Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Jumat, 13 November 2020

Pengalaman Interaksi Virtual

Saat memaparkan slide ini pd pelatihan TIK pagi tadi, saya jadi teringat dua murid yg mempertanyakan postingan FB selain TIK. Mereka berpendapat, sebagai dosen informatika sebaiknya saya hanya membuat postingan tentang TIK saja. 

Dosen adalah profesi atau pekerjaan. Menurut angka statistik dlm slide ini, pengguna internet di dunia yg menggunakan medsos utk pekerjaannya hanya 40%. Kebanyakan menggunakan medsos utk berbagi informasi dan gagasan di luar pekerjaannya. 

Saya termasuk kalangan yg menggunakan medsos utk pekerjaan, sehingga postingan saya ada yg berkaitan dgn pekerjaan, apa yg sedang saya atau kampus kerjakan, termasuk informasi dan gagasan terkait TIK. Namun saya juga termasuk kalangan yg menggunakan medsos utk selain pekerjaan, di mana porsinya jauh lebih banyak. 

Apabila dlm postingan saya ditemukan banyak konten terkait keagamaan, hal tsb bukan sesuatu yg baru bagi siapapun yg mengenal saya. Sejak jaman mahasiswa saya mengelola buletin yg di dalamnya ada banyak konten agama. 2/3 rak buku saya berisi buku keislaman, selebihnya buku informatika. Oleh krnnya tdk perlu heran bila ada postingan FB saya terkait Keislaman.

Murid saya lainnya mengatakan bhw dirinya baru tahu kalau saya senang berdebat ttg agama. Dia menyebutnya debat, padahal dlm benak saya yg dilakukan itu sekedar tukar fikiran dan memberikan penjelasan. Saya melakukan aktivitas demikian dari masa muda dulu, tdk hanya dgn kalangan yg merasa sedang membela agama, tetapi juga dgn kalangan yg menista agama. Beberapa rekaman pembicaraan dgn pro penista agama saya tuliskan di blog. 

Saya melakukannya utk meluruskan pemahaman yg menurut saya keliru berdasarkan batas pengetahuan dan kemampuan yg dimiliki, tanpa memaksanya utk percaya. Dari dulu hingga sekarang saya cenderung memilih jalan penjelasan dari pada kekerasan verbal apalagi fisik dlm menuntaskan kesalahfahaman. Buku dialog lintas keyakinan antara pemuka agama Islam dgn pemuka agama lainnya yg saya pinjam dari alm Mas Yudho benar2 telah mempengaruhi cara menyelesaikan kesalahpahaman. 

Saya merasa lucu sendiri bila melihat respon berlebihan dari murid atau teman yg tdk setuju dan pendapat saya. Ada yg sampai memutuskan pertemanan, memberi sebutan buruk, dan lain sebagainya. Tentunya saya harus dapat memakluminya, mengingat adanya perbedaan pengetahuan dan pengalaman. Bagi saya yg terpenting bukan ekspresi mereka, tetapi pengetahuan baru apa yg saya petik dari interaksinya. Ekspresi manusiawi semacam itu bisa dimiliki kapan saja, sekalipun di antaranya tdk bermanfaat. Sementara pengetahuan itu mungkin tdk datang dua kali.

Ada beberapa teman yg saya cegah melihat postingan FB saya. Saya merasa tdk tega melihatnya terganggu, apalagi nampak gelagat tdk ingin mencoba memahami saya agar gangguannya menjadi hilang. Harusnya dia yg membatasi interaksi dgn saya. Namun saya lihat dia selalu hadir dgn ekspresi berlebihannya, seperti terganggu dgn postingan saya, namun tdk kuasa meninggalkannya. 

Inilah kenyataan pertemanan di dunia maya. Sebenarnya sama saja dengan dunia nyata. Hanya saja di dunia maya orang lebih berani berekspresi, lain dgn dunia nyata yg terkadang malu-malu atau hanya berbicara di belakang.

0 comments :

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya