperti biasanya, sesepuh masjid naik ke atas mimbar setelah saya turun. Beliau mengekpresikan rasa senangnya dgn materi yg saya sampaikan. Entah bercanda atau serius, beliau mempersilahkan saya utk berjodoh dgn keturunannya yg mana saja. Suaranya terdengar ke mana-mana krn disampaikan melalui speaker menara masjid. Fikiran saya belum sampai ke sana, sehingga saya tdk memikirkan ucapan beliau lebih jauh. Selepas itu, ibu-ibu di kampung yg kebetulan menyimak suara dari menara masjid ramai menanyakan perihal orang yg dimaksud oleh sesepuh masjid.

Selama aktif di Generasi Muslim al-Muhajirin, saya sering berbagi pengetahuan keagamaan dgn sesama remaja masjid. Walau demikian, saya tdk mengisi pengajian remaja masjid sebagaimana dilakukan oleh teman lainnya. Saya lebih sering diskusi dgn satu atau dua orang saja. 

Saat kuliah saya dikondisikan orang tua utk mondok di ponpes mahasiwa. Selama kuliah itu saya banyak membaca buku agama dan menuliskan kembali hasil bacaannya dlm buletin yg disebarkan di antara teman dekat sebagai bahan diskusi, dan ditempelkan di papan informasi kampus. Terkadang saya juga menuliskan hasil perenungan berkenaan dgn masalah dunia nyata dlm bagian khusus di Buletin tsb. Oleh krnnya, buletin itu saya namai Persepsi. 

Bila saatnya Ramadhan tiba, saya buatkan ringkasan materi dari Fiqh Sunnah di dalam Buletinnya, agar teman2 turut menikmati pengetahuannya. Saya juga membuatkan ringkasan aurod harian yg diamalkan dari Buku Dzikr nya Prof Hasbi sebagai panduan kegiatan riyadhah remaja masjid. 

Di penghujung kuliah, kesibukan saya mulai beralih ke teknologi informasi dan komunikasi. Tetapi minat kpd pembahasan keagamaan tetap ada, sekalipun kegiatan buletin mulai menurun krn kesibukan tsb. Saya menjadikan pembahasan itu utk memperkaya atau menguji pemahaman diri saja. Saya telah dipilihkan jalan utk menjadi penceramah (lecturer/lektor) informatika, dan bukan penceramah agama. 

Saya tdk merasa diri sebagai penceramah agama, sekalipun beberapa teman memanggil dgn sebutan ustadz di dunia nyata atau maya. Mereka demikian mungkin krn melihat saya sering membicarakan soal keagamaan, kebiasaan masa remaja yg masih ada hingga sekarang. Saya selalu mengabaikan sebutan tsb, tetapi tdk menyengajakan diri utk menolaknya demi menghormati teman. Kpd mahasiswa saya sampaikan agar tdk "memakan" begitu saja "hidangan materi agama" yg saya tuliskan atau sampaikan, sebab saya bukanlah ahli agama. 

Materi agama yg saya buat sebenarnya utk konsumsi sendiri yg sengaja dipublikasikan utk mendapatkan kontribusi dari siapapun agar ada peningkatan pemahaman. Oleh krn itu saya sering merespon komentar teman atas publikasi tsb, semata utk menguji dan memperbaiki pemahaman diri sebagai bagian dari manajemen pengetahuan. Penyampaian materi keagamaan tsb bukan merupakan dakwah saya kpd orang lain, tetapi bagian dari proses perenungan utk diri sendiri. Saya tuliskan di buku atau di medsos agar ilmunya tdk hilang. 

Saya tdk cukup ilmu utk menjadi penceramah agama. Hanya dgn alasan itu, cukup bagi saya utk menolak berceramah keagamaan, kecuali sebatas pembelajaran seperti masa remaja dulu. Syeikh Nawawi al-Bantani berkata, "Orang yang berpengetahuan minim tidak layak melakukan dakwah, karena mafsadat yang ditimbulkan akan lebih besar dari pada maslahatnya". 

Saya pernah beberapa kali berceramah utk santri atau sekumpulan ustadz pondok pesantren yg datang dari berbagai tempat di Garut dan Indonesia. Materinya seputar Teknologi Informasi dan Komunikasi. Melalui forum itu kita berbagi pengetahuan, dan saling mencelupi. Sehingga penceramah agama faham sedikit ttg informatika sebagai bekal ceramahnya, dan penceramah informatika faham sedikit ttg agama sebagao bekal ceramahnya. 

0 comments :

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya