Di masa remaja dulu, sebelum lulus kuliah, ada dorongan besar utk mendukung apapun yg berbau Islam. Semangat ini meluap, melampaui ilmu. Namun seiring dgn pertambahan usia, pengetahuan, dan pergaulan, semangat ini menjadi lebih bisa dikendalikan agar tdk dipimpin oleh perasaan, tetapi dipimpin oleh ilmu.
Saat itu, amrik nampak sebagai musuh besar Islam seperti pandangan Khomeni, sehingga kampanye di kalangan aktivis yg menempatkan Osama sebagai pahlawan Islam sangat mudah utk diterima. Revolusi Islam di Iran nampak seperti mimpi yg menjadi kenyataan, sehingga ingin menjadi bagiannya, tanpa tahu perbedaan Syiah dan Sunni. Khilafah dan darul Islam menjadi mimpi setiap saat, tanpa tahu apa itu khilafah dan darul islam. Kepala ini selalu memiliki jalan utk membenarkan kekerasan atas nama jihad atau amar ma'ruf nahyi munkar yg muncul dalam pemberitaan. Hayalan mengangkat senjata di medan jihad menjadi hiburan.
Namun seiring dgn bertambahnya asupan pengetahuan dan meluasnya pergaulan, ghiroh ini semakin bisa dikendalikan. Saya menjadi lebih selektif dlm memilih siapa yg harus saya benarkan amalnya yg dilakukan dgn mengatasnamakan nama Islam. Saya mulai memahami pentingnya moderasi beragama dlm mewujudkan tatanan kehidupan plural yg baik. Pemahaman tsb meruntuhkan pemahaman sebelumnya yg berfikir kalangan puritanlah yg dapat memimpin umat di atas keragaman pendapat keagamaan.
Sekarang ini, pemahaman persaudaraan ini meluas, tdk hanya sebatas kalangan yg sefaham saja, tetapi menjadi persaudaraan islam, kebangsaan, kemanusiaan, dan kemahlukan. Setiap kekerasan yg ditujukan kpd siapapun terasa menyakitkan, sekalipun pelakunya dipandang oleh sebagian kalangan sebagai pejuang Islam. Musyawarah mufakat menjadi lebih bermakna, sehingga ada kecenderungan utk menerapkannya dlm rangkaian aktivitas bersama siapapun, bahkan dgn murid sekalipun.
Konten atau ilmu dan kawan pergaulan sangat menentukan perubahan tsb. Gelapnya cinta buta sirna oleh terangnya cahaya pengetahuan. Jalan menuju cahaya tersebut diantaranya adalah memperhatikan masukan atau nasihat. Namun butuh waktu yg tepat atau hidayah utk dapat mengindahkannya. Nasihat itu mudah utk didengarkan setelah membiasakan utk menasihati diri sendiri.
Faktor pengubah penting lainnya adalah lingkungan pergaulan yg menjadi pintu masuk menuju sumber pengetahuannya. Bila lingkungannya ekstremis, maka semakin bertambahan pengetahuan ekstremnya. Bila lingkungannya moderat, maka semakin bertambah pengetahuan moderatnya.
Benarlah apa yg disabdakan Nabi SAW, "Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang saleh dan orang yang buruk, bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu, engkau bisa membeli (minyak wangi) darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau mendapat baunya yang tidak sedap.” (HR. Imam Bukhari).
Ibnu Hajar Al Asqalani dlm Fathul Bari menjelaskan, "Hadits ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Hadits ini juga mendorong seseorang agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia.”
#BiografiCahyana
0 comments :
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya