Keturunan Nabi itu tdk harus selalu diikuti. Bila kita mengikuti jalan kedurhakaan seperti jalannya putera Nabi Nuh AS, maka dipastikan kita akan ikut celaka. Membenarkan atau melindungi kedurhakaannya sama dgn menghianati Nabi.
Tidaklah mengherankan bila ada keturunan Nabi yg akhlaknya tdk disukai Allah krn keras, rakus, suka menghina dan sombong.
“Orang yang paling saya cintai dan paling dekat dengan tempat saya kelak di hari kiamat adalah mereka yang memiliki akhlak mulia. Sementara orang yang paling saya benci dan tempatnya paling jauh dari saya kelak di hari kiamat adalah mereka yang keras dan rakus, suka menghina dan sombong.” (HR. Tirmizi)
Menurut Habib Luthfi bin Yahya, keturunan Nabi dapat seperti itu krn tidak ma’shum. Pernyataan Nabi Muhammad SAW yg akan menghukum puterinya bila mencuri menunjukan tdk ma'shum nya keturunan Nabi.
"... Demi Allah, sungguh jika Fatimah binti Muhammad mencuri, aku sendiri yang akan memotong tangannya" (HR. Bukhari dan Muslim)
Sikap yg menyelisihi Nabi tdk boleh diikuti. Hanya Nabi ma'shum saja yg bisa diikuti dgn tanpa ragu. Beliau adalah teladan kebaikan.
0 comments :
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya