Pembangunan infrastruktur TIK kampus secara penuh, hingga terbentuk organisasinya yg bernama USI dilakukan oleh alumni dan mahasiswa secara sukarela dgn semangat pengabdian kpd almamater. Keberadaan relawan ini meringankan biaya pengembangan infrastruktur TIK dan organisasinya, personelnya, dan pemeliharaan komponen TIK.
Saya memilih model bisnis outsourching sebagai solusi utk pembiayaan pengembangan organisasinya. Dgn model tsb, mahasiswa memiliki kesempatan berwirausaha, serta mendapatkan pengalaman kerja dan volunteering dalam bidang TIK. USI mendapatkan dana utk forum TIK sebagai medium oengembangan SDM yg menjamin keberlanjutan penyediaan personel yg diperlukan utk menjalankan beragam layanan TIK, dan utk penyebaran manfaat ke luar melalui seminar dan pelatihan TIK. Kegiatan tsb disebut pembelajaran sepanjang hayat.
Forum TIK sebagai inkubasi relawan TIK kampus kemudian menjadi Kelompok Pecinta TIK (KPTIK) utk menguatkan manfaat ke luar kampus dan mendapatkan alternatif pendanaan dari kemahasiswaan. KPTIK memberi bantuan SDM bagi USI utk penyelenggaraan Seminar dan Pelatihan TIK serta Pesantren TI Tujuh Hari.
Sebagian anggotanya yg fokus pada pembelajaran perangkat lunak aplikasi dibuatkan wadah tersendiri dgn nama Kelompok Pengembang Platform TIK. Anggotanya difokuskan utk memberikan solusi Free and Open Source Software bagi pembelajaran dan layanan informasi akademik. Di antara produknya yg berhasil dibuat adalah Ubuntu Garut Edition. Wadah ini kemudian melebur dgn KPTIK dalam Komunitas TIK.
Kegiatan kewirausahaan yg diberi nama BLKM (Balai Latihan Kerja Mahasiswa) ini tidak hanya melayani kampus, tetapi juga sivitas akademika dan masyarakat umum dgn biaya layanan yg disepakati oleh kampus. Tim outsourching terlibat beberapa tahun membantu kampus memasukan data FORLAP.
Saya juga mendorong personel Komunitas TIK agar dapat merintis perusahaan digital. Beberapa tahun kemudian rintisan tersebut berdiri dgn badan hukum CV yg memberikan layanan dalam bidang TIK, dgn nama Airy, sebelum ada perusahaan digital dgn nama yg sama muncul di platform Android. Mahasiswa sendiri yg merumuskan perusahaannya, nama perusahaannya, legalitasnya, dan menjalankannya. Perintisannya tsb dilakukan sebelum lulus kuliah.
Beberapa tahun kemudian USI sebagai rintisan organisasi disahkan sebagai unit kerja kampus. USI mulai memiliki personel yg cukup banyak sehingga tidak perlu lagi tambahan dari Komunitas TIK. Perekrutan relawan yg diberi nama student staf tidak lagi dilakukan. Dana insentif relawan tsb ditingkatkan dan diubah menjadi honorarium personel TIK yg bekerja penuh di USI. Komunitas TIK sudah tidak lagi menjadi organisasi underbow USI, dan menjadi unit kegiatan mahasiswa penuh yg masih saya bimbing sampai hari ini.
Penamaan student staf memiliki dua manfaat. Pertama utk menciptakan perasaan sedang bekerja pd diri mahasiswa. Kedua untuk mempromosikan kebutuhan personel TIK yg perlu dipenuhi oleh kampus utk menunjang layanan TIK yg menunjang otomatisasi proses bisnis kampus.
Di LPPM saya mulai mendorong Pusat Pengembangan Karir dan Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kreatifitas utk menjalankan kembali BLKM dan inkubasi tenant. Rancangan peta jalan Penelitian dan Pengabdian kampus diarahkan utk menghasilkan luaran wirausaha baru yg mampu memanfaatkan hasil riset utk kegiatan komersial.
0 comments :
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya