Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Minggu, 15 November 2020

Kecerdasan dan Ghiroh Menundukan Emosi

Dalam riyawat Muslim, disebutkan bahwa Umar kembali kepada Rasulullah SAW, yaitu ketika Rasulullah SAW bersabda, “Dia telah jujur janganlah kalian katakan sesuatu tentang dia kecuali kebaikan.” kemudian  Umar  berkata, “Wahai Rasulullah dia telah mengkhianati Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin, biarkan saya tebas lehernya.

Rasulullah SAW bersabda, “Bukankah dia termasuk orang yang ikut perang Badar? Siapa tahu Allah telah memerhatikan semua pengikut perang Badar, lalu berfirman, ‘Lakukan yang kalian suka, Aku telah menjanjikan kepada kalian syurga.’ Lantas Umar menangis dan berkata, ‘Allah dan rasul-Nya yang lebih tahu’.”

Levelnya sahabat itu, menundukan emosinya agar sesuai dgn kehendak Nabi, dgn penuh tawadhu sampai menangis. Level kita, ya ikut sahabat sebisanya. Orang yg tdk punya kecerdasan dan ghiroh seperti sayidina Umar r.a, pasti mengabaikan pengetahuan ttg Ahli Badar berikut keistimewaannya, dan memperturutkan emosinya sehingga leher ahli Badar itu terpenggal. 

Sekarang ini banyak orang menyakiti ahli kiblat walau sebatas hinaan krn dorongan emosi yg nampak atau ditutupinya. Padahal agama melarangnya.

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki mencela kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan mencela kumpulan lainnya, boleh jadi yang dicela itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim" (QS. Al Hujuraat :11)

Menurut Imam At Thabari, seorang mukmin dilarang utk mencela mukmin yang lain karena kemiskinannya, karena perbuatan dosa yang telah dilakukannya, dan yang lainnya. Hal ini sejalan dgn sabda Nabi SAW, "Cukuplah seseorang berbuat keburukan jika dia merendahkan saudaranya sesama muslim."(HR. Muslim).

Seorang muslim menyakiti muslim lainnya krn tdk punya kemauan atau kesadaran utk mengikuti kecerdasan seperti yg dimiliki sayidina Umar. Jangankan menghentikan hinaan dan menangis, malah hinaannya menjadi2 krn direspon positif oleh orang2 disekitarnya, sehingga banyak orang mengira kesukaannya itu dibolehkan Nabi SAW lalu mengikuti perbuatan buruk tsb. Oleh karena itu Nabi SAW mengingatkan, "Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Oleh karena itu, salah satu di antara kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dia jadikan teman" (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Mereka yg menghina sesama muslim, sehina apapun dirinya, mungkin lupa pada pertanyaan dan pernyataan, "Bukankah dia termasuk ahli kiblat? Siapa tahu Allah mengaruniakannya husnul khatimah sementara kita belum tentu demikian". Model pertanyaan seperti itu diberikan Imam Syafi'i kpd murid2nya.

Semoga Allah memaafkan khilaf dan dan mengampuni dosa yg telah diperbuat krn memperturutkan emosi dan mengesampingkan pengetahuan. Amin.

0 comments :

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya